Part 2 : Move On

885 40 0
                                    

[9 Juli 2013, 07:49 a.m]

"Aku memanggilmu sedaritadi. Apa kau tuli?" Tanyanya

Aku tidak menjawabnya. Aku terkejut tentu saja. Mana bisa aku dengar dengan headset yang menyumpal di telingaku.

"Kau, ikut aku" ucapnya seraya menarik tanganku.

Apa dia menyadarinya? Kalau aku bekerja di cafe? Ya Tuhan!

Dia menyeretku ke atap gedung sekolah. Entah apa niatnya.

"Kau, apa kau mau jadi pacarku?" Tanyanya

"HAAAAAAAA?!" responku diluar dugaan. Apa-apan dia! "Kau pikir aku sebodoh itu! Bahkan aku tidak tahu namamu, bodoh!" Ucapku kesal. Apa dia ingin mempermainkan ku?!

Matanya membesar "kau tidak tahu siapa aku?" Tanyanya

"Ya! Memangnya kau siapa?!" Tanyaku

Dia tertawa kecil "pantas kau biasa saja denganku" ucapnya "kau menarik" sambungnya mendekatkan wajahnya padaku

Aku mendorongnya, berusaha kabur namun tanganku ditarik olehnya

"Ingat! Namaku Tachibana Kou. Aku kelas 3-4. Sekarang kau akan jadi gadisku" ucapnya

Aku melepas kasar pegangan tangannya "Kau pikir aku akan menerimamu begitu saja?! Jangan main-main denganku" ucapku kasar sangat amat kasar, tapi aku tidak peduli. Aku berjalan kembali ke kelas.

10.30a.m. Aku mengganti tempat dimana aku bisa memakan bekalku dengan tenang.

"Hei, Mabuchi-san" sapa seorang. Orang itu Yuri. Dia membawa bekal di tangannya

"Boleh aku bergabung denganmu?" Tanyanya

Aku menggeser dudukku.

Dia terlihat senang dan duduk disampingku.

"Aku minta maaf atas ucapanku kemarin. Aku terlalu berlebihan" ujarnya

Aku mengangguk

"Tapi aku sungguh ingin menjadi temanmu. Aku tidak punya teman di kelas. Aku berusaha, tapi semua orang sepertinya tidak menyukaiku" jelasnya

"Memangnya kau kenapa? Kau kan cantik" ucapku

"Mereka bilang aku terlalu imut dan terlalu banyak mengambil perhatian laki-laki. Padahal aku hanya suka barang imut" jelasnya. Wajahnya muram.

"Baiklah, kau boleh berteman denganku" ucapku menyerah. Aku tidak tahan dengannya

Wajahnya berubah menjadi ceria

"TAPI! Aku tidak ingin ikut kegiatan apapun disekolah. Aku tidak ingin terlibat dalam masalah yang selama ini aku jauhi. Mengerti?!" Peringatku.

Dia mengangguk pasti.

09:00p.m.

"Aku pulang" ucapku kedalam apartement yang kosong yang hanya dihuni olehku. Aku menyalakan lampu ruang makan dan kamar.

Aku menaruh pakaian, mandi dan memanaskan makanan dingin yang kubeli di minimarket terdekat. Sangat sepi. Tapi kalau aku tinggalkan apartement ini semua kenangan dengan ibu akan menghilang.

Aku tidak tahu harus pilih ayah atau nenek. Aku tidak ingin jauh dari Tokyo. Aku takut menyusahkan nenek yang sudah tua.

Dan ayah? Aku bahkan sudah tidak berbicara dengannya. Terakhir mengobrol pun kemarin saat upacara kematian ibu. Dan setelahnya dia bahkan tak bertemu denganku. Aku juga tidak tahu harus bersikap apa dengan anak tirinya dan istri baru-nya.

WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang