1O | Cupcakes

Mulai dari awal
                                    

"Ini lebih dari cukup. Terima kasih." Lantas, aku mulai menyantap sup ikan pedas yang jadi menu utama. Wah... ini benar-benar lezat. Apa dia memesan dari restoran bintang lima?

Sekalipun tidak pernah terbayangkan aku akan makan berdua dengan Park Ji-young begini. Dia idolaku, tapi melihat kedekatan kami sekarang, dia lebih seperti teman.

"Park Ji-young?"

"Hm?"

"Apa kita... masih teman? Maksudku, seperti katamu terakhir tempo lalu...."

Entah kenapa, tiba-tiba saja jantungku berdetak tak teratur ketika menanti jawabannya. Aduh, aku harap jawabannya tidak mengecewakanku.

"Tentu saja. Kita teman."

Aku tidak membalas lagi. Sibuk makan sembari diam-diam menahan kegirangan agar tidak bertingkah memalukan di depannya. Kami resmi berteman, murni karena dekat dan ingin.

Saat aku selesai dan sedang membereskan piring, ponsel yang kusimpan di pinggir meja menyala tiba-tiba. Aku refleks melihatnya, ada pesan dari Han Seungri. Oh, aku sempat melupakannya selama bersama Park Ji-young.

Han Seungri♡: kau sudah pulang ya?
Han Seungri♡: maaf aku terlambat bangun

Aku mendengus geli ketika membuka pesannya. Tidak kubalas, sengaja meninggalkannya dalam status dibaca karena aku akan mencuci piring dulu. Namun, bisa terbayangkan dia pasti baru bangun sekarang.

"Simpan itu, biar aku saja yang cuci."

Mataku berpaling padanya, lantas menggeleng dengan mata menyorot tegas. "Aku saja. Tidak apa-apa."

Dia tidak melawan lagi, baguslah. Sebelum makin siang, aku bergerak cepat menuju wastafel, mencuci alat-alat bekas sarapan kami tadi. Sementara ponsel, aku lupa malah meninggalkannya di atas meja. Aku pikir tidak akan ada apa-apa, tapi ternyata ada sebuah telepon yang masuk. Getarnya memecah keheningan yang terajut antara kami.

"Tari, ada telepon."

Masih membilas gelas, aku menoleh pada Park Ji-young. "Siapa?"

"Papa."

Untung bukan Han Seungri. "Tolong angkat."

"Halo- em... selamat pagi."

Eh, kok dia bersuara sih? Harusnya diam saja dan membiarkan aku yang bicara walau jauh. Papa bisa berpikir macam-macam.

"Ini siapa?" Tuh kan.

"Papa, itu temenku." Aku menyela dengan sedikit berteriak. "Kenapa, Pa? Aku lagi cuci piring, bicara aja."

"Kamu udah beres-beres asrama, Nak?"

"Eh, belum aku kemas, Pa... tapi nggak pa-pa! Cuma baju sama sedikit barang mah bentar juga beres."

"Cepat ya, nanti malam kita flight."

"Loh, kok udah mesen tiket aja?"

"Iya, Agam ada urusan di sekolahnya jadi kita harus cepat."

"Oh, yaudah. See you, Pa."

Panggilan terputus bersamaan dengan aku yang baru saja meletakkan piring terakhir ke tempat pengeringan. Aku berbalik, menemukan Park Ji-young dengan raut yang tidak bisa kubaca.

"Kenapa?"

"Kau bukan warga Korea asli?"

Setahun mengenalnya, aku memang belum pernah bicara lebih dalam tentangku. Jadi saat mendengar pertanyaan itu, aku mengangguk dua kali. "Aku di sini untuk belajar. Aku kuliah di Hanyang."

Cupcakes | JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang