BAB (1)

102 15 9
                                    

Dering panggilan masuk tanpa henti dari ponselku. Karena sudah muak, aku pun menerima panggilan tersebut.

"Siapa?!" Tanyaku ketus.

"Ini kevin, apa alasanmu mutusin aku? Padahal aku masih sayang sama kamu,"

"Jangan hubungi aku lagi! Nomor mu sudah ku blokir!" Bentakku, kesal.

"Izinkan aku menanyakan satu hal,"

"Tidak! Aku tidak punya waktu untuk itu!"

"Aku memenuhi semua keinginanmu... tapi, kau memutuskanku tanpa alasan, kenapa?"

"Kamu terlalu baik!" Bentakku, lalu memutuskan telepon.

"Manda! Kamu dimana?!" Panggil Mama dari arah luar.

"Ada apa sih Ma? Teriak-teriak begitu! Aku denger 'kok," Sahutku dari arah dalam lalu membuka pintu.

"Siapa lagi yang nyariin kamu? Banyak banget yang datang ke rumah hari ini... kamu buat masalah apa lagi sih?!" Bentak Mama.

"Aku nggak ngapa-ngapain kok, lagian Mama kenapa nggak usir aja mereka, ribet banget!" Ocehku kesal.

"Mama nggak mau tau! Temui mereka!"

"Yaudah... temenin!"

"Lagian kamu ini genit banget sih, pacaran kok nggak cukup satu orang!" Oceh Mama sembari berjalan ke arah pintu.

"Ya 'kan Manda cantik," Sambungku, berjalan ke arah pintu dengan kesal.

Akupun membuka pintu tersebut dan melihat ke arah mereka satu-persatu.

"Ada apa lagi?!" Bentakku.

"Mereka siapa?" Tanya Jihan.

"Harusnya aku yang menanyakan itu!" Bentak Vino kepada Jihan.

"Aku pacarnya, kami sudah berpacaran selama satu bulan... Kamu siapanya Manda?" Jihan berkata sembari memegang kerah baju Vino.

"Kalian semua pergi! Aku harus bicara dengannya!" Usir Dafa, melangkahkan kakinya ke arah Manda.

"Sayang, Jelaskan semuanya! Mereka semua ini siapa?" Tanya Arka dengan memelas.

"Pergi!" Sergahku, lalu membanting pintu.

Mama yang melihat itu pun terkejut dengan kelakuanku.

"Menyebalkan sekali!" Gerutuku saat ingin kembali ke dalam kamar.

"Mama udah pusing banget, kamu mending jangan pacaran lagi! Mama sudah gak bisa menghadapi orang-orangmu itu lagi. Mama heran deh sama kamu!" Berdecak kesal dan menatap Manda dengan raut wajah yang tak memedulikan ucapan Mamanya.

"Mama tidak mau mendengar alasan apapun lagi, Manda... Mama akan kirim kamu ke luar negeri!" Lanjut Mama Manda.

"Mama mau ngebuang aku? Mama nggak sayang Manda lagi?" Tanyaku, terkejut dengan kedua mata yang berbinar.

Mama Mencubit pipi Manda, seraya berkata. "Kamu harus dewasa, Manda. Umurmu sudah 23 tahun... Kamu sudah dewasa sayang, Mama Papa nggak mau lihat kamu gini terus," Menghela nafas, menatap raut wajah putrinya yang cantik, tetapi selalu membuatnya mengelus dada atas kelakuan Manda.

Mandalika In 한국KoreaWhere stories live. Discover now