35. Consequence

542 54 23
                                    

Sekali lagi, bencana menerpa Korea. Setelah 12 tahun, Bola-bola yang tersisa jatuh nyaris secara bersamaan, menghantam kota sekian kalinya, dan kepanikan kembali melanda, memicu ketakutan semua orang.

Angkatan mililiter, para pemadam kebakaran, ahli medis dan sebagian besar dari warga yang sebelumnya pernah menjalani operasi dikerahkan untuk memusnahkan bola.

Langit telah bersih, namun tanah mereka nyaris hancur. Bola-bola besar pecah dan monster kecil kembali merajalela, mencari mangsa dan menyerang.

Truk-truk angkatan mililiter hilir mudik, berhenti di beberapa titik lokasi untuk memulai operasi pemusnahan. Para tentara itu turun, siap dengan senapan masing-masing dan mulai balik menyerang bola yang sedang berusaha menginvasi.

Seorang Pria melompat turun dari salah satu truk mililiter, tampak gagah dengan seragam loreng dan senjata yang siap digunakan.

"Buat dua tim, yang lain pergilah ke arah sana, yang tersisa ikut denganku." Pria itu memberikan interuksi, dan para tentara bawahannya mengangguk patuh, lekas membagi tim tanpa kata dan mulai berjalan waspada di sekitar tempat operasi.

Sang Kapten yang berjalan paling depan menghentikan langkah, memberikan intruksi tangan agar yang dibelakang berhenti. Ia memberikan intruksi berupa gerakan lagi agar para tentara bersiap dengan senapan mereka.

Para pria itu berjalan hati-hati, was-was akan serangan yang akan datang. Senapan telah siap dengan tangan nyaris menarik pelatuk, laras diposisikan dan bidikan seolah dijadikan teropong untuk mengintai situasi sekitar.

Bola pertama muncul, dan satu tembakan tepat dari sang kapten langsung membunuhnya, tetapi setelah itu, puluhan bola keluar, lebih banyak dan bergerak cepat.

Suara tembakan memenuhi tempat itu seketika.

Di tempat lain, para pemadam kebakaran menerobos gedung, membantu mengeluarkan warga yang terjebak dan sulit keluar. Lalu kemudian membawanya ke suatu tempat jauh, di penampungan.

Para ahli medis bekerja tanpa henti setiap kali orang-orang yang terluka di bawa ke tenda medis. Melakukan pekerjaan mereka dengan telaten meski dilanda panik.

Dunia yang kembali dilanda bencana mengantar mereka pada perang dengan mahluk asing sekali lagi.

"Tolong alkohol lagi!"

"Yang ini lukanya cukup parah!"

"Bagaimana anda terluka?"

"Bisa minta benang jahit lagi?"

"Yang ini perlu penanganan sesegera mungkin!"

Seruan-seruan itu bercampur dengan ringisan dan keluhan, tangis dan rintihan.

Choi Yeonju berjalan melewati sebagian pasien dengan wajah mengeruh prihatin. Untuk yang kedua kalinya ia menghadapi situasi kacau, namun kali ini ia telah cukup dewasa dan mengerti akan situasi. Maka, alih-alih mengeluh seperti seorang anak SMA di masa lalu, Yeonju mendedikasikan dirinya untuk membantu banyak orang melalui profesi nya yang merupakan seorang perawat.

Seorang pria dengan seragam pemadam kebakaran menerobos ke dalam tenda medis, tampak panik memperhatikan sekitar tenda seolah tengah mencari sesuatu.

"Dokter! Kami butuh dokter tambahan di lokasi!"

Seorang pria dengan stetoskop berlalu melewati Yeonju, menghampiri pemadam kebakaran tersebut. Tampak bicara dengan situasi tidak santai sebelum dokter itu berbalik dan berseru ke arah para tenaga medis.

"Satu orang perawat, ada yang bisa ikut denganku?"

Tanpa melihat rekasi yang lain, Yeonju segera mendekat dan mengajukan diri, "aku akan pergi," katanya, menatap penuh tekad pria berkacamata di hadapannya.

ᴅᴀs: ʙᴜᴛᴛᴇʀғʟʏ ᴇғғᴇᴄᴛ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang