"Tak perlu seperti itu, tak perlu juga kau melirik kearah nya. Bersikaplah biasa, tarik dirinya dengan cara elegant. Tunjukkan kualitas dirimu dalam bersosialisasi, sebab semakin kau diam dan tenang, semakin kau yang menonjol diantara mereka yang ribut tertawa tidak jelas," sambungnya sembari mengambil segelas air berwarna orange.

Merasa tersindir, wanita tersebut menatap Hana dari atas sampai bawah dengan sangat intens. "Menurutku, penampilanmu jauh lebih rendah dari pada aku," sinis wanita tersebut.

"Bahkan penampilan saja tak cukup untuk memberimu nilai lebih. Women must be intelligent with their minds," telak Hana sembari menyeruput minumannya dengan santai.

Merasa sangat geram, wanita tersebut mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat.

"Bella, sudah kau tidak perlu meladeninya," bisik salah satu temannya yang berkulit coklat eksotis dengan gaun berwarna biru dongker.

"Tidak bisa, dia sudah merendahkan ku." sahut wanita bernama Bella itu.

Bella melipat kedua tangannya tepat berada di atas dadanya dengan wajah yang menyombong. "Bukankah penampilan adalah point utama untuk seseorang menilai kita? Jika penampilanmu seperti ini-" ucap Bella menggantung dengan mata yang naik turun memperhatikan penampilan Hana kembali. "Kurasa kau terlihat sangat bodoh karena telah merendahkan ku." sambungnya disertai senyuman yang tampak mengejek.

Hana hanya tersenyum mendengarnya, dan menaruh gelas yang sebelumnya ia genggam. Kini, wanita itu mendudukkan bokongnya pada salah satu kursi yang terdapat diantara mereka. Bahkan jika dibandingkan antara penampilan Hana dan Bella, mungkin penampilan Hana jauh lebih elegant dibanding Bella. Gaun hitam polos senada dengan warna hijabnya serta beberapa perhiasan kecil yang tidak terlalu menonjol, benar-benar membuat penampilannya sangat manis.

Mendengar ucapan Bella, Hana hanya diam. Ia tidak ingin menciptakan keributan di tengah-tengah keramaian seperti ini.

Baru saja Bella akan melemparkan kembali kata-katanya untuk mencaci Hana, tiba-tiba saja seorang pria tampan dengan rahang yang tegas berjalan menghampiri mereka bertiga. Bella yang menyadari hal itu pun berpura-pura merapihkan pakaian dengan sangat antusias.

"Perkataanmu salah. Lihat, bahkan dia datang menghampiriku. Nona muda yang terhormat, katakan saja jika kau iri padaku bukan?" bisik Bella yang kini sudah berdiri tegap ingin menyambut kedatangan pria tersebut.

Masih dengan posisinya, Hana hanya melirik wanita itu sekilas.

"Halo," sapa Bella pada pria tersebut dengan senyum yang mengembang sempurna.

Sang pria yang mendengarnya hanya menatap Bella sekilas dan berjalan begitu saja melewatinya. Tentu hal tersebut membuat Bella sedikit menahan malu.

"Permisi, boleh aku gabung bersamamu?" tanya pria tersebut pada seorang wanita yang sedari tadi ia perhatikan cukup tenang.

"Silahkan," sahut wanita tersebut membenarkan posisi duduknya. Kini mereka berdua duduk bersebelahan bersama dua orang wanita yang ikut bergabung namun dengan wajah yang tampak muram.

"Bisa ku tahu namamu?" tanya pria tersebut yang sepertinya ingin membuka percakapan dengan Hana.

"Hana Halimatu Syabiya," sahut Hana dengan pundak yang masih menegak serta gaya duduk yang cukup elegant.

Pria tersebut tersenyum dengan pandangan yang tak putus menatap Hana. Ia menjulurkan tangan kanannya guna memperkenalkan dirinya pada Hana. "Azhaan Jhafaaer Zhaiens."

BILLIONAIRE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang