14. TENTANG SEMUA YANG TIDAK PASTI DI BUMI

Mulai dari awal
                                    

Razi memelankan motornya, mulai mencari penjual lolipop, anak SD kelas 1 itu, selalu diturutinya. "Siap bos," balas Razi.

Sesudah membeli lolipop, Razi membawa Riani ke Markas SATROVA BESAR, seperti kehadiran Aruna, kehadiran Riani pun begitu dirayakan oleh mereka. Bobby menyematkan panggilan 'anak goodlooking' untuk Riani, karena wajahnya menawan, seperti terlihat bibit kaya raya hanya dari bentuk wajah.

Sementara sibuk merebut perhatian Riani, Bara malah menyempatkan diri membuat instastory, di mana mereka sama-sama berusaha mengajak Riani untuk bermain.

"Ingin punya rumah..." nyanyi Bara. "Di tempat bermesra, kau dipanggil Ibu, sementara aku Ayah...."

Di instastory itu, wajah Razi terekspos dengan sangat banyak karena beberapa kali di zoom oleh Bara, laki-laki bersetelan baju kaos yang dipadukan dengan celana pendek itu mencuri banyak perhatian mereka yang jadi penonton instastory Bara. Salah satunya adalah Bunga.

"IIII RAZI GENTENG BANGET," ceplos Bunga di depan pacarnya, Kak Rian.

Ilusi dan Genta yang ikut nongkrong dengan mereka melotot pendengar penyataan Bunga.

"Iyadeh, tahu gue, yang ganteng di hidup lu cuma si Razi, gue mah apa," kata Rian meski dengan nada yang tenang. Rian tahu, betapa pacarnya ini mengidolakan sosok Razi itu. Bunga cukup jujur di depan pacarnya.

"Mana coba gue liat?" Rian ikut menonton layar yang ada di tangan Bunga. "Ganteng, tapi cocoknya sama Ilusi bukan sama lo, lo cuma cocoknya sama gue."

Ya, semua tahu kalau Rian cemburu, tapi kenapa harus melibatkan Ilusi di kata kecocokan itu? maksudnya, ini terlalu. Cocok atau tidaknya seseorang itu baru bisa dinilai ketika mereka sudah bersama, sudah mencoba, sudah memulai. Itupun dengan akurasi 80%.

"Gue mau liat juga dong," kata Genta, ia merahin handphone Bunga. Lalu meliat instastory itu bersama Ilusi.

"Gantengan gue kan?" Genta memaksimalkan tingkat percaya dirinya di depan Ilusi.

Ilusi menggeleng, jujur, "Nggak, gantengan Razi."

Kadang ada satu kata yang keluar dan begitu jujur, kadang juga ada satu kata yang keluar sebagai sebuah pembelaan, karena hati tak sepakat dengan yang ada. Bukan hanya perkara nilai kejujuran, tapi lebih jauh melibatkan rasa dan perasaan. Ketahuilah, ada cinta sedang bekerja untuk itu. Entah sedikit atau banyak.

Di Markas SATROVA BESAR yang ramai, akhirnya Riani menjatuhkan pilihannya, untuk bermain dengan Alaska setelah rebutan dengan Bobby, dan Sekala. Tidak tahu apa yang membuatnya betah dengan laki-laki itu. Tapi, Riani terlihat senang dan banyak ketawa.

"Razi, adek lo ada di keranjang shopee, ya? mau check out gue," tanya Bobby yang membuat semuanya tertawa.

"Punya adek seru, ya? Pasti rame, anak tunggal cuma bisa kesepian terus," ucap Bara.

"Lo kesepian, Bar?" tanya Angkasa.

"Nggak sih, hehe, cuma formalitas kalimatnya aja, mendalami peran sebagai anak tunggal," jawab Bara. Mengada-ada.

"Tapi jadi anak tunggal itu bagus lho, lo bebas menguasai semuanya," pendapat Rama.

"Ye, tapi konsepnya bukan disitu," balas Bara. "Punya saudara tuh, kita lebih punya 'teman', lebih nggak ngerasa benar-benar sendirian aja."

Angkasa berpikir, "Singkatnya, punya saudara buat kita nggak jadi satu-satunya harapan."

