7.

244 21 1
                                    

Ini makasih banget cuk yang udah mampir ke sini!

.

.

Untuk pertama kalinya sejak Nuka hidup sendiri, sang ayah menelepon nya. Membuat Nuka yang tadinya sibuk dengan kegiatannya terpaksa berhenti ketika ponselnya berdering. Tertera nama papa disana. Awal nya Nuka mengacuhkan bunyi ponsel nya. Namun, setelah berkali-kali ponsel nya terus bersuara membuat Nuka akhirnya mengangkat panggilan tersebut.

"Halo"

"Halo, son??"

Nuka berdecih.  sejak ia keluar dari rumah utama, ia seperti bukan lagi dianggap sebagai anggota keluarga. Setelah tahu keadaan Nuka yabg seperti ini, baru mereka terlihat peduli. Untuk apa?? Nuka sudah muak dengan sikap orang tuanya yang seakan peduli, namun setengah-setengah melakukannya.

"Ada apa, pa??" Nuka memberikan kesan dingin dengan lawan bicaranya itu.

"Kamu apa kabar?? Keadaan kamu gimana sekarang?? Kenapa gak ada satupun dari kalian yang mengabari kami disini"

Nuka mengurungkan niatnya untuk menjawab dengan sindiran. Ada sedikit kerinduan dalam hatinya ketika merasakan Kepedulian dari sang ayah.

"Apa Ardi sudah bicara sama kamu?" Lanjut Julius lagi.

"Soal apa??"

"Tentang kesembuhan kamu nak. Kamu harus melakukan pengobatan disini, bersama kami. Dan Ardi yang akan mengurus kepindahan mu"

Nuka terdiam. Sungguh hingga sekarang Ardi tak mengatakan apapun. Atau mungkin Ardi sengaja tidak mengatakan nya. Tapi buat apa??

Nuka akan memilih untuk tetap berada disini jika diharuskan menjalankan pengobatan. Tentu saja Aji yang menjadi alasan. Ia tak akan mau meninggalkan Aji. Apalagi sekarang hubungan keduanya semakin rumit sejak kedatangan wanita itu. Memikirkan nya saja sudah membuat Nuka geram hingga mengepalkan tangannya.
Sampai suara Julius mengembalikan kesadaran nya.

"Halo? Nuka. Kamu kenapa? Dengerin papa ngomong kan??"

"Nuka denger, pa. Tapi nuka gak mau kemana-mana."

"Tapi kamu mau sembuh kan? Kamu harus secepatnya berangkat kesini Nuka. "

"Nuka baik baik aja disini. Bahkan tanpa kalian sedari dulu juga Nuka baik baik aja!"

Nuka mematikan panggilan telepon nya, lalu menghempaskan ponsel itu sembarangan.

Meninggalkan Aji disini? Nuka tak akan sanggup. Kemungkinan jika Nuka pergi pasti membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Nuka tak bisa meninggalkan aji nya. Aji miliknya akan dengan mudah direbut wanita sialan itu. Begitu pikir nya ketika memikirkan masalah nya saat ini.

Bicara mengenai Aji, Sedari pagi Nuka tak mendapat kabar dari Aji, lagi. Padahal hari ini jadwal kuliah Aji kosong, sift kerja nya juga menjelang sore nanti. Lalu kemana Aji?

Nuka tak ingin berprasangka buruk, namun firasat nya selalu mengarah pada wanita sialan itu.

Dan memang benar, kini Aji dan Karin tengah berada di rumah sakit, demi menuruti kemauan Aji sendiri yang Keukeh ingin memeriksa kondisi sang calon bayi.

Kedua nya kini baru saja keluar dari ruang dokter. Wajah Aji terlihat sumringah, berbanding terbalik dengan Karin.

"Ji...." Panggil Karin.

"Kenapa??"

"Gue...g-gue gak mau lahirin anak ini ji...."ucap Karin dengan sendu.

"Gue gak mau... Ini kesalahan. Anak sialan ini udah ngerusak hidup gue jii" tanpa sadar Karin menangis.

Last Wish (END)Where stories live. Discover now