2|| you're name

215 14 2
                                    


***

"Jimin! Hati-hati nanti jatuh nak!"


"Jimin kuat ayah!"

"Kalau nanti jimin sudah besar, jimin mau jadi pahlawan supaya bisa menyelamatkan orang."

"Anak ayah memang paling hebat!"

Bibb!

Bibb!

"Ayah awass!"

"Lindungi jimin buu!"

"Ayahh! Ibu!"

"AYAH! IBU!"

Nafas pemuda itu tersengal-sengal dengan keringat yang bercucuran didahinya, jantungnya berdetak begitu kencang. Jimin menelan ludahnya kasar, dengan nafas yang belum teratur netranya menyusuri ruangan yang tak dia kenal sama sekali.

Ruangan itu begitu asing untuknya, ruangan dengan warna biru itu sama sekali tidak dia kenal.

Pemuda itu merogoh kantong celananya untuk mengambil handphone. Dia langsung membuka benda itu dan melihat ternyata sudah pukul 7 malam. Jimin langsung terkejut ternyata hari sudah malam, dia berfikir pasti akan kembali dihukum kalau pulang telat.

Jimin hendak beranjak dari tempat tidur, tapi ternyata dia lupa bahwa dia habis pingsan sehabis di pukul tadi. Semua badan Jimin rasanya remuk al hasil pemuda itu kembali duduk ditempat tidurnya.

Jimin berdesis saat dia rasakan nyeri di sekujur tubuh, "Sakit sekali."

"Kau tak apa?"

Ruangan yang awalnya hanya ada Jimin entah mengapa tiba-tiba ada seorang gadis disana, berdiri diambang pintu dengan melipat tangan didadanya.

Jimin mengusap matanya, "Apa aku mimpi ada bidadari disini?"

Perempuan itu tertawa kecil, "Aku memungut mu bukan untuk menggombal aku, dasar bodoh!" Ucapnya sambil mendekati Jimin.

Dapat pemuda itu lihat perempuan itu membawa makanan dan minuman ditangannya, kemudian meletakkannya disamping Jimin yang sedang duduk di kasur.

"Kau makanlah, setelahnya kau boleh pergi."

Jimin memandang perempuan itu dengan aneh, "aku tak pernah melihat mu, namamu siapa?"

"Apa wajib mengetahui namaku?" Tanya gadis itu kembali lalu pergi begitu saja.

Langkah gadis itu berhenti sejenak di pintu lalu berbalik melihat Jimin yang masih setia menatapnya, "Setelah ini kau pulang, tak perlu membayarku anggaplah bidadari ini berbaik hati menolong mu." Lalu setelahnya kembali melangkah keluar.

"Siapa juga yang mau bayar, uang ajah nggak punya." Cicit Jimin

Pemuda itu mengambil sepiring makanan yang diletakkan perempuan itu tadi lalu memakannya. Kepalanya mengangguk menikmati makanan tersebut yang cukup cocok dilidah Jimin, dia sudah lama tidak memakan makanan enak semenjak tinggal bersama taehyung dan ibunya.

Ending [Vmin] ✔Where stories live. Discover now