08► my little pat makes you melt, right? (lhs)

193 72 30
                                    

"Gimana kabar rancangan event HUT sekolah? Udah di-ACC?"

Malam ini Jake jarang bicara, sehingga Heeseung sedikit menjaga lisannya agar tidak mengganggu mood laki-laki Aussie itu. Heeseung tahu kalau Jake sudah berusaha keras meluangkan waktu untuk Enhypen di tengah kesibukannya. Mustahil bagi dia untuk bercanda di situasi seperti itu.

"Belum, masih stuck." Jake mengesah pelan, tangannya asyik memainkan debu tipis di kaca mobil. "Tabrakan sama kompetisi antar-SMA juga, jadi guru-guru pada mentingin itu dulu."

"Besok jangan lupa ujian Biologi."

Jake mengerang mendengar peringatan tiba-tiba dari Heeseung. "Nyatet belum selesai, udah ujian aja."

"Lain kali nurut makanya. Udah gue saranin masuk tim sepak bola, malah jadi sekretaris." Memang benar, Heeseung pernah menyuruh Jake untuk mengikuti ekstrakulikuler sepak bola, sebab baginya OSIS itu ribet. Dia tidak ingin Jake merasakan hal yang sama sepertinya. Namun, tetap saja Jake tidak mendengar.

"Lama-lama meledak kepala gue," keluh Jake sambil memegangi kepalanya. Dia lucu tanpa harus berusaha.

"Kalo waktu lo ga kebagi kayak gitu, lo pasti udah diikutin lomba-lomba bergengsi. Nyesel, kan, sekarang?"

"Cukup Fisika sama Matematika aja." Sebenarnya Jake lebih tertarik dengan olahraga, tetapi keadaan memaksanya untuk memilih jalan lain. Dia tidak mampu jika harus melakukan banyak hal sekaligus. "Bisa-bisa gue mati berdiri."

Heeseung hanya tertawa, tetapi di sisi lain dia juga merasa prihatin dengan teman sekelasnya itu. Jake lebih suka memendam perasaan dan berlagak baik-baik saja di depan umum, sehingga Heeseung tidak tahu betul apa masalahnya. Dia adalah tipe orang yang suka menebar positive vibes, bahkan di situasi sulit sekalipun.

"Info bocoran soal," celetuk Jake yang membuat Heeseung sontak menoleh. Detik berikutnya, dia terkekeh.

"Ini yang namanya OSIS teladan?"

Jake hanya memasang tak berdosa, tetapi itu berhasil membuat tawa Heeseung meledak. Di dalam jiwa yang ambisius, ternyata Jake juga mau berbuat curang.

"Sans, Beomgyu kayaknya lagi hunting. Entar gue nanya ke dia." Intonasi riang Heeseung kemudian berubah menjadi lebih pelan. "Kalo misal studio kita belum bisa dipake, gue mau nginep di tempat lo dulu. Ga masalah, kan?"

"Silakan, gue juga lagi sendirian di rumah," jawab Jake sambil mengacungkan jempol. Laki-laki Aussie itu lalu memperhatikan Heeseung dari samping, sebelum akhirnya bertanya dengan hati-hati, "Ada masalah?"

"Biasa, hari ini Papa pulang." Wajah Heeseung tiba-tiba muram, karena itulah dia terdorong untuk menumpahkan kegelisahannya pada Jake. "Sebenernya bener kata lo, gue harusnya ga ngehindar mulu kayak gini. Tapi, gue masih butuh waktu."

Setiap orang pasti punya masalah dan Jake tahu kalau Heeseung sedang mati-matian menghadapi itu semua. Di sekolah Heeseung memang disukai banyak orang, bahkan guru pun mengakuinya. Dia multitalenta dan cerdas. Namun, hal tersebut tidak berlaku di hadapan keluarga Lee.

Bisa dibilang Jake adalah orang kepercayaan Heeseung. Jika Jay sibuk atau dalam mode senggol bacok, Jake selalu menerimanya dengan senang hati. Jake termasuk penjaga rahasia dan pendengar yang baik. Heeseung mempercayainya seperti halnya saudara sendiri.

"Lo udah capek, jangan dipaksa." Tutur kata Jake tidak pernah mengecewakan. Dia tahu bagaimana caranya berempati.

"Gue pengen cepet lulus aja rasanya," ucap Heeseung yang tanpa disadari malah membuat ekspresi Jake berubah.

Jake mengalihkan pandangan ke jendela, melupakan kekhawatirannya yang selalu muncul di saat-saat seperti ini. "Lo bawa seragam emang?"

"Ada di rumah Jay, nanti sekalian ambil."

Foreshadow | ENHYPENWhere stories live. Discover now