Tapi, semua anak adalah harapan, adalah doa, adalah anugerah. Apapun yang ia usahakan dan perjuangkan nantinya. Entah jadi urutan berapa di keluarga, semua posisinya sama di mata orang tua, anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Semuanya, tetaplah seorang anak.

"Berbahagialah mereka yang hidupnya pasti, gue selama ini merasa nggak pasti anjir, gue katanya punya saudara, tapi saudara gue nggak pernah gue liat wujudnya tuh, heran," jelas Bobby.

Semua manusia hidup dalam kekurangannya, semua manusia hidup dalam keluh kesahnya. Terima ketidaksempurnaan, karena Tuhan mengahdirkan kemudahan tiap susah.

Angkasa merangkul Bobby, "Gue saudara lo, Bob, saudara sejiwa, sehidup dan semati."

****

classified.zi meminta untuk mengikuti anda.

"ASTAGA, MASA ADA AKUN FAKE YANG ADD INSTAGRAM GUE," Ilusi menghebohkan Genta dan Bunga yang ada di sebelah mereka.
Pagi-pagi, sewaktu mereka sudah ada di kelas.

"Sekarang emang eranya akun fake yang bertebaran," ucap Bunga. "Coba gue liat akunnya?"

Ilusi memperlihatkan ke sahabatnya terkait akun itu. Dan setelah menganalisa, Bunga kepikiran ide, "DM aja kali, ya?"

"Kita bilang kalau dia cuma beraninya follow pake akun fake, pake akun asli dong kalau berani?"

"Setuju setuju," dukung Genta.

"Eh? Nggak berlebihan, ya? Gue males ribut asli," kata Ilusi. Memikirkan akibatnya.

"Nggak kok, tenang aja." Lalu Bunga kemudian melancarkan aksinya.

Tidak lama dari pesan itu di baca, kemudian tertera notifikasi yang mengagetkan ketiga orang itu.

raziorionvega_ meminta untuk mengikuti anda.

Bukan cuma Ilusi, tapi mata Bunga dan Genta juga sama-sama tidak berkedip.

"WOI INI KITA NGGAK MIMPI KAN?" Bunga menyadarkan dirinya.

Jantung Ilusi berdebar, ini cuma perlakuan umum, perlakuan biasa, tapi kenapa rasanya sesenang ini?

"Ini perlu di screenshoot," ucap Bunga, excited.

Cinta menawarkan banyak sekali jenis bahagia untuk manusia, tapi jangan lupa, cinta juga menawarkan luka, yang hampir tidak punya obat. Ilusi tidak naif, debaran di jantungnya tidak biasa, tapi ia harus tahu, tahu posisi dan diri, bahwa berharap dan berlebihan di awal itu bukan resep bahagia yang pasti.

"Asik, es batu mulai punya rasa," guman Genta.

"Ah, jangan menyimpulkan sendirian," tolak Ilusi.

Lagi pula, siapa yang bisa menjamin, saat dia follow instagram duluan sebagai pelaku pertama, manusia jadi bebas menyimpulkan bahwa dia punya rasa? memangnya hidup harus sebawa perasaan itu, ya?

"Tapi nggak semua orang mau follow duluan lho," pendapat Bunga. "Banyak yang gengsi, dan sebagainya."

Ilusi bergerak keluar kelas, malas berpendapat untuk hal yang tidak pasti, ia menyerahkan handphone Bunga balik, setelah ia gunakan untuk membuka aplikasi instagramnya karena sampai detik ini Ilusi masih belum bebas membawa handphone ke sekolah.

Pas di koridor depan kelas, Ilusi menatap Razi dengan teman-temannya yang sedang duduk tak beraturan menunggu bell masuk berbunyi.

Mata dingin laki-laki itu menatapnya. Yang disusul suara heboh dari anggota SATROVA BESAR lainnya.

"Hai, cewek kue labu kukus, Razi udah follow nih? Lo kapan mau follback?" teriak Bobby yang mendapatkan sorakan ramai.

"Cie... cie...."

***

5K KOMENT UNTUK NEXTTT

DIA RAZITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang