27 | -Complex

89 12 2
                                    

"IH! JANGAN BERISIK!"

Tentu saja seruan tersebut sukses membuat Youngeun dan Bahiyyih terpaku.

Tidak, tidak, biasanya justru salah satu dari mereka yang akan berteriak ketika Hikaru berbuat onar. Namun sekarang, mengapa berkebalikan?

"Karu, kau tidak apa-apa?" Bahiyyih mendekati gadis itu, bertanya dengan lembut tentang keadaannya.

Yang ditanya terdiam. Ia menghela napas berat, dan menggeleng kecil, "Aku hanya lelah. Maaf."

"Kami yang minta maaf, Karu. Kalau kau ingin fokus, tak masalah. Kami bisa keluar," Youngeun berujar lirih.

"Tidak perlu. Fokus tidak akan bisa membantuku," tolak Hikaru dengan lesu, "Mau sefokus apapun aku tetaplah gadis bodoh yang tidak akan bisa mengerjakan soal mudah ini sekalipun."

"Hikaru, apa yang kau bicarakan?" tanya Youngeun tidak percaya. Ia mendekat Hikaru dan membelai surainya lembut, "Kau anak yang pintar, Hikaru."

Hikaru menggeleng, "Kau tidak akan bisa menghiburku dengan kebohongan, Nyong. Aku menerima diriku apa adanya, kok. Aku 'kan memang bodoh dan tidak berguna."

"Kau kenapa, sih? Jangan berkata seperti itu," tegur Bahiyyih, merasa iba dengan kalimat sahabatnya itu.

"Ah, kenapa aku seperti ini, sih?" Hikaru mengusak kasar wajahnya. Tanpa mau memandang kedua teman kamarnya, gadis Jepang itu berucap, "Bolehkah aku minta waktu sendiri?"

Youngeun dan Bahiyyih saling menatap untuk sejenak. Tak bisa menolak permintaan Hikaru, keduanya bersiap untuk keluar dari kamar, memberikan temannya itu waktu untuk menenangkan diri.

"Hikaru, jika terjadi sesuatu, kami ada di sini. Jangan kamu pendam sendiri, ya?" Youngeun meraih pundak Hikaru untuk diusap, sebelum akhirnya benar-benar pergi dari kamar bersama Bahiyyih.

Pintu ditutup, membuat tangisan Hikaru pecah seketika. Gadis Jepang itu menumpahkan segala perasaan yang Ia pendam hari ini.

Senyum dan tawa memanglah kondisi normal yang sudah Ia lakukan sehari-hari. Namun, malam ini terlalu berat baginya. Sebuah kalimat yang dengan mudahnya keluar dari mulut salah seorang temannya benar-benar membuatnya sakit hati.

"Memangnya ada laki-laki yang mau berkencan dengan gadis 'binatang' seperti Hikaru?"

"Lalu apa masalahmu, brengsek..." cicit Hikaru sembari meremat buku yang ada di hadapannya. Tak peduli jika Ia akan dimarahi guru akibat rusaknya buku tulisnya, biar Ia pikir itu belakangan.

Ia tidak pernah merasa bahwa Ia adalah gadis yang sangat amat cantik. Ia juga tidak pernah merasa bahwa Ia adalah gadis yang baik. Ia tidak pernah merasa bahwa Ia adalah gadis yang rajin, terampil, atau pintar. Ia sadar bahwa Ia memiliki banyak kekurangan dalam hidupnya.

Namun, apakah serendah itu dirinya sampai-sampai disamakan seperti binatang?

Terlebih, mungkin karena ini hari pertamanya kedatangan 'tamu', perasaannya menjadi seratus kali lebih sensitif.

Tapi, alasan apapun yang akan diberikan, tidak ada satupun yang layak untuk merendahkan orang lain.

"Aku tidak ingin mengeluh.." lirih Hikaru dalam isakan, "Aku tidak ingin menolak diriku... Aku ingin menerimanya.."

"Tapi.. rasanya sakit.." tangisannya semakin pecah. Ia menjambak kasar rambutnya, seiring dengan bergabungnya kalimat-kalimat yang Ia dengar siang tadi di dalam kepalanya.

"Benar sekali. Wanita itu sangat murahan."

"Lagipula, kudengar latar belakang keluarganya juga buruk. Sepertinya, Ia tidak akan hidup bahagia."

Bon Voyage || ℤ𝔹𝟙-𝕂𝕖𝕡𝟙𝕖𝕣 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang