24► is physical touch your love language? (sjy)

158 44 58
                                    

Terbangun akibat notifikasi benar-benar membuat Retha ingin membalikkan meja. Sungguh, jika bukan karena butuh, dia pasti sudah keluar dari grup kelas yang entah bagaimana bisa didominasi oleh belasan manusia gabut.

Sembari mengumpulkan nyawa, Retha duduk di tepi kasur. Rambutnya berantakan mirip sarang burung. Dia lalu berdecak begitu menyadari tidak ada air sedikit pun di dalam botol minumnya. Terpaksa dia harus turun ke dapur untuk mengisi ulang.

Retha berjalan seperti zombie dengan hoodie putih kusut dan celana training yang ditekuk hingga lutut. Kantuk masih sangat terasa. Dia membuka kulkas dan menuangkan air dingin ke botol dengan mata tertutup. Persetan lantai basah.

"Jay, gua tiba-tiba mimpi Heeesung. Apa dia kangen gua, ya?" tanya Retha pada seseorang yang sedang berkutat di depan kompor. Dia menutup kulkas sembari meneguk air putih, menikmati sensasi dingin di tenggorokan tanpa repot-repot membuka mata.

Jake yang tadi sibuk membalik tteokbokki langsung menghentikan aktivitasnya, syok seketika. Ragu-ragu dia menoleh ke belakang. Siapa sangka, sosok yang awalnya dia kira Jay ternyata adalah si gadis takut petir.

Merasa aneh karena tidak kunjung mendapat respons, Retha mencoba membuka mata. Sontak dia terbatuk begitu menyadari siapa yang ada di hadapannya. Dia berbalik badan sebentar untuk menyembunyikan kondisi mukanya yang mungkin terlihat memalukan.

"LO?" Tidak bisa ditahan, Retha langsung menggunakan nada tinggi. "NGAPAIN LO DI SINI? MALING, YA?

Jake tiba-tiba ikut panik. "APA-APAAN? LO SENDIRI NGAPAIN DI SINI?"

"LAH? KOK, MALAH NANYA BALIK? GUA YANG NANYA DULUAN!"

Jake memperhatikan Retha dari atas sampai bawah. "Oh, berarti bener kata Sunghoon. Lo pacarnya Jay, ya?"

Retha nge-bug. "Ha? Ngawur! Karangan siapa itu?"

"Jujur aja! Lo pacarnya Jay, kan? Buktinya lo di sini! Nggak ada alasan lagi buat lo ngelak sekarang! Lo pasti ada apa-apa sama Jay!"

"Apa, sih? Jangan sembarangan kalo ngomong!" seru Retha sembari menebas jarak yang terbentang. Dia ingin menarik kerah kemeja Jake, tetapi laki-laki itu lebih lihai mencegah.

"Ngaku aja lo! Lo sama dia lagi jalanin hubungan friend with benefits, kan?" Tatapan Jake menjebak mata Retha. Wajah mereka yang begitu dekat membuat ketegangan makin terasa. "Oh, or more than that?"

Spontan Retha mengempaskan genggaman Jake. "Bazeng! Gua adiknya Jay, tolol!"

Sekarang giliran Jake yang nge-bug. "Ha?"

"Hah, heh, hah, heh! Gua adiknya Jay! Kurang jelas apalagi coba?"

"Serius?" Mata Jake mengerjap lucu. "Wajah kalian nggak ada mirip-miripnya fak."

"Emang ga mirip." Retha tidak bisa membual. Fakta bahwa dia dan Jay hanyalah saudara tiri pasti akan terbongkar suatu saat nanti. "Fyi, gua sengaja nyembunyiin ini dari siapa pun, jadi gue peringatin lo buat diem juga."

Jake tampak tidak mengindahkan ancaman Retha. "Berarti hoodie yang pernah lo pake waktu di photobox itu ... punya Jay beneran?"

Kaget, Retha tidak menyangka Jake masih mengingat hal kecil semacam itu. "Y-ya, gua pinjem punya dia."

Tiba-tiba bau angus tercium. Jake langsung kalang kabut begitu menyadari kalau tteokbokki-nya sudah terlalu lama berada di atas kompor. Asap mulai menyebar ke mana-mana.

Retha ikut panik, tetapi dia bingung harus berbuat apa karena gochujang tteokbokki itu meletup-letup. "Lo gimana, sih, kalau masak? Gosong semua, ni!"

Foreshadow | ENHYPENWhere stories live. Discover now