05. Just A Coincidence

348 57 5
                                    

Matanya bergeriliya, mencari sosok familiar di antara orang-orang yang sedang duduk di meja-meja cafe pagi itu. Saat menemukan seseorang melamabai padanya, Jina lantas mengukir senyum kecil sebelum mendatangi meja tempat orang itu duduk.

Mata Eunsoo mengikuti gerakan Jina saat gadis itu menduduki kursi di depannya. "Tumben sekali kau mengajakku keluar duluan," katanya, menyindir.

Jina memutar bola mata singkat. "Aku sedang bosan hanya tinggal di rumah hari ini. Dan hanya kau yang luang dan bisa di ajak keluar," balasnya.

Sebelumnya, Eunsoo memang bukan pilihan pertama sebagai teman yang ingin Jina ajak keluar. Orang yang pertama kali Jina telfon adalah Bora, tapi Jina sedikit lupa kalau tiap akhir pekan begini, jika bukan sibuk dengan deadline tugas kuliah, maka Bora pasti sedang menghabiskan waktu dengan pacarnya. Pilihan kedua ada Soyeon -tapi saking sibuknya- gadis itu bahkan tidak mengangkat telfonnya, lalu Yeonju yang hari ini sedang quality time dengan mama-nya. Jina juga kepikiran mengajak Nara, tapi langsung urang. Mengingat bahwa Nara juga punya pacar, dan Jina tidak mau menganggu rencana Kimchi yang ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Nara -kebetulan cowok itu sempat curhat padanya-

Untuk hari ini, Jina hanya ingin bersama teman perempuan, jadi Ia tidak mempertimbangkan mengontak teman laki-laki.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan hari ini?" tanya Eunsoo, sudah bersemangat.

"Bisakah kita duduk di sini sedikit lebih lama?" Jina meringis kecil. Ia baru saja tiba dan tampaknya Eunsoo sudah siap untuk menyeretkan ke segala tempat. Jina sedikit tersenyum ramah saat seorang pelayan mengantarkan minuman.

Bisa dilihatnya wajah Eunsoo yang merengut kecil. Tubuhnya yang tadinya maju, langsung bersandar kembali pada kursi. Jina meringis, menciut kecil dengan sesal. Ia meraih gelas minumannya dan mulai menyedot pelan.

"Memang kau sudah punya rencana mau pergi ke mana saja hari ini?" tanya Jina, bermaksud memompa kembali semangat Eunsoo yang sempat mengempis. Benar saja, selepas Jina bertanya, gadis itu kembali memajukan badan dan mulai menuangkan segala rencananya dengan riang.

Eunsoo tipe extrovert, saking extrovert nya, Jina kadang kesulitan untuk menerima segala bentuk ke-excited nya. Bahkan Yuri terkadang kewalahan. Namun, bagi orang se-introvert Jina, ia tetap membutuhkan teman selayaknya Eunsoo, hitung-hitung untuk membuat suasana jadi lebih ceria.

"Aku sudah mengajak Yuri ke sana, tapi anak itu hanya mengatakan setuju yang hanya omong kosong. Karena itu, kita harus ke sana hari ini."

Jina hanya mengangguk-angguk. Mendengarkan segala ocehan Eunsoo.

"Ngomong-ngomong, Jina-aa."

Jina menaikan alis, menunjukan ekspresi bertanya kenapa Eunsoo tiba-tiba memanggilnya.

"Teman kencanmu kemarin, kita berpisah untuk melakukan kencan tunggal, Bukan?" Jina mengangguk sebagai tanggapan, masih bingung dengan arah pembicaraan Eunsoo. "Kalian pergi kemana saja saat itu? Ngomong-ngomong namanya siapa, ya. Jangyoung??"

Jina memutar bola mata. "Jang Younghoon," koreksinya. Eunsoo langsung mengangguk cepat, paham. "Kami tidak pergi ke tempat yang spesifik. Kami hanya berjalan saja, meninkmati udara malam?" jawab Jina seadanya.

