5 - LILYBETH

55 34 47
                                    

Happy Reading!

. . .
. .
.

╰ೃ❀ܴ﹆ Chapter five: Birthday gown ─── ;;✦ ↴

ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
Aku berdecak kesal. Untuk yang ke sekian kalinya, aku mengecek jam tanganku. Grey terlambat 30 menit.

Padahal kemarin Grey mengatakan bahwa dia akan datang paling lambat pukul 06.15 sore. Sedangkan sekarang sudah pukul 06.45.

Aku sudah mencoba menelepon pria itu berulang kali, namun tetap tak ada jawaban.

"Jangan bilang... dia tertidur dan lupa dengan janjinya?" tanyaku pada diri sendiri.

Aku berdecak kesal. Aku akan mengomelinya jika dia memang lupa dengan janji kami.

Jadi, aku pun memutuskan untuk memanggil Ian, supir pribadi keluargaku, dan memintanya untuk mengantarku ke apartemen Grey.

Selama di perjalanan menuju ke apartemen Grey, aku tak berhenti berusaha untuk menelepon ponsel pria itu. Tetap saja, tak ada jawaban. Aku menghela napas kesal.

"Apa ada masalah, Nona?" tanya Ian.

Aku melirik pria baya yang telah lama menjadi supir ayah. "Grey tidak menjawab teleponku," aku memberitahu. "Aku penasaran, apakah dia tertidur... atau sesuatu menimpanya."

Aku termenung untuk sesaat, memikirkan kalimat terakhirku. Apa ada sesuatu yang buruk menimpanya? Aku tidak ingin berpikiran buruk, tapi... bagaimana jika-- ahhh, tidak! Tidak!

Aku menggelengkan kepala. Semuanya baik-baik saja. Grey pasti baik-baik saja. Pasti.

Sesampainya di apartemen Grey, aku segera turun dari mobil. Aku berlari kecil menuju pintu depan gedung, memencet nomor apartemen Grey, dan menunggu pria itu.

"Come on, Grey," gumamku rendah, kakiku mengetuk-ketuk lantai dengan tidak sabaran. "Buka pintumu untukku."

"Siapa di sana?" aku mendengar Grey bertanya dari boks pengantar suara.

Tubuhku menegak, dan aku menghela napas lega. "There you are. Kau tidak menjawab ponselmu, dan aku khawatir. Kita seharusnya pergi mencari gaun untukku, ingat? Aku menunggumu sejak tadi, Grey. Apa sesuatu terjadi?" cecarku.

Aku mendengar Grey mengumpat lirih. "Maaf sudah membuatmu menunggu, Beth. Aku lupa dengan janji kita. Naiklah, aku akan bersiap-siap. I'll keep the door's unlocked for you."

Pintu depan apartemen mengeluarkan bunyi 'klik' rendah, memberi isyarat bahwa Grey memberiku ijin untuk naik ke apartemennya yang terletak di lantai tiga gedung tersebut.

Apartemen tempat Grey tinggal merupakan sebuah gedung apartemen lama. Di mana pengunjung tak dapat memasuki apartemen tanpa ijin pemilik kamar yang hendak dikunjungi. Juga, karena gedung itu merupakan gedung lama, apartemen itu tak memiliki lift. Jadi aku harus berjalan naik ke lantai tiga menggunakan tangga.

Pintu apartemen milik Grey tampak dibiarkan terbuka sedikit. Dan tanpa menunggu dipersilakan, aku pun memasuki tempat itu.

"Grey?" panggilku.

Aku mendengar pria itu menyahut dari kamar tidurnya. "Sedang mengganti baju!"

Sembari menunggu Grey, aku memutuskan untuk duduk sebentar. Kuingatkan sekali lagi, karena apartemen milik Grey termasuk apartemen model lama, semua perabotan rumah tangganya tak bisa dibilang mewah. Tidak butut atau jelek, hanya saja... sedikit ketinggalan jaman.

Aku meringis kecil ketika menghempaskan pantat ke sofa. Sedikit keras, namun aku tidak pernah mendengar Grey memprotes keadaan finansialnya.

Dad pernah menawarkan untuk menyewakan sebuah apartemen mewah padanya, mengatakan bahwa ia tidak keberatan, tapi Grey menolak. Padahal Mama dan Dad menerima pria itu dengan tangan terbuka.

Meant To Be (ON HOLD)Where stories live. Discover now