epilog

201 11 2
                                    

Satu bulan sejak kunjungan ke makam Nuka, Aji mencoba melakukan tindakan bodoh. Ardi menemukan Aji yang ingin menggantungkan dirinya pada seutas tali. Beruntung Ardi dapat mencegahnya.

Bulan berikutnya, Aji menyayat pergelangan tangannya dengan pisau. Ia hampir kehilangan nyawa nya. Ardi lagi-lagi tepat waktu. Aji kehilangan banyak darah. Dan ternyata golongan darah Ardi sama dengan Aji. Ia mendonorkan darahnya agar Aji bisa selamat.

Ardi menjaga Aji mati-matian. Saat ini jiwa Aji terguncang. Rasa kehilangan nya begitu dalam. Acapkali Ardi melihat Aji yang seperti berbicara sendiri.

Tak jarang, Aji kembali ke makam itu, hanya untuk melihat lalu kembali pulang. Ardi akan kalang kabut ketika Aji menghilang di pagi hari dan sore harinya Aji baru kembali. Yang ternyata ia baru saja dari makam Nuka.

"Aji... Kalo Lo mau kesana lagi, beritahu gue. Gue anter kesana. Jangan bikin gue panik aji!"

"Cerewet!!"

"Lo bikin gue khawatir. Lo nyaris mati kapan lalu, gimana gue gak over protektif sama Lo?"

"Nuka udah nungguin gue..... "

"Tapi Nuka gak suka cara Lo"

Aji tau semua usaha Ardi padanya. Ia tahu, ia bisa merasakannya. Perasaan Ardi padanya tak pernah gugur. Justru semakin bertambah.

Ardian, pria yang selalu ada untuk nya sekarang. Ia tidak menggantikan peran Nuka disisi nya. Ardian punya tempatya tersendiri.

Dan Aji pun sadar, sampai kapan ia akan terus larut dalam kesedihannya? Sepanjang waktu ia hidup?

Benar kata Ardian. Nuka justru sedih melihatnya seperti ini. Bukan tetap melanjutkan hidup.

Di peluknya foto Nuka. Seolah ia memeluk tubuh itu dengan erat. Ah, Aji sangat merindukan Nuka. Sangat!

"Tunggu gue menyusul Lo, ka"

Aji tertidur dengan lelehan airmata dan bingkai foto yang ia peluk erat.
Ia bermimpi bertemu Nuka. melalui mimpi ia hanya dapat berjumpa dan menyentuh tubuh Nuka. Tapi tidak di kehidupannya sekarang.

Apa yang ia sesali tak bisa mengubah semua. Percuma, karena ia akan terus menangisi kepergian Nuka. Kenapa bukan dirinya saja yang pergi. Ia begitu benci ditinggalkan. Orang tuanya, lalu sekarang Nuka. Aji sudah lelah terluka karena ia ditinggalkan oleh orang yang ia sayang.

Namun, Nuka meninggalkan nya juga karena ia yang menorehkan luka dahulu. Dan itu adalah hal yang paling ia sesali. Tidak ada lagi Ajisena yang bajingan dan brengsek. Yang ada sekarang hanya Aji yang lemah. Yang meratapi kepergian Nuka.

Hari-hari berlalu tanpa menunggu duka berlarut-larut ajisena. Dunia terus melangkah tanpa memperdulikan dirinya yang tengah kehilangan. sesedih apapun dirimu, dunia akan terus berjalan seolah tidak peduli dengan mu. Begitu juga dengan Aji.

Ardi tidak tinggal dengannya. Ia datang setiap hari hanya untuk menjaga Aji.

Dan pagi ini Aji kedatangan tamu.

"Om Julius. Silahkan duduk"

"Kamu sudah terlihat membaik Aji"

"Makasih"

Aji sedikit sungkan. selama ini ia tinggal di rumah peninggalan Nuka. Apa Julius ingin rumah ini? Ingin rumah anaknya? Apa dirinya akan di usir dari sini?

