35 | Kinda

100 16 2
                                    

Setiap pasang mata menatap gundah pada apa yang akan mereka saksikan. Setelah pernyataan mengejutkan dari Bahiyyih—yang tiba-tiba menyeletuk soal hubungan asmaranya dengan Ricky—tadi, kini gadis itu benar-benar berdiri di depan pintu kamar Ricky.

"Vin, kau tahu?" bisik Matthew.

Gyuvin menggeleng, "Kau pikir aku tidak kaget?"

'Tok! Tok! Tok!'

"Sudah kubilang, aku tidak perlu diobati, Kak!"

"Ricky," undang Bahiyyih, "Ini aku. Hiyyih."

Cukup lama Ricky tidak membalas. Hal itu membuat para penonton menjadi semakin penasaran. Klimaks pun dicapai ketika suara kunci pintu yang bergerak terdengar, dan daun pintu perlahan terbuka, memberikan jalan bagi Bahiyyih untuk masuk.

"Hah!? Sungguhan!?" lirih Taerae keheranan.

"S-Sepertinya begitu..." angguk Hanbin tak kalah terkejut.

Bahiyyih menoleh sejenak pada Hanbin dan tersenyum, "Aku akan mengobatinya, Kak. Jangan khawatir."

"B-Baiklah. Terima kasih, Hiyyih," balas Hanbin masih terpaku.

Gadis itu segera masuk ke dalam ruangan Ricky. Ia menelisik untuk sesaat. Rapih, sangat rapih jika dibandingkan kamarnya dengan Youngeun dan Hikaru. Pada dasarnya, Ricky memang seseorang yang sangat tertata. Ditambah dengan dirinya yang tidak perlu berbagi kamar, sudah jelas kondisi ruangannya akan sangat teratur dan nyaman.

"Biarkan saja. Aku akan menariknya sendiri," potong Bahiyyih ketika melihat Ricky hendak menarik kursi belajar milik pria itu untuk dirinya.

Ricky terdiam sesaat, tapi pada akhirnya menuruti apa yang Bahiyyih katakan. Segera Ia kembali melangkah ke kasur dan merebahkan diri di sana. Jujur saja, tubuhnya terasa sangat remuk akibat pergelutan siang tadi.

"Pakai bantalmu untuk bersandar," perintah gadis Huening, "Aku akan mengganti perbanmu."

Si pria tidak memberikan jawaban, membiarkan Bahiyyih melakukan pekerjaannya dengan keheningan yang menyelimuti. Sesekali Ia mengaduh di kala lukanya terasa perih akibat gesekan dari kassa yang hendak dipasang.

"Apa masalahmu dengan Anton?" tanya Bahiyyih.

Yang ditanya sedikit enggan menjawab, tapi akhirnya mulutnya terbuka, "Aku tidak suka mendengarnya membicarakan dirimu."

"Aku?" Bahiyyih mengernyit, "Apa yang Ia bicarakan tentangku?"

"Ia mengatakan bahwa dirimu cantik," jawab Ricky dengan wajah yang dibuang ke sisi kiri, "Katanya kau adalah tipe idealnya."

"Lalu? Apa yang salah?"

Dengan tatapan tidak percaya Ricky menoleh pada gadisnya, "Kau bilang apa? Apa yang salah?"

"Dia hanya memujiku, Ricky," jelas Bahiyyih sembari mengusap lembut pelipis pria itu, membersihkan noda darah yang sudah mengering.

"Itu bukan sekadar 'hanya'. Bagaimana jika Ia berusaha merebut dirimu dariku?"

Gadis Huening itu memutar bola matanya, "Tidak akan... Jangan berlebihan..."

"Siapa yang tahu..." desis Ricky, "Kau saja sedang marah padaku, 'kan..."

Mata Bahiyyih melirik pada netra sang pria Shen. Bola hitam putih itu nampak memojok ke ujung mata, tanda bahwa sang pemilik sedang malu.

"Tidak menutup kemungkinan kau akan meninggalkanku..."

"Kau sendiri yang mengatakan padaku untuk tidak ikut campur urusanmu," ketus si gadis, "Sekarang kau yang menyesal."

"Aku tak bermaksud membentakmu dengan mengatakan seperti itu," jelas Ricky, "Aku.. hanya tidak suka jika orang-orang menyinggung soal hubunganku dan Cece.."

Bon Voyage || ℤ𝔹𝟙-𝕂𝕖𝕡𝟙𝕖𝕣 حيث تعيش القصص. اكتشف الآن