09 🕷️ Greeted by Shizuku Murasaki

69 9 0
                                    

Seakan seperti memecah dan berbincang dalam sebuah kelompok, Pakunoda, Feitan, dan Chrollo masih berada di sekitar tempat Omokage dimakamkan. Beberapa yang lainnya juga berdiri tidak jauh dari sana sambil berbincang yang entah apa. Aku duduk di sebuah onggokan batu besar tidak jauh dari mereka juga. Mataku memandangi mereka satu persatu, menelisik setiap ekspresi yang dibuat oleh para anggota Genei Ryodan yang lain.

Yang aku tangkap dari pengamatanku, mereka tenang. Sangat tenang untuk ukuran sebuah organisasi yang baru saja kehilangan satu anggotanya. Mereka memasang wajah yang datar setiap berbicara. Uvogin yang sedang berdua dengan Bonolenov juga sampai tertawa keras entah apa yang menjadi alasan di balik tawanya.

Aku tertunduk untuk sesaat. Lalu, aku menoleh ke samping, kepada seorang gadis berambut pendek di atas bahu yang mengenakan kacamata. Pakaian gadis ini cukup simple dengan hanya kaus ketat lengan panjang berwarna hitam berpadu padan dengan celana jeans longgar. Ia tidak bergeming sejak dirinya menghampiriku untuk duduk di sampingku. Tidak pula ada suara yang keluar dari mulutnya dan matanya hanya fokus menatap sebuah buku.

Di seluruh anggota Genei Ryodan yang kuperhatikan saat ini, mereka semua tidak menampakkan adanya kesedihan sedikitpun.

"Halo, Reist Aqueena." Aku reflek memundurkan kepala begitu mendengar suara tersebut muncul dari gadis di sampingku. Pas sekali dengan saat aku sedang menatap wajahnya, ia mendongak tiba-tiba sambil berkata demikian dengan wajah datarnya.

"H-Halo juga, Shizuku-san." Aku menjawab dengan tergugu dan bersopan santun karena ia adalah seniorku.

"Reist sejak tadi menatapku." Shizuku berbicara. Suaranya lembut dan tenang.

"A-Ah, itu ... Emm ... Bagaimana aku mengatakannya, ya? Kau ... tidak apa-apa?" Aku bertanya begitu saja.

Shizuku menutup bukunya rapat. Ia sudah tiba di halaman paling belakang yang berarti sudah menyelesaikan bacaan. Lantas, ia menatapku dengan ekspresi bingung serta kepala yang dimiringkan. "Tidak apa-apa? Aku baik-baik saja sejak tadi."

"B-bukan begitu. Maksudku, aku 'kan baru saja membunuh ... temanmu." Aku ragu-ragu saat menyatakan itu tapi keluar saja dari mulutku.

Shizuku diam untuk sesaat lalu menjawab, "Omokage bukan teman, kok."

"Ha? Orang yang kubunuh itu anggota Genei Ryodan, kan? Pemilik nomor empat, kan?" Aku bertanya dengan menggebu-gebu. Shizuku membalas pertanyaanku dengan hanya mengangguk. Aku kembali melanjutkan, "Yang kudengar, menjadi anggota Genei Ryodan akan dianggap sebagai keluarga. Itu hal yang melebihi anggapan teman. Dan Omokage adalah bagian dari organisasi ini sehingga statusnya aku adalah pembunuh salah satu anggota keluarga kalian."

"Lalu, kenapa Reist tiba-tiba membahas itu?"

"M-Maksudmu?"

"Reist sendiri yang datang ke sini untuk melawan salah satu anggota untuk menjadi anggota. Kenapa sekarang membahas kematian Omokage setelah Reist sudah memenangkan pertarungannya. Apa itu disebut sebagai penyesalan? Reist menyesal?"

Aku menggeleng. Bukan itu sebenarnya yang mengganjal di kepalaku. Tetapi sesuatu hal yang berkaitan dengan Genei Ryodan. Jika Omokage begitu berharga untuk mereka dan salah satu anggota atau banyak anggota keberatan atas tindakanku, bisa-bisa akan ada pertikaian dalam tubuh Genei Ryodan. Nasibku juga tidak akan aman jika aku dibenci oleh mereka.

"Tidak. Hanya saja, aku takut dibenci–"

"Kami tidak akan membencimu, kok." Shizuku memotong cepat. Aku hanya diam memandanginya dengan tatapan mempertanyakan. Lantas, Shizuku menghela napas sesaat sebelum kembali berkata, "Kami tidak mungkin membenci keluarga sendiri."

Listen To Me, Fei! (Hunter X Hunter FF | Feitan X OC)Where stories live. Discover now