First Sight at the Fair

20 3 0
                                    

Suasana pasar malam dan gelapnya langit sangat terlihat jelas di atas ketinggian, apalagi banyaknya lampu-lampu terang yang ikut mendominasi. Hal itu membuat siapa saja merasa terpana.

Bianglala yang ditumpangi Bisma dan Atifa perlahan naik ke atas, bahkan keduanya sudah sampai di atas puncak.

Tetapi tiba-tiba, tempat duduk yang dinaiki oleh keduanya bergoyang-goyang. Bahkan lampu yang semula menyala kini padam, sehingga bianglala itu berhenti secara mendadak.

"Bisma, ini kenapa?!" Atifa dilanda panik, sungguh! Sebab baru kali ini dirinya mengalami bianglala yang mati mendadak.

"Tenang, oke? Nanti juga jalan lagi." Bisma mencoba menenangkan Atifa yang sangat panik, ia harus menjadi orang yang tenang kali ini.

"Tapi gimana kalau nggak jalan? Gimana kalau bianglala ini rubuh? Gimana kalau—"

"Hust, buang semua pertanyaan negatif yang ada di otak lo. Sekarang, lo liat gue." Atifa menurut, ia memandang netra Bisma dengan wajah cemas.

"Semua hal yang ada di pikiran lo sekarang itu nggak akan terjadi, oke? Kita pasti bisa turun dengan selamat, sekarang cuman lagi ada kesalahan teknis aja." Perlahan, Atifa mulai tenang. Ia sampai mengelus dadanya untuk bisa bernapas dengan normal.

"Feel better?" Atifa mengangguk, ia tersenyum setelahnya.

"Makasih, gue jadi lebih tenang." Bisma mengangguk, ia kini kembali duduk dengan tegap.

Beberapa menit kemudian, bianglala itu masih belum berjalan. Tentunya membuat Atifa sedikit cemas.

Bisma yang melihat raut wajah Atifa segera mengelus tangan itu, ia mengode untuk segera menoleh ke arah kiri.

Terlihat kembang api yang perlahan naik ke langit. Menciptakan sebuah warna yang mampu membuat hati terpana.

"Bisma, keren banget!" Dengan mata yang berbinar, Atifa melihat hal itu. Ia sampai mengklaim bahwa malam ini adalah malam terindah sebab dirinya yang melihat festival kembang api di ketinggian.

Bisma tersenyum, ia merasa lega sekarang ini. Mungkin dengan adanya kesalahan teknis dari bawah, ia bisa melihat pemandangan yang sangat indah ini.

Bukannya melihat ke arah samping, Bisma malah melihat antusiasme Atifa seperti anak kecil. Tanpa sadar, Bisma terkekeh pelan.

Kenapa hatinya sedikit bergetar? Entah, Bisma pun tak tau. Ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah kembang api yang semakin menyala di ujung langit.

"Bisma, boleh minta tolong?" Bisma menoleh, ia segera mengangguk setuju.

Atifa merogoh tasnya, ia mengambil ponsel dan memberikannya kepada Bisma. "Tolong fotoin gue sama kembang api." Gadis itu menyengir, hal itu membuat Bisma terkekeh.

Lelaki itu segera mengotak-atik ponsel milik Atifa, seketika ia sadar sesuatu. "Tif, gue bawa kamera. Pakai kamera gue aja gimana?"

Atifa menoleh, selanjutnya ia mengangguk. "Kenapa nggak daritadi?"

"Lupa." Bisma menyengir, ia segera mengambil kamera sebelum festival kembang api selesai dilaksanakan.

Karena melihat Bisma yang mengarahkan kamera ke arahnya, Atifa segera mengambil pose. Dari yang menghadap kamera sampai melihat kelap-kelip kembang api yang ada di sana.

"Sini gantian." Bisma tersenyum, ia segera mengambil tempat agar posenya menarik.

"Gue mau buat video, lo masuk ke frame, ya?" Atifa mengangguk, setelahnya Bisma menyetel tombol video di kameranya.

Semula ia menyetel kamera ke wajahnya sendiri, sedikit memberikan penjelasan tentang apa yang sedang dirinya lakukan. Setelahnya diarahkan ke Atifa, gadis itu melambaikan tangan dan menunjuk ke arah kembang api.

First Sight at the Fair [END]Where stories live. Discover now