12.

332 24 18
                                    


Dentingan sendok dan garpu terasa begitu nyaring mengisi kesunyian dua insan yang tengah sarapan pagi itu.

Namun, suasananya begitu tidak nyaman. Salah seorang itu tengah melemparkan tatapan yang begitu menusuk, seolah berkata 'kau akan mati jika bersuara sedikitpun'.

"Lo gak makan?"

Tidak ada jawaban. Membuat si penanya akhirnya menghela nafas dan menyudahi kegiatannya.

"Sorry to say, tapi Lo sendiri yang maksa gue ngelakuin itu Ardian.." ucap Aji dengan lembut. Tak ingin memprovokasi Ardi yang kepalang emosi.

"Gue lagi mabuk, ANJING!! Gue gak sadar..Lo ambil kesempatan!!"

"Ya gimana.... Lo terlalu menggoda dan Lo juga menikmatinya"

BRAKk!!!!

Ardi menggebrak meja makan itu. Membuat Aji sedikit terkejut.

"Lo pikir ini masalah sepele?? Gue gak abis pikir Lo enteng banget ngomongin masalah gini!!. Mikir bangsat!!"

"Loh.. apa yang harus dipikirin sih . Kita cuman one night stand , tinggal lupain aja, anggap gak pernah terjadi hal kek gini, beres. Masalah selesai"

"Lo ....." Ardi berusaha menahan emosi nya. Tangan nya sudah mengepal siap dilayangkan ke wajah Aji.

Ardi memejamkan matanya guna menetralisir seluruh emosinya. Ia tak ingin meledak dihadapan Aji. Lebih baik Ardi pergi dari sana. Ia berbalik dan berjalan tertatih menahan nyeri di bagian bawah nya. Hingga sebuah pertanyaan dari Aji terpaksa menghentikan langkahnya.

"Dari kapan??"

Aji berdiri dan menghampiri Ardi yang masih membelakangi nya.

"Dari kapan Lo suka sama gue?"

Ardi tersentak, lantas segera membalikkan tubuhnya. Pikiran nya berkecamuk bingung sejak kapan Aji mengetahui hal itu.

"Apa Lo Inget apa aja yang Lo lakuin tadi malam?" Tanya Aji lagi meskipun pertanyaan sebelumnya belum di jawab.

Ardi menunduk tak berani menatap wajah Aji. Ia berusaha mengingat alur kejadian semalam yang membuatnya terdampar di tempat Aji ini.

Aji sudah melangkah lebih dekat dengan tubuh Ardi yang masih diam menunduk.

"Sekarang gue tau kalo Lo sebenernya gak suka sama Nuka. Tapi gue." Tatapan Aji berubah sendu. Memunculkan kerutan di dahi Ardi ketika ia menangkap mata sayu milik Aji.

"Dan sekarang gue nyesel nge biarin Nuka pacaran sama Lo .. Nuka gak pernah bahagia" cibir Ardi membuat Aji tertawa meremehkan.

"Terus kalo Nuka mundur, Lo yang bakalan maju dapetin gue, gitu??" Ucap Aji disertai senyum mengejek.

"Gue gak brengsek kayak Lo!!"

Aji tak mengindahkan umpatan Ardi. Langkahnya justru semakin mendekati Ardi. Hingga kedua tangannya hinggap di pinggang Ardi.

"Wanna try?? "

Pertanyaan dari Aji membuat Ardi bingung. Ia menjadi tidak fokus pada tangan yang memeluk pinggangnya itu perlahan semakin erat.

Ardi segera mendorong tubuh Aji saat ia baru sadar. Sadar akan tangan Aji dipinggangnya. Juga tersadar bahwa pertanyaan Aji sebelumnya adalah ajakan untuk bermain api dibelakang Nuka.

"Lo beneran brengsek Aji!!!" Marah Ardi.

Tatapan Aji menjadi datar dan terkesan dingin.

"Apa yang Lo harapin dari gue, ha? Lo tau gue gak pernah bisa balas perasaan nya Nuka. Dia sendiri yang terlalu berharap sama gue. "

Last Wish (END)Where stories live. Discover now