Berbagai fikiran negatif bersarang dalam benaknya.

Terlebih Julius bersama seorang berpakaian seperti pengacara.

"Saya kesini hanya ingin memberikan ini serta surat wasiat dari almarhum anak saya, ji"

Julius memberikan sebuah amplop berwarna gelap. Aji tak segera membukanya. Namun melihat Julius yang seakan menyuruh nya membuka, maka Aji membuka.

Sebenarnya ia tak mengerti. Namun, pria yang dibawa Julius menerangkan semuanya.

"Ini adalah surat tanah dan aset milik tuan Nuka. Semua sudah berganti nama menjadi tuan Ajisena."

Aji mendadak kaku. Apa maksudnya?

"Nuka memberikan semua nya untuk kamu Aji. terutama rumah ini" tambah Julius melihat kebingungan Aji.

"Saya... Saya tak pantas menerima semua ini, om"

Tentu ia menolak. Setelah apa yang terjadi, lalu ia mendapat semua ini? Yang Aji tunggu sekarang hanya karma  buruknya saja. Bukan sesuatu yang bisa dikatakan keberuntungan.

"Nuka yang meminta. Saya hanya mengemban tugas untuk memberikan ini kepada kamu ajisena. " Julius tahu apa yang diinginkan sang almarhum.

Ditengah perbincangan mereka, keluarga Brawijaya tiba dengan kabar mengejutkan.

"Karina kabur dari rumah!"

Ada apa dengan dunia nya sekarang?

Ajisena memijat pelipisnya. Entah dimana letak akal sehat Karin.

Ia pergi meninggalkan Nakula. dan alasannya hanya karena ia ingin kembali mencoba menata hidupnya. Ia kembali ke Sidney. Melanjutkan pendidikan. Itu yang tertulis dalam secarik kertas yang Aji baca saat ini.

Dan ia menyerahkan Nakula kepada Aji untuk di urus? Tidakkah Karin berpikir bahwa Aji sudah merasa gila sekarang setelah kepergian Nuka? Dan ia ingin Aji mengasuh bayi itu?

Tapi Aji menyanggupi. Setelah meyakinkan keluarga Brawijaya bahwa ia bisa mengurus sang penerus keluarga, Aji akhinya mengasuh Nakula. Dengan cara ini ia bisa mengalihkan dunia nya. Dari kedukaannya lalu sepenuhnya beralih pada bayi lucu nan polos itu.

Ardian masih sering mengunjungi nya.  Ia ada disaat Aji dilanda kebingungan. Terlebih saat surat wasiat dari Nuka. Ardi meyakinkan bahwa Aji pantas menerimanya.

"Gue pamit . Mungkin gue gak ke sini lagi?"

Saat itu keduanya sedang bercengkrama sembari mengasuh Nakula yang baru saja belajar merangkak.

"Lo mau kemana?"

"California. Mungkin gue bakal lanjutin kuliah dan mungkin akan menetap disana"

Ada satu ruang dalam hati Aji enggan membiarkan Ardian pergi. Siapa lagi yang akan memperhatikan dirinya kalo bukan Ardi?

"Ar.."

"Ya.. ?"

"Kalau gue gak bolehin Lo buat pergi, Lo mau nurutin kata gue gak?"

"Ha?"

Aji menggigit bibirnya. Ia mengeluarkan sesuatu yang sedari kemarin mengisi kantong celananya.
Lalu memberikannya dengan wajah merah kepada Ardi.

"Buat Lo!"

Ardian sedikit kaku. Namun malah terkekeh dengan kelakuan Aji sekarang.

"Beda banget waktu Lo ngasih ke Nuka. Sampe berlutut segala"

Ardian hanya bisa tertawa. Mungkin ini yang Nuka mau. Ia memang harus menjaga Aji sampai kapan pun.

********









Happy end !!!

Kesimpulannya saya serahkan ke anda ..

Thank you!!

Last Wish (END)Where stories live. Discover now