"Haiiiiiii"

Sebuah suara anak perempuan mengalihkan semua perhatian orang-orang di ruangan tersebut. Dapat mereka lihat seorang gadis kecil berpakaian serba hitam sedang berada di gendongan Daddy Zio mereka.

"Sudah lama?" Tanya Zio kepada teman-temannya

"Tidak juga" jawab Damian

Perhatian semua orang teralihkan kepada Zia. Mereka semua menatap penasaran pada Zia yang hanya tersenyum lebar memamerkan gigi putihnya sambil melambaikan tangannya.

"Apa ini baby Zia?" Tanya Robert memandang Ziana dengan tatapan penuh kasih sayang kebapakan

"Hum" angguk Zio

"Baby cepat berkenalan dengan mereka semua" ucap zio sambil mendudukkan dirinya di salah satu sofa disnaa.

"Haii" sapa ceria Zia kepada mereka semua sambil melambaikan tangan.

Namun tidak ada satupun yang menyahutinya semua hanya teridam dan menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

Hal itu membuat senyumn Zia membeku

'apakah mereka semua tidak menyukaiku?' batinnya sedih kemudian menyudahi sapaannya dan kembali kepangkuan Daddynya.

Zia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Daddynya. Ia malu sekaligus sedih.

Awalnya ia sangat bersemangat menyambut mereka semua. Namun sepertinya tidak ada yang menyukainya

'huh~ ucapkan selamat tinggal kepada impian memiliki saudara' desahnya dalam hati dan memeluk erat Daddynya. Demi apapun ia malu.

Memang sih pasti semuanya merasa dirinya aneh. Tiba2 menyapa seolah-olah saling mengenal padahal mereka hanyalah orang asing.

Melihat putrinya yang sedih dalam pangkuannya membuat zio menatap tajam semua sahabatnya.

"Jika hanya ingin menjadi patung. Lebih baik kalian semua pulang. Aku dan baby akan istirahat" datar Zio sambil berdiri bersiap-siap pergi

Ia geram bukan hanya teman-temannya yang mendadak cosplay menjadi bisu namun anak-anak mereka yang biasanya Ramai pun turut membisu. Jika memang mereka tidak bisa menerima kehadiran babynya yasudah. Ia sendiri jga sanggup membuat putrinya bahagia.

"Ehhh ehhh kau ingin kemana. Aku belum menyapa baby. Enak saja ingin membawa babyku pergi" ucap Jonathan yang tersadar dari lamunannya

Kemudian tanpa memperdulikan wajah datar milik Leonzio ia segera merebut Ziana dri pelukan Zio.

Dan membawanya ke tempat duduknya kembali dengan Zia di pangkuannya.

"Hai baby, perkenalkan nama papa Jonathan Xilyverzy. Panggil saja papa ya"

"Eumm. Papa Joa" ucap Zia senang. Akhirnya ada yang menerima kehadirannya. Dilihat-lihat juga papanya ini sangat baik dan ramah. Memiliki aura yang membuat orang lain nyaman berbicara dengannya.

"Hm? Kenapa papa Joa?" Tanya Jonathan bingung

"Tidak papa. Lebih mudah menyebutnya papa" ucap Zia dengan wajah senangnya

"Baiklah suka-suka baby saja" ucap Jonathan sambil memeluk ziana erat sekali.

Huh ia rindu sekli. Ia tidak bisa membayangkan baby menderita di luaran sana untuk bertahan hidup. Memikirkannya ia ingin menangis namun tidak pantas menangis di suasana seperti ini.

"Papa" panggil seorang anak laki-laki yang sedari tadi melihat interaksi mereka

"Oh iya, baby ini kakak laki-laki mu. Ayo kenalan" ucap Jonathan

Zia yang masih di pangkuan papa Joa menatap anak laki-laki tersebut dengan wajah penasaran

"Hai adik. Sepertinya adik sudh lupa dengan kakak. Perkenalkan Jordan Aliga Xilyverzy" ucap Jordan dengan wajah penuh senyuman kepada Zia ia juga menghampiri Zia dan menjabat tangganya

"Kak Jordan?"

"Iyaaa. Adik sudah besar ternyata" ucap Jordan sambil menatap sedih adiknya

Bagaimanapun mereka berlima tumbuh besar bersama. Sejak Zia lahir mereka selalu bersmaa Zia, walaupun mereka bukan saudara kandung namun waktu yang mereka semua habiskan melebihi saudara kandung lainnya. Mereka berlima juga sering tinggal di mansion Skelton drpd mansion mereka sendiri.

Mendengar adiknya ini hidup di jalanan selama ini membuat Jordan sedih. Jordan yang memiliki hati paling lembut di antara yang lain menangis selama semalaman memikirkan kehidupan adiknya selama ini.

Merasa berjabat tangan tak cukup Jordan segera memeluk adiknya dengan eratt

"Huwaaaaa Kakak rindu sekali dengan adik. Pasti berat sekali kehidupan adik selama ini huhuhu hiks" tangis Jordan pecah setelah memeluk tubuh mungil adiknya

Zia yang mendengar itu juga menangis kerasss. Ia merasa sedih mengingat masa-masa kelamnya dulu

"Hiks hiks~ huwaaaaa~ jangan m-menangis hiks" ucapnya sambil memeluk erat Jordan dengan sesegukan

Mereka semua yang mendengar tangisan kedua anak tersebut juga merasa sedih.

Zio mendongak menatap langit2 karna matanya mulai terasa perih begitupula pria dewasa lainnya Disana.

Ketiga kakak laki-laki Zia lainnya jga turut menghampiri Zia dan Jordan kemudian saling berpelukan bersama. Dan menangis bersama-sama

Ruangan itu diisi oleh suasana haru akan berkumpul nya kembali anggota keluarga mereka yang telah lama hilang.

TBC~
👇Vote. Semua chapter sudah aku keluarkan!!!! Jadi jangan lupa vote ya untuk kelangsungan story' ini hahahahahahaha sampai jumpa!!

Ziana Second Life  Where stories live. Discover now