13. You Always With Him

358 50 2
                                    

Jina mengulum bibir, menunggu jawaban Younghoon atas pertanyaan yang baru saja Ia ajukan, tentang apakah Younghoon sedang tertarik untuk berkencan sekarang.

Jina sudah terlanjur mengiyakan permintaan Eunsoo dan Yuri juga sudah banyak bertanya padanya perihal Younghoon. Jina tidak bisa tiba-tiba mengubungi lelaki itu dan langsung bertanya tanpa ada basa-basi. Hari ini kebetulan sekali Ia bisa bertemu Younghoon dan bertanya padanya langsung.

"Ya."

Senyum Jina merkah saat mendapat jawaban dari lelaki itu. "Begitu ya." Jina mengangguk-angguk, masih dengan senyum, Ia melambai kecil. "Kalau begitu hati-hati di jalan."

Jina bisa melihat Younghoon sedang mengernyit aneh, tapi ia sebisa mungkin mengabaikannya. Sejujurnya, ia juga merasa kalau pertanyaannya barusan memang aneh dan tiba-tiba. Tapi, sudahlah, yang terpenting, setelah ini Jina bisa menutup mulut Yuri yang tiada henti bertanya dan mendesaknya selama beberapa hari ini.

Tiba-tiba, terdengar suara mesin motor yang menarik perhatian Jina, membuatnya menoleh ke asal suara dan menemukan sosok Soocheol hendak berbalik pergi. Mata Jina tiba-tiba membelakak, teringat bahwa ia sempat mengabaikan pesan dari lelaki itu dan belum membalasnya.

Younghoon yang juga masih ada di sana ikut menoleh ke arah pandang Jina. Ekspresinya langsung berubah mengeruh kala melihat lelaki yang sudah duduk di atas motornya dan hendak pergi. Younghoon berharap, Soocheol benar-benar pergi sekarang, namun angannya langsung di tampik kala suara Jina yang memanggil-manggil nama lelaki itu terdengar.

"Younghoon, hati-hati di jalan," kata Jina. Younghoon hendak membalas, namun Jina langsung pergi menghampiri Soocheol.

Kenapa selalu begini? Selalu saja ada dia diantara mereka.

"Do Soocheol!"

"Astaga, jangan pergi dulu!"

Jina akhirnya tiba di hadapan Soocheol. Namun cowok itu masih duduk di atas motornya. Jina menarik napas dalam-dalam ssbelum bicara, "aku minta maaf karena mengabaikan pesanmu lagi."

"Ya, karena kau terlau asik dengan seseorang," balas Soocheol, menyindir.

Jina memutar bola mata sekilas. "Aku sudah baca pesanmu."

Soocheol akhirnya melepas helm dari kepalanya, kini memandang Jina tepat. Melihat gadis itu yang tampak ragu di hadapannya. Soocheol menghembuskan napas berat.

"Jika kau masih ragu untuk memberitahuku, tidak apa-apa. Akan kutunggu sampai kau siap untuk mengatakannya..."

"Tidak, aku akan mengatakannya sekarang. Akan kuberitahu semua padamu."

°•°•°

Selepas perdebatan kecil di luar, Jina dan Soocheol akhirnya duduk berdua di ruang tengah apartemen Jina. Sekitar sepuluh menit masih tidak ada yang bicara. Jina bingung harus dari mana dia harus bercerita.

Jina menngambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, mencoba santai sebelum akhirnya menceritakan semuanya tentang penguntit itu pada Soocheol. Dari awal saat Ia mulai menyadari sedang di kuntiti, keputusanya untuk pindah rumah sampai kejadian beberapa hari lalu.

Soocheol tampak geram selama mendengar ceritanya, membuat Jina meringis pelan, sudah tahu akan bagaimana lelaki ini berekasi. Salah satu alasan kenapa Jina menyimpan masalah tersebut sendirian.

"Berhentilah mengepalkan tanganmu," tegur Jina. Alisnya menekuk sebal.

"Kau seharusnya beritahu aku. Astaga, Baek Jina. Orang itu sudah mengikutimu sangat lama, bagaimana bisa kau menyembunyikannya dariku." Soocheol menatapnya dengan mata geram, menahan kekesalan. Bukan pada Jina, tapi pada penguntit itu.

Jina membuang napas berat. "Lihat. Karena reaksimu yang seperti ini yang membuatku memilih untuk tidak mengatakannya."

"Memang kau pikir aku bisa menanggapi hal ini dengan santai?" Soocheol mengerang pelan.

"Setidaknya jangan kelewat emosi. Aku tahu ya, seandainya kau tahu soal penguntit itu, setidaknya kau akan mengahajarnya membabi buta." Jina mengembuskan napas pelan. "Soocheol-aa, aku tahu kau peduli padaku, tapi caramu menyikapi hal-hal seperti ini dengan emosimu membuatku sedih."

"bagaimana jika terjadi sesuatu yang lebih buruk? Jina-ya."

"Aku tahu. Tapi sudah tidak apa-apa sekarang. Orang itu sudah di penjara. Jadi ayo lupakan saja."

Soocheol membuang napas berat. Emosinya mulai turun dan lebih santai setelah tadi merasa emosi karen mendengar cerita soal penguntit itu.

"Kau tidak menyembunyikan apa-apa lagi yang membuatmu dalam bahaya kan?" Selidik Soocheol. "Ayo katakan semuanya padaku sekarang." Soocheol mengubah posisi duduknya jadi menghadap Jina, ia memberikan tatapan menuntut pada gadis dihadapannya yang justru menanggapinya dengan kerlingan bola mata acuh.

"Tidak ada,"

"Benar?"

"Benar."

Jina memutar bola mata lagi saat melihat Soocheol masih menyipitkan mata ke arahnya, masih tidak percaya. Karena muak, Jina akhirnya mendorong pipi Soocheol sehingga memalingkan pandangan pemuda itu ke samping.

"Berhentilah atau kucolok matamu," ancam Jina.

Soocheol merengut kecil. "Kenapa kau bisa bersama Younghoon tadi?" tanya Soocheol.

"Kebetulan dia melewati halte tempat aku menunggu bus. Karena bus yang agaknya masih lama untuk datang, dia menawariku tumpangan," jawab Jina, tanpa menoleh. Tapi Soocheol tidak menanggapi apa-apa, membuat Jina menoleh dengan alis berkerut heran.

Sesuatu tiba-tiba melintas di pikiran Jina, membuatnya dengan segera meraih ponselnya dan mengotak-atik benda pipih itu sejenak. Tidak lama setelah itu, Jina menyodorkan ponselnya ke hadapan wajah Soocheol.

Soocheol yang tiba-tiba mendapat sodoran ponsel dari Jina, lantas bertanya heran, "apa?"

"Menurutmu dia bagaimana?" tanya Jina.

Masih dengan alis tertekuk heran, Soocheol melihat layar ponsel Jina yang menampilkan foto seorang gadis. "Untuk apa ini?"

"Jawab dulu," desak Jina.

Soocheol menghela napas pasrah. "Lumayan" jawabnya acuh. "Sekarang jawab pertanyaanku."

Jina menarik ponselnya dari hadapan Soocheol. Ia menghela napas pelan. "Kau ingat dia kan? Yang waktu itu bersamaku saat kita berpapasan di cafe beberapa hari lalu."

Soocheol mengedikan bahu acuh, membuat Jina berdecak sebal. "Namanya Eunsoo, dia tertarik padamu," beritahu Jina.

"Tapi aku tidak tertarik padanya," balas Soocheol.

Jina langsung menarik diri dari sandaran sofa, menoleh dengan ekspresi malas pada lelaki di sebelahnya. "Setidaknya coba jalan satu kali dengannya. Kau akan lihat pesona Eunsoo saat kalian sudah dekat."

Soocehol ikut menarik diri, kini menoleh sepenuhnya pada Jina. Ia sudah menduga kalau gadis ini sedang berniat menjodohkannya dengan seseorang. "Aku tidak bisa."

"Kenapa?"

"Aku tidak bisa mengatakannya padamu."

___

Once the music ends, you'll be with him forever

_To Be Continued_

ᴅᴀs: ʙᴜᴛᴛᴇʀғʟʏ ᴇғғᴇᴄᴛ ✓Where stories live. Discover now