25► about wounds that can't be erased (yjw)

175 48 82
                                    

Dua babak berhasil dimenangkan oleh tim Dalton High School. Mungkin Ni-Ki akan menjadi MVP karena telah menyumbangkan banyak skor. Beruntung Heeseung sudah mendapat semangatnya lagi, sehingga dia bisa mengimbangi Ni-Ki dan senior-seniornya yang lain. 

Baru saja Retha hendak beranjak, tiba-tiba sebuah benda tajam menyayat lengan jaketnya hingga sobek. Sedetik setelah menyadari ada darah yang merembes, dia segera berbalik untuk menciduk si pelaku. Namun, orang itu lebih dulu hilang di balik kerumunan tribun sebelum Retha sempat melihat wajahnya. 

Ringisan Retha teredam oleh riuh teriakan penonton. Suasana yang ramai membuat kejadian sekejap mata itu tidak disadari. Retha segera bangkit dan berlari, menyusul sosok ber-hoodie hitam yang mulai memisahkan diri dari penonton.

Selama ini Retha tidak pernah membuat masalah dengan siapa pun, lantas kenapa masih ada orang yang menerornya? Sosok itu jelas bukan Hana karena perawakannya lebih kecil dan langsing.

Retha mulai terengah-engah. Lari jarak jauh atau berkejaran seperti ini adalah kelemahannya sejak kecil. Di belokan kamar mandi, dia mencoba untuk mengambil napas sebentar sembari terus waspada. Gadis dengan kamera yang masih menggantung di leher itu menoleh ke kanan-kiri, mencoba menebak ke arah mana sosok misterius incarannya bersembunyi. 



🐿️ ENHYPEN 🐿️



Sunghoon berusaha menyembunyikan wajahnya dari pandangan banyak orang sambil sesekali menyenggol lengan Jay. Namun, Jay masih memperhatikan kentang tornadonya dengan alis menukik, seakan ingin meneliti makanan itu sampai ke bagian terdalam. 

Saat ini mereka sedang dalam perjalanan keluar dari tempat stan bazar didirikan. Sejak Jay membeli kentang tornado, Sunghoon berusaha keras untuk menahan malu karena kelakuan aneh temannya itu. Sebenarnya Sunghoon ingin sekali meninggalkan Jay sendirian, tetapi hatinya terlalu baik. Dia takut Jay dianggap gila oleh manusia-manusia di sekelilingnya. 

"Buat apa lo lihatin begitu?" tanya Sunghoon untuk ketiga kalinya. "Makan aja langsung."

Jay melirik Sunghoon sekilas. "Bacot."

"Lo pengin tau cara buatnya?" tebak Sunghoon asal. Tiba-tiba dia teringat momen ketika Jay menatap ovennya yang rusak seperti orang meratapi nasib. "Nanya sono sama mbak-mbak yang jualan, ga guna lo tatap terus kayak gitu."

"Masalah lo apa, sih? Suka-suka gue, dong, mau ngapain." Bombastic side eyes kembali Jay layangkan. Setelah keluar dari area bazar, barulah dia menggigit kentang tornado itu. Dia mengecap beberapa kali seolah ingin menilai kualitasnya. 

Tiba-tiba ponsel Sunghoon berbunyi. Dia mengambil benda pipih itu dari saku celana tanpa berhenti berjalan, tetapi langsung mengembalikannya lagi setelah melihat nama yang terpampang di layar. 

"Siapa? Nyokap?" Dapat Jay sadari perubahan ekspresi Sunghoon. Entah kenapa sikap kerasnya langsung luruh kala melihat Sunghoon yang mendadak tak acuh. "Kenapa ga diangkat?"

"Ga penting," balas Sunghoon sembari menggeleng singkat. Dia menunduk, bergantian memandang sepatu dan kentang tornadonya yang masih tersisa seperempat. 

"Lo nggak bilang ke mereka kalo lo ikut gue ke sini?" tanya Jay tenang. Meskipun emosinya suka meledak tidak tahu tempat, dia masih punya sisi lembut. 

Foreshadow | ENHYPENWhere stories live. Discover now