|SW 45| Pesan Rahasia

Start from the beginning
                                    

"Kamu makan pedes, ya? Makan seblak lagi?" tanya Arsa membuat Bianca menganggukkan kepalanya.

"Sayang, mah, gitu. Udah dibilangin berapa kali jangan makan pedes dulu. Lambung kamu, kan, masih sensitif beberapa Minggu ini. Kalau kamu sayang sama aku, harusnya kamu nurut dong," ucap Arsa lagi pada Bianca.

"Aku panggil kamu ke sini bukan untuk di omelin tahu. Aku butuh kamu, disaat semua orang gak peduli sama aku," balas Bianca merasa tak suka jika Arsa ikut menyalahkan dirinya.

"Maaf, yang. Aku kaya gini karena aku sayang sama kamu. Aku gak mau kehilangan kamu," balas Arsa pada Bianca.

"Tapi aku gak mau di ocehin kaya gitu," ucap Bianca merajuk.

Arsa tak menjawab. Tangan Arsa justru mengelus-elus lembut perut Bianca berusaha untuk menghilangkan rasa sakit yang ada. Ia terus mengelusnya lembut dengan Bianca yang menatap ke arahnya. Jujur melihatnya menangis dan meringis kesakitan karena penyakitnya membuat ia tak tega jika harus meninggalkan Bianca seperti ini. Apa lagi Bianca hanya hidup sendiri. Bianca tak punya siapa-siapa pun lagi selain Arsa di dunia ini.

"Masih sakit gak?" tanya Arsa pada Bianca yang sudah tidak menangis lagi ditempatnya.

"Masih," balas Bianca atas pertanyaan Arsa.

"Sebentar, ya. Kamu tiduran dulu aku mau buat sesuatu untuk kamu," ucap Arsa seraya membaringkan tubuh Bianca diatas kasurnya.

"Iya, jangan lama-lama," balas Bianca seraya menahan rasa sakitnya.

Arsa berjalan keluar dari kamar Bianca. Ia berjalan menuju dapur, menaruh panci diatas kompor dengan air di dalamnya. Ya, kali ini ia akan membuatkan teh untuk Bianca agar perut Bianca hangat saat ini. Dari dapur ia mendengar suara Bianca yang terus mengeluarkan isi perutnya. Suara itu membuat Arsa merasa kasihan saat penyakitnya kambuh seperti ini. Bahkan makanan yang dimakan tidak mampu di proses karena terus muntah seperti itu. Arsa mempercepat langkahnya. Ia menuangkan air panas itu ke dalam gelas setelah airnya terisi ia pun membawa air panas berisi teh itu ke arah kamar Bianca.

"Aku mau muntah terus," ucap Bianca yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lemas saat ini.

Bianca kemudian terlihat membaringkan tubuhnya kembali. Ia meninggikan bantalnya agar Arsa bisa menyuapkan teh untuk dirinya. Saat Arsa menyuapkan pun ia langsung menerimanya. Hal tersebut membuat perutnya merasa hangat saat ini. Tangan Bianca terus menggenggam tangan Arsa yang ada di sampingnya. Arsa yang selalu ada seperti ini membuat dirinya tak rela jika Arsa berpaling atau pergi darinya.

"Jangan pernah tinggalkan aku, ya," tutur Bianca seraya menatap Arsa yang terus merawat dirinya.

"Kenapa bisa mikir kaya gitu?" tanya Arsa seraya menaruh teh itu diatas meja.

"Gak tahu, tapi aku ngerasa kamu bakal ninggalin aku. Aku gak mau kamu melupakan aku, Sa. Kemarin aku ke apartemen tapi password-nya kamu ubah. Kenapa diubah?" tanya Bianca benar adanya saat menemukan sebuah fakta password apartemen Arsa bukan lagi tanggal jadian mereka.

Arsa yang mendengar hal tersebut terdiam ditempatnya. Ia harus menjawab apa? Ia sudah menduga Bianca akan mengatakan hal seperti ini pada dirinya. Melihat wajahnya yang begitu mengharapkan ia untuk menjawab membuat Arsa mencari alasan lain agar tidak menyakiti hati Bianca saat ini.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta |REPUBLISH) Where stories live. Discover now