S2 - Part 91

1.6K 209 10
                                    

Niesha tersenyum menenangkan pada semuanya. "Bukan saya menolak permintaan kalian, tapi seperti yang kalian juga ketahui bahwa tempat tinggal saya bukanlah tanah Geya. Tanah Geya membutuhkan artefaknya untuk selalu dekat dengan mereka dan mensejahterakannya..."

"... Lagipula saya hanya ingin hidup damai dan tenang tanpa memusingkan permasalahan pemerintahaan. Dan meskipun saya akan kehilangan elemen Cahaya milik saya. Saya masih memiliki elemen Kegelapan yang dapat melindungi saya. Tidak lupa dengan elemen suara yang saya ciptakan juga. itu cukup kuat."

Semuanya terdiam karena bingung harus berbuat apa. Hingga tiba-tiba suara lembut menjawabnya.

"Baiklah. Aku bersedia menerima berkat darimu." Leera, sosok berhati lembut dan penuh kasih sayang itu, menyahuti dengan mantap.

"Adik... kamu.." Meera menatap adiknya rumit.

Meski bibirnya masih pucat. Leera mencoba tersenyum. "Katakanlah bahwa aku egois. Tapi aku tidak dapat menolak suatu pemberian berharga yang jelas dapat menyelamatkan keluarga kita dan seluruh rakyat kita..." Leera meraih tangan Meera.

"... Kak, tahukah kakak, bahwa sejak dulu aku selalu berdoa agar dapat diberikan kekuatan hebat seperti kakak. Aku ingin merasa pantas untuk berdiri disamping kakak. Selama ini, kakak sudah sangat bekerja keras demi melindungi keluarga dan Kekaisaran. Aku juga ingin menjadi berguna seperti kakak. Aku juga ingin mampu melindungi kalian semua."

Mata Meera berkaca-kaca. Begitupun dengan Charles dan Heera. "Adikku. Kamu jelas sudah sangat hebat. Kamu bahkan lebih hebat daripada kakak. Kamu rela menyerahkan dirimu sendiri demi melindungi Ayahanda dan Ibunda. Bila kamu tidak melakukan itu. Kita akan hancur. Kekaisaran kita juga. Karena kakak belum cakap untuk mengurus tahta."

Leera dengan lembut menepis air mata sang kakak. "Dan aku ingin selalu bisa mendukung kakak, ayahanda, ibunda, dan rakyat Kekaisaran Geya." Lalu Leera beralih menatap Niesha. "Saya sebagai putri kedua Kekaisaran Geya akan bersumpah bahwa setelah mendapatkan berkat berharga ini, saya hanya akan menggunakan berkat untuk kebaikkan. Bila ada niat jahat dalam hati saya, saya rela dihukum oleh Dewa."

Niesha tersenyum kecil. Dirinya tak perlu repot meminta Leera bersumpah karena Leera sudah sadar diri lebih dahulu. Setidaknya dirinya merasa tidak mengambil keputusan yang salah untuk ini.

Niesha, "baiklah. Saya akan memegang sumpah Putri. Lagipula, elemen hasil penukaran poin akan terbatas berdasarkan ketentuan Dewa Azero." Ujarnya, sekaligus melanjutkan dalam batinnya.

Setelah keputusan telah bulat. Niesha meminta semua Charles, Heera, dan Meera untuk menunggu di luar ruangan dan meninggalkan Niesha berdua saja bersama Leera.

Niesha pun melakukan 'penyerahan' elemen cahaya sesuai instruksi Zero. Karena kata penyerahan hanya sebatas formalitas untuk mengelabui Leera.

Cahaya yang begitu terang membuat Niesha dan Leera bahkan tidak dapat membuka matanya.

Bila Niesha tidak merasakan apapun. Berbeda dengan Leera yang rasanya sesuatu menyeruak masuk paksa ke dalam tubuhnya dan rasanya seluruh sarafnya disengat sesuatu, hingga Leera kesulitan menahan teriakkannya.

Niesha yang mendengar teriakan Leera, bingung. "Zero, kenapa Leera berteriak?" Tanya Niesha meski masih memejamkan mata karena cahaya yang memendar di dalam ruangan itu begitu membutakan.

"Itu wajar karena menghancurkan elemen dan memasukkan elemen yang bukan milikmu sejak awal, itu sama sakitnya."

Bukan Zero yang menjawab, melainkan sang Naga Putih, guardian miliknya.

"Benar, nona." Zero pun mengkonfirmasi.

Niesha mengangguk kecil. "Kira-kira prosesnya berapa lama? Aku tidak tega dengan kesakitan Leera."

New Me : 0Where stories live. Discover now