Mata Eunsoo segera membola tidak percaya. "Yang benar saja. Cowok setampan itu hanya kau ajak berjalan-jalan tidak tentu arah? Setidaknya pergi ke mall atau kalian bisa dinner."

"Ya, ikut kencan buta itu saja aku terpaksa. Mana sempat memikirkan tempat untuk kencan? Lagi pula, dia temanku."

Eunsoo mengejrap, sejenak bingung mendengar kalimat terakhir Jina. "Temanmu?"

Jina menghela napas berat, merutuk kecil. "Aku lupa bilang ya? Aku sebenarnya saling kenal dengannya. Jang Younghoon itu sebenarnya teman SMA-ku."

"Baek Jina, kau sialan."

"Maaf. Lagi pula tidak ada yang bertanya." Jina mengerlingkan bola mata, menghindari tatapan sinis Eunsoo.

"Kau harus inisiatif," kata gadis itu judes. "Apa itu sebabnya kenapa dia memilihmu?"
Jina mengedikan bahu, dia juga tidak tahu soal itu. "Padahal Yuri naksir dan agak berharap. Apa kau punya hubungan khusus dengannya?"

"Tidak. Kami hanya teman."

"Tapi kulihat, tatapannya padamu tidak seperti tatapan seorang teman."

"Sejak kapan kau ahli mengartikan tatapan?" cibir Jina. Eeunsoo langsung mendelik. "Tapi, kalau Yuri memang serius naksir, silahkan."

"Kau akan membantu?"

"Sebisaku. Tapi tetap saja aku perlu bertanya pada Younghoon dulu apakah dia ingin memulai hubungan dengan seseorang atau tidak. Kau tahu, dia murid paling cerdas di sekolah ku dulu, dan cukup ambisius, sepertinya di juga tidak pernah dekat dengan gadis mana pun."

"Ah, kelihatan sih." Eunsoo mengangguk-angguk paham. "Kemarin, dia juga kelihatan tidak minat ikut kecan buta itu."

"Memang. Dia bilang dia diseret paksa oleh temannya," kata Jina, nada bicaranya sedikit menyindir. Pasalnya, Jina juga mengalami kondisi serupa kemarin. Eunsoo yang menyadari sindirian Jina, hanya mendengus.

"Kalau begitu aku akan mengatakannya pada Yuri kalau dia memiliki peluang. Kau bisa bantu soal Younghoon itu kan?"

"Aku bilang sebisaku."

Eunsoo mengangguk-angguk kecil. Ia kemudian meraih ponselnya yang diletakan di atas meja, melihat waktu di lockscreen yang menmpilkan jam. "Ya, ayo pergi sekarang," ajak Eunsoo.

Jina menyedot minumannya hingga tandas, lantas meraih tasnya dan bangkit berdiri, menyanggupi ajakan Eunsoo untuk pergi berjalan-jalan hari ini.

Namun, saat keduanya baru akan keluar dari pintu cafe, jalan keduanya terhadang oleh beberapa orang yang hendak masuk.

Jina mengangkat alis, matanya sedikit menyipit karena mengenali salah satu dari para laki-laki yang menghadang jalan nya dan Eunsoo.

Baru saja Jina ingin menyapa, laki-laki itu sudah lebih dulu buka suara.

"Jina-aa," sapanya, dengan senyum kecil manis terukir di wajahnya.

"Eh, kau mengenalnya?" tanya Eunsoo.

"Eoh," jawab Jina, ia sejenak menoleh pada Eunsoo, melihat wajah gadis itu yang tampak tersenyum sok manis dengan pandangan menatap lurus lelaki di depan mereka.

"Soocheol, kami masuk duluan."

Benar, Do Soocheol. Jina tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini, hari ini.

___

Yet, she would look at me and smile

_To Be Continued_

ᴅᴀs: ʙᴜᴛᴛᴇʀғʟʏ ᴇғғᴇᴄᴛ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang