Veintiseis

6K 511 37
                                    

⚠️

Violent scenes contains !

•••


“Kau yakin ini lokasinya?? Periksa dengan benar!”

“Yakin. Ayo masuk.”

Donghyuck dan jaemin memutuskan turun dari mobil. Sengaja berhenti cukup jauh demi tidak dicurigai.

“Kirim pesan pada jeno bahwa kita sudah sampai.” Jaemin mengangguk.

Keduanya berjalan hati hati, mengitari keseluruhan bangunan tua yg diperkirakan berumur puluhan tahun tersebut. Mencari celah untuk bisa dijadikan akses keluar masuk.

Bangunan tua bekas pabrik yg anehnya tidak terlihat satupun penjaga.

“Lebih baik kita berpencar. Jika terus begini kita tidak akan bisa mengeksplor tempat ini.”

“Kau yakin?”

“Ya.”

“Baiklah, aku akan mengecheck area depan. Dan kau di area belakang. Beri tahu apapun yg kau temui, jangan bertindak gegabah.” Dibalas anggukan paham oleh donghyuck.

Mereka akhirnya berpisah arah. Jaemin menuju lokasi depan pabrik sedangkan donghyuck disekitar gudang belakang.

Donghyuck memasuki bangunan tersebut, irisnya mengedar kepenjuru ruang.

“Injunnie!!”

“Heii!! Siapa kau?!”

Donghyuck memundurkan langkahnya pelan, tangannya mengepal. Obsidiannya bergerak awas, memindai dua orang yg kini menatapnya tajam.

“Dimana renjun?!”

Srakk!!

Satu pukulan ditujukan kepadanya, mengenai ujung pelipis yg meneteskan sedikit darah segar. Donghyuck menyeka noda merah yg perlahan mengalir, bibirnya berdecih.

Dengan kesal donghyuck maju, menendang perut salah satu pria hingga terjatuh ke lantai. Diliputi amarah yg meluap luap pria asal jeju beralih menghantam kuat dada si pelaku membuat kesadarannya hilang.

“Sekali lagi aku tanya padamu, dimana istriku?!” Kaki menapak yakin, serta gigi bergemelatuk geram. Anggaplah donghyuck orang dengan kesabaran setipis tisu, dia benar benar ingin melenyapkan mereka semua.

“Dia sudah mati karena ditiduri oleh kami semua.”

Satu kata yg berhasil mencambuk kuat hatinya. Jemarinya mengepal makin erat, menimbulkan guratan guratan halus disepanjang tangan sampai lengan. Donghyuck marah. Dia marah besar.

Berbagai pukulan tidak dapat dihindari, seloroh sosok donghyuck yg membabi buta memukulinya. Si pelaku tercampak kesudut ruangan, dengan kondisi wajah yg dipenuhi luka robek sana sini. Seakan tidak sudi dikalahkan, pria itu berusaha berdiri dengan menggapai dinding, meraih kemeja donghyuck lalu membenturkan kepalanya ke kepala donghyuck.

Si pria tan sedikit oleng, menyentuh kepalanya yg perlahan terasa pening. Namun satu tarikkan disudut bibir mengubah secara tiba tiba aura pria tersebut. “Kau memilih orang yg salah.”

Serangan kembali donghyuck diberikan, tidak henti menghajar tubuh yg sudah terkulai lemas dibawahnya, donghyuck meludahi wajah itu berkali kali. Pria keturunan Lee itu bangkit, dengan tangan menyeret dua tubuh yg sudah tidak sadarkan diri menuju sumur yg tidak jauh dari lokasinya berada.

EMEIS || HYUCKRENOù les histoires vivent. Découvrez maintenant