32. All to well

204 35 2
                                    

Bagi Jina, Soocheol itu, salah satu berkah terbesar dalam hidupnya. Ketika pertama kali ia datang ke dunia ini, ia benar-benar sendirian, rasanya asing dan Jina seolah sulit untuk menyesuaikan diri. Yang ada di pikirannya, hanya mengubah tragedi dengan menyelamatkan orang-orang, Jina tidak berharap apa pun selain itu. Tapi, sepanjang hidupnya di sini, mereka yang awalnya hanya ia anggap sebagai tokoh fiksi, seketika menjadi begitu berarti baginya.

Do Soocheol sendiri adalah satu dari beberapa orang yang paling dekat dengannya. Lelaki itu, meski tidak cukup tahu mengenai sosok Jina sebenarnya, dia tetap mendekat, mengulurkan tangan lebih dulu untuk menjadi teman, merangkul Jina yang ragu untuk memulai ikatan.

Ada banyak keraguan dalam diri Jina, dan dia merasa begitu sulit untuk mengizinkan seseorang masuk ke hidupnya lebih dalam. Karenanya, Jina membuat tembok tak kasat mata, dia menerima kebaikan hubungan dengan sukarela, tapi tetap tidak membiarkan perasaanya goyah dan jadi terlalu terlena.

Namun, Do Soocehol berbeda. Meski Jina berulang kali mencoba menjauh dan menghindar, lelaki itu tetap mendekat, membuat Jina kewalahan mengatasi keinginannya. Maka pada akhirnya, Jina membiarkan lelaki itu datang, tanpa tahu bahwa usaha Do Soocheol benar-benar berhasil mendobrak pintu hatinya, membuatnya goyah hingga akhirnya runtuh.

Jina benar-benar jatuh pada Soocheol. Lelaki itu selalu ada untuknya, membuat perasaan terasing yang ia rasakan kian memudar, membuat Jina akhirnya benar-benar merasakan ikatan yang begitu kuat. Soocheol, menemaninya dalam setiap langkah kecil hidupnya. lalu, pada akhirnya, kehadiran Soocheol dalam hidupnya punya arti yang terus membesar.

"Enak?" tanya Soocheol. Jina menoleh, lalu mengangguk kelewat antusias.

Kala itu, mereka sedang duduk di taman dekat kampus Jina yang sedang dalam persiapan festival. Tenda-tenda didirakan, setiap jurusan berlomba-lomba dengan ide mereka untuk menggalang dana.

“Enak sekali, kau mau coba?” Jina menyodorkan cone es krimnya pada Soocheol, yang kemudian menjilat es krim itu. Mata Soocheol sedikit membola karena memang rasa es krimnya enak. Jina tertawa melihat rekasi Soocheol.

"Jurusanmu melakukan apa?" tanya Soocheol.

"Kami membuka cafe dan kampanye pelukan."

"Kalian melakukan dua hal? Dan kampanye pelukan?"

Jina mengangguk. "Ada cukup banyak orang populer di jurusanku. Para anggota perwakilan mahasiswa memanfaatkan itu." Soocheol mengangguk-angguk mengerti.

"Kau akan datang saat hari festivalnya nanti kan? Aku sudah mengundang yang lain. Tapi kurasa mereka tidak bisa datang di hari yang sama."

Soocheol menjulurkan tangan, menyikap rambut Jina ke belakang telinganya, agar gadis itu tidak kesusahan saat tengah makan eskirm.

Jina mulai mengoceh tentang banyak hal, curhat tentang ia sedang dijauhi Yuri dan Eunsoo karena tidak berhasil mencombolongkan mereka tempo lalu. Jina bilang kalau ia sedikit kesusahan tanpa teman, tapi juga sedikit legah karena dia jadi punya banyak waktu sendiri dan bisa fokus mengejar ketertinggalan kelas.

Soocheol sendiri hanya mengangguk sambil memperhatikan gadis itu. Ia terus menerus sibuk memakan es krimnya hingga tak menyadari setitik es krim telah mengotori sudit bibirnya.

Dengan satu tangan, Soocheol menyeka es krim tersebut dari sudut bibir Jina, membuat sang empuh yang sedang asik bicara, tiba-tiba terdiam kaku saat menerima perlalukan manis barusan.

Soocheol terkekeh melihat rekasi Jina yang tampak salah tingkah. Tangannya kemudian beralih mencubit pipi Jina gemas, sampai gadis itu hanya bisa merengut.

Adegan selanjutnya, mereka jadi saling cubit dan kemudian berakhir dengan tawa masing-masing di wajah mereka.

Sinar matahari jatuh menyinari wajah Jina, membuat Soocheol terpaku untuk beberapa saat, terpana melihat tawa gadis di sampingnya. Gadis itu terlihat bersinar, begitu Cantik.

Rasanya, baik Jina maupun Soocheol, tidak pernah ingin hari ini berakhir. Meski setelah ini, Soocheol harus kembali ke kampus nya karena masih memiliki satu kelas lagi.

Sementara Jina harus membantu persiapan di cafe dengan teman jurusannya.

°•°•°

"Tada!"

Sepiring nasi goreng dihidangkan ke atas meja, tepat di hadapan Soocheol yang kala itu sedang berada di apartemen Jina.

Bersikap seperti ahli pencicip makanan, Soocheol menyendok nasi goreng dan memakannya, membuat-buat ekspresi saat tengah mengunyah, seolah tengah meresapi rasa makanan tersebut. Sementara Jina memgulum bibir, terlihat sok serius menanti komentar.

"Bagaimana?"

Soocheol memincingkan mata, membuat suasana mendebarkan dan tegang, sampai kemudian senyumnya melebar dan ia mengancungkan jempol. Jina tersenyum lebar dan ikut duduk, menompang pipinya, memperhatikan Soocheol yang sedang menikmati nasi goreng buatannya.

Hubungan mereka sudah berjalan sekitar dua bulan, dan Jina maupun Soocheol menjalani hubungan mereka dengan sehat. Soocheol bahkan memberitahu kedua orang tuanya tentang Jina, juga memperkenalkan gadis tersebut.

Hubungan mereka mendapat respon baik, terutama dari teman-teman mereka. Banyak yang telah menduga bahwa Jina dan Soocheol pasti akan berakhir bersama.

Semuanya baik-baik saja.

"Akan lebih baik aku mengakui perasaanku lebih awal," kata Jina kala itu, ketika dia duduk di sofa sementara Soocheol berbaring dengan menjadikan paha nya sebagai bantal.

Soocheol tengah memperhatikan wajah gadis tersebut begitu lekat. Tidak sedikit pun mengalihkan perhatian, sebab baginya, gadis ini adalah sudut paling menarik untuk dipandangi selama mungkin.

Soocheol akan melakukan apa saja untuk membuat Jina tetap di sampingnya.

"Aku terlalu takut untuk memberitahumu sebelumnya. Kupikir, lebih baik diam agar kau tidak perlu sakit hati jika aku pergi. Tapi aku sadar, ketakutanku yang sebenarnya adalah aku takut kehilanganmu."

Jina memainkan rambut Soocheol, memilin atau menyugarnya, memandangi lelaki itu tidak kalah lekat.

"Orang bilang, menyukai seseorang dalam diam, justru membuat perasaan suka itu tumbuh lebih besar. Kupikir itu benar."

"Soocheol-aa, aku menyukaimu, sangat-sangat menyukaimu."

"Maaf karena membuatmu menunggu terlalu lama."

____

_To Be Continued_

ᴅᴀs: ʙᴜᴛᴛᴇʀғʟʏ ᴇғғᴇᴄᴛ ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora