Treinta y uno

2.7K 375 18
                                    

•••

“Uhhh..sakit hiks”

“Tolongg akuu..sshhh”

Suasana tegang terasa semakin kuat. Dokter dan perawat sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk kelahiran Renjun yang mendesak. Renjun masih terus merintih kesakitan, namun tetap berusaha menjaga ketenangannya.

Renjun tetap berjuang di ruang operasi, menyampaikan doa-doa dalam keadaan yang sulit. Seiring waktu berlalu, harapan semakin tumbuh bahwa kelahiran ini akan berjalan lancar.

Dalam keheningan ruangan operasi, detik-detik berjalan lambat seolah waktu menantang setiap denyutan jantung yang tak teratur. Renjun, terbaring di atas meja operasi, mencoba menahan gejolak rasa sakit yang melanda tubuhnya. Peluh membanjiri wajahnya yang pucat, dan matanya mencerminkan ketegangan dan kekhawatiran.

Dokter yang tengah sibuk memeriksa kondisi Renjun menjawab dengan tenang, “Kamu harus tenang, Renjun. Semua akan baik-baik saja. Kami akan berusaha membawa buah hatimu lahir dengan selamat ke dunia ini.” Memasangkan infus pada lelaki mungil tersebut untuk membantu pemulihan tenaganya.

Sementara itu, di luar ruangan operasi, Chenle, Felix, dan Yangyang saling bertatapan, menunjukkan ekspresi kecemasan yang sulit disembunyikan. Mereka saling berpegangan tangan, mencoba memberikan dukungan satu sama lain.

Felix merangkul pundak dua temannya seraya berkata, “Kita harus tetap kuat untuk injunnie. Dia butuh kita sekarang.”

Doyoung masih terisak-isak, dan teman-teman Renjun berusaha memberinya semangat, mencoba menguatkan hatinya. Mereka beralih pada pria paruh baya yg sejak tadi tampak linglung dengan tangis tak kunjung berhenti. Chenle mengelus lengan Doyoung pelan, menyalurkan rasa tenang bahwa semua akan baik baik saja. “Tidak apa apa nyonya..Renjun pasti bisa melewati ini semua. Kita hanya perlu berdoa untuknya. Dia pasti bisa.”

Doyoung segera menghapus lelehan air matanya, bibirnya mengulas senyum tipis seraya mengangguk setuju. “Kalian teman yg baik. Terima kasih sudah mau mengerti posisi Renjun tanpa menghakiminya.”

Mereka mengangguk serempak. Saling menguatkan satu sama lain.

Ibu dari Donghyuck menautkan kedua jemarinya untuk berdoa. Memanjatkan harapan akan kelancaran operasi.

Datanglah Hyuckie, Renjun membutuhkan dirimu..

Semua menunggu dengan harapan yang tidak terucapkan lisan, berdoa dalam hati agar Renjun dan bayinya selamat.

Kembali ke dalam ruangan operasi, dokter dan perawat bekerja dengan cepat dan cermat, memastikan segala persiapan telah dilakukan dengan sempurna. Suara monitor jantung dan alat-alat medis lainnya menciptakan sebuah simfoni yang menegangkan di tengah ketegangan yang melingkupi ruangan itu.

“Periksa detak jantung pasien.”

“Baik, Dokter.”

Renjun, dalam usahanya untuk menjaga ketenangannya, mulai mengusap perutnya yang terasa berat. Dia mencoba menyampaikan ketenangan pada bayi yang akan segera lahir, meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan berjalan baik. Namun, rintihan kesakitan terus terdengar, membuat suasana semakin menyelimuti kecemasan.

Eunng..Kamu akan segera lahir dan melihat dunia. Tunggulah sebentar lagi nak..”

“Maafkan mommy hiks..maafkan mommy, baby..”

Dalam kegelapan pikirannya yang terus berputar, Renjun terus menyebut nama Donghyuck. Sebagai doa dan panggilan, seperti mantra yang bisa membawa Donghyuck ke sisinya. Dia membutuhkan Donghyuck, ayah dari bayinya, di saat-saat genting ini.

EMEIS || HYUCKRENWhere stories live. Discover now