39 | My Voice Pt. III

76 14 0
                                    

"Kak, apakah aku dan Haewon bisa dipindahkan ke Seoul saja?"

Hanbin yang sedang mengupas apel menoleh, mendapati Taerae yang sedang bertanya sembari menatap kosong langit-langit ruangan.

"Aku tidak tahu, Tae," balas Hanbin, "Kondisi Haewon juga belum pulih."

Taerae berdecak, "Taerae bodoh. Ini semua karena kebodohanmu."

"Kim Taerae," undang pria Sung itu sembari menahan tangan Taerae yang bergerak bebas, "Tidak ada gunanya menyalahkan dirimu sekarang."

"Kau memang salah," tegas Hanbin tak membenarkan perilaku adiknya, "Kau melawan orang tua Haewon yang tak mengizinkannya untuk pergi mengikuti lomba."

"Tapi, semua sudah terjadi," lirihnya, "Yang bisa kau lakukan adalah memperbaiki kesalahanmu."

"Kenapa Haewon yang terluka seperti itu, Kak...? Kenapa bukan aku yang mengalami luka parah...?" tanya sang adik dengan sendu.

"Aku yang bertanggung jawab. Aku yang seharusnya menanggung semua luka Haewon. Kenapa-"

"Taerae," potong Hanbin dengan cepat. Ia menggenggam tangan adiknya dan membalas, "Apa yang terjadi terkadang terasa sakit dan sulit."

"Tapi, percayalah. Pasti ada hal baik yang bisa kita dapatkan," sambungnya.

Taerae hanya menghela napas. Matanya kembali terpejam. Mengingat bagaimana kondisi Haewon saat ini membuat rasa bersalahanya semakin memuncak.

Hanbin yang melihat kondisi adiknya semakin kebingungan. Taerae memang sudah mengunjungi Haewon, tapi Ia belum tahu kondisi Haewon yang tidak bisa menggunakan pita suaranya secara normal lagi. Bagaimana caranya Ia memberitahu masalah yang terjadi pada pita suara Haewon? Tidakkah hal itu akan membuatnya semakin merasa bersalah?

"Hei," undang Hanbin, "Kau harus segera sembuh, Tae."

"Kau ingin melihat Papimu sembuh, 'kan? Chaehyun bilang mereka akan memberikan tindak lanjut pada Om Taeseok hari ini," jelas pria itu, "Aku yakin Ia akan senang jika bisa kembali melihatmu."

Taerae menoleh, "Sungguh?"

Yang ditanya mengangguk dengan senyuman, "Jadi, kau harus cepat sembuh, ya. Jika kau sudah sembuh, aku akan membawamu dan Haewon kembali ke Seoul."

"Orang tua Haewon sudah tahu soal dirinya?" tanya Taerae.

"Ah, aku tidak tahu soal itu," jawab Hanbin.

Pria Kim itu berdecak gusar, "Orang tuanya hanya tahu bahwa anaknya sedang menginap di rumah temannya untuk menyelesaikan proyek beberapa hari ke depan."

"Ponselnya juga tidak aktif, 'kan?" tanya Taerae. Hanbin mengangguk, mengingat ponsel Haewon sudah remuk tak bersisa menurut penjelasan dari pihak kepolisian yang sempat ditemuinya kemarin.

"Bagaimana jika kau yang menjelaskan pada mereka, Tae?"

Ucapan Hanbin sukses membuat Taerae tersentak. Bibirnya bergetar disertai dengan napas yang tak beraturan, "Aku... tidak tahu, Kak..."

"Ini sebagai bentuk tanggung jawabmu, Tae," timpal Hanbin memberi keyakinan, "Bagaimanapun, kau adalah orang yang membawa Haewon pergi."

"Ingatlah. Orang yang bersalah tidak lebih rendah derajatnya ketimbang orang yang tidak bertanggung jawab."

Hatinya tertohok mendengar kalimat Hanbin. Pria itu pun perlahan mengangguk, lantas menatap Hanbin dengan penuh arti, "Baik, Kak. Aku akan mencoba berbicara dengan mereka."

"Bagus," senyum Hanbin mengembang mendengar keputusan adiknya.

"Ini, makanlah apelnya, ya. Aku akan pergi keluar sebentar," pamit Hanbin sembari bangkit dari duduknya.

Bon Voyage || ℤ𝔹𝟙-𝕂𝕖𝕡𝟙𝕖𝕣 Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz