12

877 77 3
                                    

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN ...
TYPO BERTEBARAN...
SELAMAT MEMBACA....

"Tuan muda ini makanan yang anda pesan baru saja tiba." Sopan Ello.

(Masih inget Ello kan, itu bodyguard penjaga pintu masuk di chap.7)

"Hmm" jawab Arge.

Setelah menerima makanannya Arge bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk menyantap makanan tersebut begitupun Ello yang segera kembali ke tempatnya.

Namun ditengah perjalanan, ia disuguhkan pemandangan keluarga bahagia yang sedang berkumpul di rumah keluarga, mungkin jika Allister yang melihatnya ia akan merasa iri, tapi tidak bagi Arge, ia justru tidak merasakan apapun, entah senang, marah, benci, ataupun iri. Mungkin penyakit yang dulu ia miliki saat menjadi seorang 'Arge' masih melekat pada jiwanya, maka dari itu ia tidak bisa merasakan apapun.

(Oh ya bagi yang tidak tahu ataupun lupa, di sinopsis sudah di katakan jika 'Arge' mempunyai semacam penyakit mental, yaitu Emotional Numbness. Dilansir dari Verywell Mind, mati rasa atau emotional numbness adalah kondisi di mana seseorang tidak merasakan atau menunjukkan emosi apapun.

Kondisi ini sering muncul sebagai strategi untuk melindungi diri sendiri dari rasa sakit yang lebih dalam, baik secara mental dan fisik.

Sedangkan menurut Healthline, mati rasa sering didefinisikan sebagai perasaan kosong, berduka, atau terisolasi.

Selain Emotional Numbness/mati rasa, 'Arge' juga memiliki satu penyakit lagi yaitu mati rasa. kemampuan tidak merasakan sakit sama sekali ini disebut sebagai congenital analgesia atau Congenital insensitivity to pain (CIPA).

CIPA merupakan penyakit yang sangat langka, di mana seseorang mengalami ketidakpekaan bawaan terhadap rasa sakit dengan anhidrosis (tidak berkeringat).

Meskipun mempunyai dua penyakit langka dan sangat sulit disembuhkan, 'Arge' tidak peduli akan hal itu.)

Kembali ke cerita,

Arge berjalan dengan santai melewati 'keluarga bahagia' itu bahkan melirik pun tidak. Raut wajahnya juga hanya datar tanpa emosi juga matanya yang sedikit kosong.

Lius yang melihat Arge sedang berjalan menuju kemari semakin gencar dengan aksinya bermanja-manja agar Arge melihat dan merasa iri.

"Kak Gheo elusin kepala Lius ya, Lius pengen kepala Lius di elusin sama Kak Gheo." Manja Luis menempel ke arah Gheo dengan suara yang dibuat-buat.

Gheo tidak menjawab apapun namun ia menggeser tempat duduknya untuk diduduki oleh Lius. Lius yang melihat pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan bukannya duduk ia justru membaringkan kepalanya di paha Gheo dengan kakinya yang ia tumpangkan di atas pangkuan Ken si anak kedua Rodriquez.

Gheo yang mendapat perlakuan itu merasa tidak begitu nyaman, namun tidak ia perlihatkan dan mulai mengelus-elus kepala Lius. Sedangkan Ken, ia mulanya memijit pelan kaki adiknya itu, namun sepintas ide jahil menghampiri kepalanya dan tangannya mulai bergerak ke telapak kaki Lius dan mulai menggelitiknya. Lius yang merasa geli pun tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha...Kak Ken berhenti haha..." Pecah tawa Lius, yang membuat Ken semakin gencar menggelitik tubuh Lius.

"Rasakan ini hiyaaa..." Ucap Ken dengan nada bercanda.

"Haha...Kak haha Ken haha perut Lius sakit haha cukup haha..."

"Ken berhenti menjahili adikmu." Ucap sang daddy Ryder.

Ken pun berhenti menjahili adiknya itu dan mencebikkan bibirnya.

"Cih Daddy mengganggu kesenanganku." Cemberut Ken.

"Haaahhh lihat muka adikmu itu sudah memerah dan apa kau tidak mendengar ucapan Lius jika perutnya sakit akibat terlalu banyak tertawa." Ceramah Ryder.

Ken pun melihat wajah Lius dan benar saja wajahnya sudah memerah dengan nafas yang masih memburu akibat tertawa, yang mana membuat penampilan Lius semakin imut. Tapi Ken juga merasa bersalah akibat ulahnya terhadap Lius.

"Lius sayang maafkan kakak ya sudah membuat perut Lius sakit." Tulus Ken.

"Hah hah tidak apa-apa Kak Ken, justru Lius senang karena Kak Ken bisa membuat Lius tersenyum bahagia." Balas Lius dengan senyuman yang manis.

Senyum manis Lius membuat Ken dan Ghio tidak tahan dengan pipi gembul nan merah tersebut, hingga akhirnya mereka berdua mencubit pipi gembul itu yang mana membuat Lius menangis karena kesakitan.

"Hiks...hiks...huaaa...huaaa...Daddy sakit huaaa..." Tangis Lius pun pecah.

Ryder yang melihat kelakuan ke dua anaknya itu hanya menghela nafas dan segera menarik badan Lius agar duduk di pangkuannya.

"Cup cup anak Daddy jangan menangis nanti imutnya hilang loo sudah yaa berhenti menangis." Suara berat Ryder terdengar lembut dan menenangkan membuat Lius pun berhenti menangis.

"Hiks apa keimutan Lius hiks sudah hilang Daddy?" Tanya Lius sambil mendongak menghadap wajah sang Daddy.

Wajah Lius yang saat mendongak benar-benar imut, dengan hidung mungilnya yang memerah juga dengan  kedua pipi gembulnya ditambah mata sembab yang masih mengalirkan sedikit air mata membuat Ryder tidak tahan ingin mencubit pipi itu, namun ia menghentikan pikirannya itu dan memilih untuk menggigit pipi dalamnya agar ia tidak kehilangan kuasa untuk segera mencubit pipi gembul nan kenyal itu.

"Ehem, keimutan Lius tidak akan pernah hilang justru akan semakin bertambah." Jawab Ryder dengan senyuman kecil dan tangannya yang digunakan mengusap sisa air mata anaknya itu.

Lius pun tersenyum senang akan kata-kata dan perlakuan Daddy nya itu dan ia memeluk erat tubuh kekar di hadapannya itu, namun matanya menampilkan kelicikan saat melihat wajah Arge yang sudah dekat, ia ingin melihat bagaimana respon Arge.


BERSAMBUNG.........
JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN.........
TERIMAKASIH.........

MYSTERIOUS BOY'S Where stories live. Discover now