25 | Frère

96 13 1
                                    

"Koko kok tahu?"

"Ky. Koko tidak mau bantu kamu buat bujuk Cece kalo kamu belun cerita," ketus ZhangHao sembari menatap tajam pada Ricky.

Pria Shen itu mendengus jengah, "Cerita apalagi, Ko? Aku sudah cerita kalau Papa ingin aku membawa Cece pulang."

"Ricky," undang ZhangHao dengan dingin.

"Kenapa Koko ingin tahu, sih? Itu pengalaman buruk yang sudah tidak mau aku ingat lagi," balas Ricky dengan kesal.

ZhangHao terdiam. Ia membuang napasnya sesaat, "Ky, aku menyayangimu. Aku ingin bisa lebih dekat denganmu. Maaf kalau pertanyaanku membuatmu tidak nyaman, Ky."

"Tapi... aku merasa bahwa kamu harus menceritakannya dulu, Ky," sambungnya dengan yakin, "Kalau kamu sudah cerita, aku baru bisa menyelesaikan semua masalah kalian."

"Memang awalnya kupikir ini hanya masalah keluarga yang sederhana. Sang anak kesal dengan orang tuanya, dan memutuskan untuk kabur dari rumah," ucap ZhangHao sembari melipat kakinya dan menutup keduanya dengan selimut.

"Namun, ternyata ini lebih rumit. Jauh, jauh, jauh lebih rumit."

"Ricky," ZhangHao meraih tangan adiknya tersebut, lalu tersenyum manis padanya, "Koko di sini. Ceritakan saja."

Pria itu menghela napasnya berat. Suasana kamarnya menjadi lebih dingin, diiringi dengan deruan angin yang tiba-tiba menjadi kencang. Pada akhirnya, Ricky setuju. Ia pun menyadarkan tubuhnya di punggung kasur, mensejajarkan posisinya dengan ZhangHao.

"Aku dan Cece lahir dalam keadaan yang.. bisa dikatakan kaya. Koko juga pasti tahu, 'kan?" buka Ricky sembari tersenyum kecil, "Tapi, aku tidak bahagia dengan itu."

"Sejak aku lahir, Cece menjadi tidak dianggap. Ia selalu diacuhkan, karena Papa tidak ingin punya anak perempuan," sambungnya, "Ia menjadi tidak bisa menikmati masa mudanya."

"Sampai akhirnya, setelah aku masuk ke sekolah dasar, Papa mulai memaksaku untuk belajar soal bisnis, karena Ia bilang bahwa aku akan meneruskan perusahaannya," Ricky memainkan bantal yang ada di pangkuannya, "Dan pastinya, aku menolak keras."

"Aku memang bilang aku tidak suka dengan kehidupan perusahaan. Aku tidak suka dengan cara Papa memperlakukan segala yang ada di sekitarnya selama menjadi pemimpin perusahaan. Aku.. benci dengan semua dosa-dosa Papa itu."

"Apalagi, melihat Cece yang selalu dianaktirikan oleh Papa, aku benar-benar kesal," geramnya sembari meremat bantal tersebut, menandakan bahwa kekesalannya sungguh benar adanya, "Sebagai bentuk pemberontakanku, aku menolak semua yang diajarkan Papa."

"Puncak emosi Papa tercapai ketika aku bilang aku jijik dengan kehidupan Papa," Ricky berujar sendu, sebelum akhirnya napas berat keluar dari paru-parunya, "Dan aku pun dikurung di ruangan bawah tanah selama empat tahun."

ZhangHao meneguk ludahnya. Xiaoting sudah menceritakan ini padanya kemarin, tapi mendengar dari Ricky langsung merupakan sebuah hal yang benar-benar berbeda.

"Selama di sana, aku tidak bisa melakukan apapun selain mempelajari buku-buku bisnis yang sudah Papa berikan di sana," Ricky tertawa pahit mengingat momen mengerikannya beberapa tahun silam, "Untuk sekadar makan saja aku kesulitan. Untung saja beberapa pelayan pria Papa memberiku makan secara diam-diam."

"Cece tidak menolongmu?" tanya ZhangHao penasaran.

"Dia saja baru tahu setelah satu tahun," kekeh Ricky, "Cece tidak diberi tahu. Papa bilang kalau aku disekolahkan di luar kota. Dan Ia mempercayai itu selama hampir satu tahun."

"Sampai akhirnya, Ia mengikuti seorang pelayan yang membawa makanan ke ruang bawah tanah, dan Ia pun mengetahui soal aku yang dikurung di sana."

ZhangHao meringis sembari bertanya, "Lalu? Ia tidak menolongmu?"

Bon Voyage || ℤ𝔹𝟙-𝕂𝕖𝕡𝟙𝕖𝕣 Where stories live. Discover now