2. Resmi Jadian

7 1 3
                                    

Ini adalah hari yang menyebalkan bagi Avi. Baru pertama masuk di sekolah baru malah harus bertemu dengan Zavi yang tiba-tiba bilang ke semua orang kalau Avi adalah pacarnya. Gila, kan?

Avi nampak tengah membaca novel. Tapi pikirannya entah ke mana. Ke mana lagi kalau bukan ke laki-laki yang baru dua kali ditemuinya itu.

"Kok ada ya cowok kaya gitu?" tanya Avi pada dirinya sendiri. "Masa tiba-tiba jadiin orang gak dikenal sebagai pacarnya? Kan gak masuk akal." sambungnya masih bermonolog.

Masih asik bicara sendiri, pikiran Avi buyar saat Jihan menelponnya. Sepertinya ia bisa menebak kenapa teman barunya itu menelpon dirinya. Pasti mau membahas tentang Zavi.

"Halo, Jihan. Ada apa?" tanya Avi mengangkat panggilan telepon dari Jihan.

"Vi, lo kok bisa kenal sama Kak Zavi? Kenal di mana?" Dan benar saja dugaan Avi, Jihan mananyakan soal Zavi.

"Aku itu gak kenal sama dia, Jihan. Aku aja gak tahu namanya." jawab Avi jujur.

"Terus kok Kak Zavi bilang lo pacarnya?"

"Gak tahu. Emang cowok gila dia!"

"Saran gue lo jangan deket-deket deh sama Kak Zavi." ucap Jihan memberikan saran.

"Kenapa?"

"Ya lo lihat sendiri kelakuannya, kan? Ntar dia jadiin lo pacar terus lo dimainin sama dia. Mau lo?" tutur Jihan memberikan penjelasan singkat.

Bukannya langsung mengerti, Avi justru bertanya lagi karena tidak paham dengan ucapan Jihan. "Dijadiin mainan itu maksudnya gimana, ya?"

"Astaga ... itu lho, kaya dibuat jadi bahan gabut. Nanti kalau dia ketemu sama yang lebih cantik atau balikan sama mantannya, lo ditinggal gitu aja." Jihan berusaha menjelaskan agar Avi mengerti maksudnya.

"Oh, gitu. Kamu tenang aja, aku gak tertarik jadi pacarnya cowok aneh dan gak sopan kaya dia." kata Avi dengan percaya diri.

"Pokonya jangan sampe lo terima dia. Setahu gue dia itu bucin banget sama mantannya. Gak mungkin segampang itu dia move on."

"Iya-iya, Jihan."

"Terus dia juga ketua geng motor yang diincar ketua-ketua geng motor lainnya."

"Ssst! Udah! Aku gak mau tahu cerita apa-apa lagi soal dia. Mau dia bucin sama mantannya, mau dia ketua geng motor, bukan urusan aku."

Avi tidak tertarik sama sekali dengan cerita tentang Zavi. Berbeda dengan kebanyakan orang, ia memang bukan tipe orang yang kepo dengan cerita hidup orang lain yang seperti itu.

Setelah selesai bicara dengan Jihan, Avi memutuskan untuk melakukan kegiatan sehari-harinya di rumah. Ia akan membersihkan rumah. Sebagai orang yang tinggal di rumah saudara, ia tidak boleh menjadi anak yang bermalas-malasan.

Avi mulai menyapu rumah, membersihkannya dari debu. Setelah selesai, Avi melanjutkannya dengan mengepel lantai agar terlihat lebih bersih lagi. Ia bersenandung kecil sembari melakukan pekerjaan rumah itu.

"Avi, nanti kamu yang masak, ya! Tante mau nyantai di kamar." pinta Mira, Tantenya Avi dengan santai.

"Iya, Tante. Nanti Avi yang masak." sahut Avi. Tanpa protes ia mengiyakan permintaan Tantenya.

"Yaudah, lanjutin bersih-bersihnya. Jangan sampe Om kamu pulang rumah masih berantakan." ucap Mira sedikit songong. Avi hanya mengangguk sebagai respons.

。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。

Malamnya, Avi menyusun makan malam di meja makan. Makan malam sederhana yang Avi masak. Tante dan Omnya Avi duduk di kursi. Begitu juga dengan Arjun yang baru selesai mandi setelah pulang dari kampus.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ARZAVIWhere stories live. Discover now