7|| Tawanan Tampan

Start from the beginning
                                    

Jiwo yang sadar tak ada Aeri dibelakangnya kembali menoleh, dan benar saja perempuan itu masih asik mengisap rokoknya diluar pagar.

"Oh, ayolah Aeri! Kenapa masih disana ayo temani aku masuk!"

Aeri menatap Jiwo kesal, "Apa kau anak kecil? Hei disana tidak ada hantu yang akan memakan mu hidup-hidup." Ujarnya lalu kembali mengisap batang rokok itu.

Sepertinya Aeri lebih sayang dengan rokok dari pada sahabat, Jiwo. Tentu saja. Baginya rokok sudah sebagian dari hidupnya walau sebagian orang tak mengerti mengapa.

Tapi Hei, rokok itu enak. Setelah dihisap akan menimbulkan rasa manis di bibir, bahkan lebih enak daripada merasakan jatuh cinta. Atau mungkin Aeri sudah jatuh cinta dengan rokoknya.

Lupakan tentang rokok. Kini Jiwo masih saja memandang Aeri dengan tatapan memelas bak anak kecil yang ingin ditemani pipis.

"Dasar bocah! Ayo masuk!"

Karena sudah tidak tahan menahan geli dengan tatapan sok minta dikasihani tersebut akhirnya Aeri memilih untuk masuk menemani Jiwo.

Jiwo mengetuk pintu itu, namun tak ada orang sama sekali yang mengubris dari dalam.

Aeri memukul kepala Jiwo dengan keras, "Bodoh! Ayo masuk saja tidak usah mengetu."

Jiwo menatap Aeri dengan tatapan takut, "Aku takut, nanti dikira pencuri."

Aeri berdecak sebal. Tanpa aba-aba perempuan itu masuk dengan santainya kedalam rumah tanpa permisi sama sekali.

Jiwo masih ragu untuk masuk, dia sungguh tidak ingin habis digebuki warga karena dikira pencuri nantinya. Wajahnya juga tampan, sangat di sayangkan kalau dipukuli.

Tapi melihat Aeri yang tidak ragu sama sekali melangkah lebih jauh pemuda itu memberanikan diri untuk ikut masuk.

"Nyalinya cukup besar ternyata. Dasar perempuan."

Langkahnya begitu pelan, Jiwo hanya takut nanti ada orang yang melihatnya, dia benar-benar tak mau dikira pencuri.

"Hei lambat sekali! Lagian kita hanya ingin mencari Jimin 'kan?" Kesal Aeri dengan berteriak.

Jiwoo meletakkan jari telunjuk nya di bibir, "Hei pelan-pelan, nanti ada orang yang mendengar kita."

Perempuan itu memutar bola matanya malas, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Tak jarang Aeri juga takjub melihat rumah ini, isinya begitu cantik. Namun yang ditanyakan Aeri, mengapa Jimin terlihat begitu gembel? Apa sekejam itu orang dirumah ini.

"Kalian ingin apa?"

Jiwo dan Aeri tersentak. Disana ada Taehyung, berdiri diambang pintu kamar dengan memegang balok. Jiwoo menelan ludahnya kasar lalu beralih menatap Aeri yang telihat nampak santai.

"Mencari saudara tirimu. Jimin. Dimana kau sembunyikan dia?"

Dengan berani Aeri melangkah mendekati Taehyung, tak lupa menepuk pundak Jiwoo, "Jangan takut. Cari Jimin, aku akan menangani tuan Kim ini." Bisiknya kembali berjalan.

Taehyung menatap datar perempuan itu, "Dia pergi. Tak tau kemana."

"Pembohong! Kau pasti menyiksanya kembali!"

Ending [Vmin] ✔Where stories live. Discover now