23► just be your true self (ksn)

171 52 89
                                    

"Rambut gua udah mulai panjang lagi. Enaknya dipotong apa ga, ya?"

Sunoo memperhatikan rambut Retha yang agak berantakan, menyipit untuk mempertimbangkan jawaban. Auranya yang begitu bersinar membuat beberapa orang di sekitarnya salah fokus. Belum lagi dia berjalan beriringan bersama Retha sekarang, sudah jelas terlihat sekali perbedaannya.

"Biarin ajalah," ujar Sunoo pada akhirnya. Dia tersenyum manis. "Rambut panjang cocok-cocok aja, kok, buat lo."

"Risih tapi." Retha menyugar poninya, makin mengekspos titik-titik keringat di dahi.

"Sekali-kali, Re. Apa lo ga bosen potong pendek mulu?" tanya Sunoo yang memang ingin melihat Retha tampil berbeda. Sejak kali pertama mereka bertemu, Retha tidak pernah membiarkan rambutnya melebihi pundak. "Saran gue mending dicatok aja biar kelihatan rapi."

"Hm." Retha berdeham singkat, mengiakan saja. Lagi pula dia juga malas pergi ke salon dalam waktu dekat ini. "Lo ngapain ngajak gue ke sini? Gabut?"

Refleks Sunoo terkekeh. Pandangannya kembali menghadap ke depan. Sudah hampir setengah jam mereka mengelilingi mall. Sekarang Sunoo memilih untuk singgah sejenak sebelum lanjut mencari makan siang.

"Muter-muter sekalian healing," balas Sunoo ceria. Sunoo lantas berjalan santai menuju toko ritel pakaian yang menyuguhkan banyak sekali koleksi coat, outer, dan beanie. Pikirnya, barangkali ada hidden gems di sana.

Tanpa menunggu respons dari Retha, Sunoo segera masuk ke toko. Dia menjelajahi rak khusus outer pria yang didominasi blazer warna cokelat.

Di sisi lain, Retha yang tidak ingin membuntuti Sunoo memilih untuk pergi ke jajaran outer di seberangnya. Di sana terdapat banyak sekali cardigan ala-ala Korea, mulai dari jaket rajut, vest, hingga crop top. Sekilas Retha tertarik pada vest hitam dengan detail belt di bagian pinggang. Namun, dia tiba-tiba teringat uang sakunya yang menipis.

"Beanie ni cocok buat lo, Re." Entah bagaimana bisa Sunoo datang dari belakang, padahal sebelumnya laki-laki itu ada di depan Retha.

"Girly banget," protes Retha setelah Sunoo selesai memakaikan beanie berwarna baby blue di kepalanya. Sunoo menarik Retha ke hadapan cermin full body tak jauh dari tempat mereka berada.

"Cocok, kan?" Sunoo terkekeh. "Emang kenapa kalo kesannya girly? Lo, kan, cewek."

Retha tersenyum kikuk. "Ya, aneh ... aneh aja buat gue."

Ingatan masa lalu tiba-tiba datang begitu Retha menatap lurus ke arah cermin. Seorang gadis feminin yang lemah, mudah dimanipulasi dan diperintah seenaknya, semua itu terefleksi dengan jelas saat matanya memindai dari atas sampai bawah. Retha melamun, pikirannya kosong karena teringat rasa sakit yang dia dapatkan dua tahun lalu.

"Bilang aja kalo nggak suka, Re." Sadar akan perubahan ekspresi Retha, Sunoo pun buka suara.

"B-bukan ga suka!" sergah Retha sedetik setelah Sunoo tersenyum paksa. "Gue cuma keinget dulu aja."

"Keinget dulu?" Nada bicara Sunoo melirih, jelas menandakan bahwa dia ingin tahu lebih.

"Hm." Retha melepas beanie, memilih  menghindari tatapan Sunoo. "Dulu gue dianggep sok imut karena pake barang-barang kayak gini. Ya, tau sendirilah pas SMP. Jaman-jaman norak."

"Itu dulu, kan? Sekarang udah enggak. Lagian selera fashion lo nggak jelek-jelek banget, kok. Lo juga pinter mix and match." Seperti biasa, Sunoo berhasil meningkatkan mood Retha. Dia adalah definisi sunshine yang sebenarnya. "Kenapa lo mikirin pendapat orang? Retha yang gue kenal bukan kayak gitu."

Foreshadow | ENHYPENWhere stories live. Discover now