11|| Perasaan yang hilang

168 6 0
                                    


***

Semenjak hari itu Taehyung menjadi lebih pendiam. Dia juga tak lagi suka keluar kamar, bahkan pemuda itu sudah tidak pernah lagi menyakiti Jimin atau sekedar memarahinya. Akhir-akhir ini Taehyung terlihat begitu tak peduli akan semua.

Jimin heran, apa mungkin karena kasus itu? Mungkin karena Taehyung kepikiran dengan hal itu.

Anehnya, Taehyung juga tidak peduli lagi dengan ibu, padahal sebelumnya pemuda itu sama sekali tidak pernah mengabaikan ibunya bagaimana pun yang terjadi.

Kini Jimin berada di depan pintu Taehyung. Dia ingin bicara dengan pemuda itu tentang apa yang mengganggu pikiran pemuda itu akhir-akhir ini.

"Semoga saja Taehyung ingin mengatakannya."

Jimin menarik nafas dalam lalu melepasnya pelan. Taehyung cukup keras kepala, dan mungkin tidak mudah untuk membuatnya bicara.

Jimin mengetuk pintu dua kali sembari memanggilnya nama saudaranya itu, "Taehyung, apa kau dengar aku?"

Tak ada Jawaban. Sejak pagi tadi pemuda itu sama sekali belum menunjukkan batang hidungnya, sekalian saja Jimin membawakan makanan.

"Taehyung." Panggil Jimin sekali lagi sembari masih mengetuk.

Penghuni kamar yang dari tadi dipanggil akhirnya membuka pintu kamarnya. Jimin tersenyum tipis sambil menyodorkan makanan ditangannya.

Taehyung memandang makanan itu dengan datar, "Apa ini?"

"Kau belum makan sejak pagi padahal ini sudah siang, nanti kau sakit."

"Nggak usah peduli." Ucap Taehyung dingin.

Taehyung segera ingin menutup pintu kamarnya kembali tapi Jimin menahannya.

"Aku ingin bicara sebentar Tae."

"Aku tak mau."

Jimin menyimpan makanan itu di dekat vas yang berada disamping kamar Tae. Jimin memasang muka memohon yang tak tau apakah akan mempan atau tidak.

Namun sepertinya, dari ekspresi yang ditunjukkan Taehyung, pemuda itu sudah gagal merayunya.

"Pergi saja, aku malas bertemu orang."

Jimin masih keras kepala untuk tetap menahan pintu kamar itu terbuka, "aku tak tega melihat mu kepikiran begitu, bahkan kau sudah tidak peduli kepada semua orang walaupun itu ibumu."

Taehyung menatap Jimin dengan mata sendunya. Manik itu terlihat menajam lalu menit berikutnya dengan cepat dia alihkan ke sembarang tempat.

"Tidak usah peduli. Kau sudah beruntung tidak aku rundung lagi."

Entah kenapa Jimin menyadari sekarang nada bicara Taehyung sudah tidak sekeras dulu, bahkan gaya bicaranya juga sudah sedikit sopan walau masih ada kata-kata yang sedikit mencekik.

Jimin kembali memancing Taehyung agar pemuda itu buka suara, "Tae, apa itu karena--"

Belum selesai Taehyung lebih dulu memotong pembicaraan itu dengan langsung pergi dari sana. Pemuda itu berlalu begitu saja dengan cepat.

Ending [Vmin] ✔Where stories live. Discover now