31 | Lourd

89 12 3
                                    

"Hei, melamunkan apa?"

Hanbin tersentak. Sebuah sendok yang menghadang pengelihatannya sukses membuat pemuda Sung itu tersadar dari lamunannya.

Ia kembali menatap pada gadis di hadapannya dan tersenyum manis, "Tidak, Kak. Hanya melihat jalanan."

"Dasar kau," kekeh Jimin, "Ini, cobalah yang vanila. Sangat enak, loh."

"Aku tahu. Wajahmu sudah bisa menjelaskan semuanya," kekehnya sembari menatap gemas pada Jimin, "Makanlah yang banyak."

Gadis Yoo itu hanya mendengus kesal, lantas kembali melanjutkan kegiatan makannya. Sesekali Ia melirik pada Hanbin yang hanya asik menontoninya. Tentu saja Ia kesal, Hanbin yang mengajak dirinya tapi Ia sendiri justru tidak makan.

Ah, benar. Hari ini Hanbin mengajak Jimin untuk pergi ke kedai eskrim sepulang kuliah mereka. Alasannya, sih, sebagai perayaan karena keduanya telah sukses melaksanakan penilaian yang kebetulan sekali dilaksanakan bersamaan dengan baik.

"Bin, kau dan Chaehyun itu bertetangga, ya?"

Hanbin pun mengganggu, "Benar. Aku pindah ke rumah Tante Chorong yang dijadikan sebagai rumah kontrakan. Ternyata Ia dan beberapa gadis lainnya sudah mengontrak di rumah yang ada di seberang terlebih dahulu."

"Kenapa, Kak?" Hanbin memiringkan kepalanya, heran dengan pertanyaan Jimin.

"Tidak apa-apa, sih. Kebetulan saja. Aku dan Chaehyun itu bersahabat dekat, tahu," balas Jimin seraya tersenyum bangga, seolah memamerkan kedekatannya dengan Chaehyun.

"Iya, iya, aku tahu, Kak. Chaehyun sudah pernah bercerita," balas Hanbin seraya mencubit gemas pipi Jimin. Yang menjadi korban hanya berdecak kesal, namun akhirnya tetap melanjutkan kegiatannya menyantap eskrim.

"Ah, benar. Chaehyun pernah bilang bahwa selain kau mempunyai adik, kau juga memiliki seorang adik sepupu yang dulu sering bermain bersama kalian, ya?" tanya sang pria, mengingat kembali apa yang sudah Chaehyun katakan.

"Ah, maksudmu Wonbin?" Jimin bertanya balik, "Benar. Ia adalah anak dari adik Mama. Dulu, kami memang sering bermain bersama, sih. Bahkan, Wonbin juga bilang ingin menikahi Chaehyun saat sudah dewasa."

"Hahaha, lucu sekali," kekeh Hanbin mendengar balasan Jimin, "Lalu, Ia pergi ke luar kota?"

"Tidak hanya keluar kota. Sekarang Ia ada di Prancis," jawab gadis Yoo itu, "Ia melanjutkan pendidikannya di sana sejak SMP."

"Wah, sungguh? Apakah Ia juga akan menjadi dokter?"

Jimin mengangguk yakin, "Tentu saja. Kakek selalu mengatakan untuk memastikan garis darah murninya berlanjut."

'Glek.'

Hanbin menelan ludahnya. Sebuah batu besar serasa baru saja menghantam punggungnya. Ah, tidak, bahkan seluruh tubuhnya. Ia tersenyum tipis dan hanya bisa mengangguk kecil, "Ah, begitu, ya."

"Ada apa, Bin?" Jimin bertanya heran, melihat wajah Hanbin yang sedikit menunjukkan penurunan adrenalin.

Pria itu menggeleng, "Tidak ada apa-apa. Ayo pulang, hari sudah semakin gelap."

Si gadis hanya mengangguk, sekalipun masih heran dan penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada pria tersebut.

Tak banyak percakapan yang timbul setelahnya. Mood Hanbin benar-benar turun drastis. Setelah selesai, Ia langsung menyuruh Jimin menunggu di mobil sementara Ia membayar dan mengambil pesanan yang Ia bawa untuk adiknya, Seungeon.

Bon Voyage || ℤ𝔹𝟙-𝕂𝕖𝕡𝟙𝕖𝕣 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang