|SW 77| Tulisan Tangan Angga

Start from the beginning
                                    

"Amplop yang sempat kamu tolak kala itu. Kak Rio kasih lagi ke aku, barangkali kamu mau buka. Jangan tanya isinya apa, karena kak Rio dan aku juga belum buka," ucap Anindya membuat Arsa meraihnya lalu membuka amplop tersebut.

Amplop berwarna coklat tersebut terbuka sempurna. Tak ada yang spesial, hanya beberapa berkas yang tak tahu itu berkas apa. Namun mata Arsa tertarik pada sebuah kertas dengan warna berbeda yang menarik perhatian nya. Arsa segera mengambilnya, membuka dan terkejut karena kertas ini berisi tulisan tangan Angga.

"Surat, tuh, kan kamu ...." Anindya menghentikan kata-katanya. Ia menutup mulutnya karena merasa bodoh hampir menyalahkan Arsa yang sedang berduka.

"Kalau kamu mau menghakimi aku gak apa-apa. Aku emang pantas dapat itu dari banyak orang," ucap Arsa melihat istrinya batal melanjutkan kata-katanya.

Anindya tak menjawab. Ia berusaha mengalihkan pikiran Arsa dengan kalimat pembuka yaitu bote. Anin pun menatap Arsa yang bahkan membutuhkan keberanian untuk membuka surat itu secara keseluruhan.

"Bote itu apa? Kenapa kak Angga tulis untuk bote?" tanya Anindya yang penasaran.

"Bote itu panggilan kesayangan Angga. Dulu waktu masih kecil kita berdua suka sate, tepatnya aku lebih suka sate dari dia. Selalu kalau makan, aku ambil punya dia karena ngerasa kurang. Makanya dari situ Angga panggil aku bote yang singkatan dari bocah sate," jelas Arsa tersenyum ketika mengingat bagaimana kenangan masa kecilnya berputar sempurna dalam benak pikirannya.

"Ya, udah baca suratnya dulu aja," balas Anindya membuat Arsa menganggukkan kepalanya dan membuka surat itu dengan lebar yang menampilkan kata dan kalimat yang Angga tulis untuk dirinya.

Jakarta, 10 Januari 2024
Untuk: Bote (Bocah Sate)

Aku gak tahu surat ini bakal sampe ke kamu atau enggak, tapi kalau sampe ke kamu aku mau mengucapkan ribuan kata maaf karena gak bisa jadi kakak yang baik buat adiknya sendiri. Mungkin Galang udah jelasin semuanya, kan? Jadi aku harap setelah ini kamu bisa hidup dengan bahagia, jangan merasa bersalah, dan terus menjadi bote nya Angga. Udah lama, ya gak ketemu? Maaf ketemunya cuman bisa lewat surat. 3 tahun berjuang aku rasa udah cukup, ya, Sa? Untuk hidup di dunia. Abis capek minum obat mulu dan sakit yang gak tahu sembuhnya kapan. Mungkin dengan cara ini aku bisa sembuh dan hilang rasa sakit.

Arsa mengadahkan kepalanya. Ia mengarahkan tangannya untuk memberikan angin pada matanya agar ia tidak meneteskan air mata. Sementara melihat gelagat suaminya membuat Anindya mengelus-elus bahunya. Ternyata surat perpisahan ketika dibaca sangat menyakiti hati yang membacanya.

Titip mama dan papa, Sa. Stop pergi ke club' karena aku tahu kebiasaan buruk kamu. Jauh bukan berati gak peduli, kan? Kamu bukan lagi jadi adik kecilku, sekarang tugas kamu udah jadi suami dan calon ayah, jadi kalau bisa rubah kebiasaan buruk kamu. Jaga kesehatan, jangan kerja keras terus. Sesekali liburan sama Anindya biar kamu sama dia happy terus hidupnya. Oh, iya, pasti berita meninggalnya buat kamu kena masalah juga, ya? Kalau ada masalah yang seret kamu dan Anin, sudah jelas pelakunya Bianca. Hati-hati sama dia, Sa. Kamu harus tetap hidup dan lawan rasa kehilangan untuk istri dan anak kamu, juga untuk mama dan papa.

Tolong kasih hadiah dari aku untuk mama dan papa. Semuanya ada di amplop ini. Jangan lupakan aku, Sa. Sesekali minta tolong kunjungi aku di makam, atau buat acara pengajian di panti asuhan agar siksa ku diringankan. Sampaikan permintaan maaf dari aku untuk semuanya. Satu lagi mungkin kalau  kamu gak keberatan, kalau anaknya cowok bisa kasih nama aku, ya, hehehe. Jalani hidup terus Sa, Lo harus tetap hidup buat gantikan gue.

Salam hangat
Angga

Membaca surat itu membuat Arsa meneteskan air matanya, bukan hanya Arsa, Anindya pun ikut merasakan bagaimana rasa sakitnya ditinggal orang tercinta. Anin memberikan pelukan kala tangisan itu terus terdengar. Arsa menangis karena rasa bersalahnya, sementara ia menangis membaca tulisan Angga yang sangat menyayangi adiknya. Sekarang ia tahu, alasan Angga melakukan semuanya. Melakukan semua kebaikan adalah untuk membantu dirinya menjadi artis agar rumah tangga adiknya tidak bercerai. Ia juga paham satu hal, melihat Angga dan Arsa bertengkar saat itu tak satu pun Angga memberikan sebuah pukulan, walau Arsa terus menghajarnya hingga babak belur ada di wajahnya. Ternyata ini alasannya. Seorang Angga mengorbankan dirinya sendiri untuk kebahagiaan keluarga, menjaga keluarganya dalam diam, lalu berakhir menghilang tanpa merepotkan siapa pun orang.

"Ternyata ini alasan Angga. Aku bodoh karena gak memahami semuanya. Rasa egois yang ada di hati aku buat aku buta untuk melihat kebaikan orang-orang yang ada di sekitar aku. Aku abaikan perjuangan kamu, aku tutup telinga rapat-rapat untuk mendengarkan penjelasan Angga, bahkan aku gak menyadari siapa aja yang telah aku sakiti hatinya. Itu semua karena rasa egois yang aku punya, kan?" tanya Arsa mengurai pelukannya seraya menatap Anindya dengan mata berkaca-kaca.

"Enggak. Semuanya udah takdir. Jangan salahkan diri kamu sendiri, karena apa yang kamu harapkan gak sesuai dengan kenyataan. Ikhlaskan kepergian Angga untuk kebahagiaan nya. Kalau kamu peduli sama dia, harusnya kamu gak terus menerus ngerasa kaya gini. Kamu harus hidup untuk menjalankan apa yang dia minta," jelas Anindya seraya mengelus pipi Arsa dengan rasa kasih sayangnya.

"Aku gak mau kamu sakit," ucap Anindya lagi membuat Arsa menghapus air matanya. Arsa kemudian memeluk kembali Anindya dengan cintanya. Mulai sekarang ia akan menjaga keluarganya, menjadi pria yang memahami masalah dari berbagai sisi bukan dari egonya sendiri.

"Makasih," lirih Arsa seraya memejamkan matanya saat Anindya membalasnya pelukannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Makasih," lirih Arsa seraya memejamkan matanya saat Anindya membalasnya pelukannya.

Anindya pun menganggukkan kepalanya. Ia yang penasaran pun meraih amplop coklat itu, ia lihat ada beberapa berkas penting seperti sertifikat tanah, kartu ATM dengan berbagai jenis dan password yang ada di sana, lalu mata Anindya menatap sebuah foto yang menampilkan wajah Arsa dan Angga yang tampak mirip dengan tinggi badan yang berbeda. Melihat itu saja membuat Anindya menahan air matanya.

"Kita buat acara pengajian sama anak yatim piatu ya, kita wujudkan keinginan kakak kamu," ucap Anindya seraya mengelus-elus rambut Arsa.

Arsa pun menganggukkan kepalanya.

"Masalah makanan biar aku yang urus. Aku mau masak buat pengajian itu," ucap Anindya tiba-tiba membuat Arsa melepaskan pelukannya.

"Jangan aneh-aneh. Aku -----"

"Aku ngidam mau masak. Aku mau masak buat banyak orang. Jadi kamu jangan ngelarang," potong Anindya cepat seraya mengacungkan jari telunjuknya membuat Arsa yang tak bisa melawan kehendak istrinya pun dibuat terdiam.

#TBC

GIMANA PART KALI INI GUYS?

GIVE ME VOTMEN PLEASE 💜

GIVE ME 500 KOMENTAR GUYS 🥰

FOLLOW ME JANGAN LUPA

TERIMAKASIH BANYAK 💜

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta |REPUBLISH) Where stories live. Discover now