"Mau apa kamu!" Teriak Ilham.

"Kamu sendiri sedang apa di sini? Bukankah tadi di rumah bersama Bapak?" Tanya Joko.

"Bukan urusanmu!" Tandas Ilham.

"Andai kau bukan orang pilihan, mungkin tubuhmu sudah lama membusuk di neraka, bocah tengik!" Umpat Joko.

"Bunuh saja kalau berani!" Tantang Ilham dengan muka sedikit mengejek.

"Kau!" Kedua mata Joko melotot. Urat tangannya pun terlihat menonjol, ia berusaha menahan amarahnya.

"Cih, pengecut!" Lagi-lagi Ilham mengejek Joko.

"Cepat jalan! Banyak omong kamu!" Titah Joko mendorong tubuh Ilham agar bergerak maju. Dengan senyum tipis di ujung bibir, Ilham menuruti ucapan Joko. Sesekali ia melirik ke arah tempat persembunyian Adiba, akan tetapi pemuda itu dengan cepat merubah arah pandangnya agar tidak diketahui Joko.

Prok! Prok! Prok!

"Jebule awakmu to, Ham! (Ternyata kamu to, Ham)" Seru Nyai Sekar.

"Nunduk!" Perintah Joko pada Ilham yang sedari mengangkat kepala, bersikap angkuh dihadapan Nyai Sekar.

"Cuih!" Ilham meludah ke tanah, hampir saja mengenai kaki Nyai Sekar.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi Ilham. Pipi pemuda itu menjadi kemerahan dan bengkak.

"Jaga sikapmu, bocah tengik!" Geram Joko.

Nyai Sekar berjalan mendekat, jemarinya mengelus pundak Joko. Wanita itu berusaha menenangkannya. Joko yang semula geram, seketika berubah menjadi murah senyum.

"Pulang! Tempatmu bukan di sini!" Titah Nyai Sekar kepada Ilham.

"Siapa kamu, berani bicara seperti itu padaku!" Ilham menatap tajam kedua bola mata Nyai Sekar. Seolah sedang menantang.

"Kalau kamu tahu siapa saya, lantas mau apa?" Tanya Nyai Sekar.

"Akan kubunuh kau!" Teriak Ilham dengan lantang.

"Hahaha!" Suara tawa Nyai Sekar menggema. Terdengar mengudara.

"Anak bau kencur sepertimu, tidak akan bisa membunuh saya! Meskipun kamu teman si iblis itu!" Sindir Nyai Sekar. Alisnya saling terpaut, tatapan matanya tegas dan tajam.

"Iblis?" Ilham menggumam.

"Kamu itu masih kecil, jadi jangan angkuh!" Nyai Sekar berlalu, sambil menepuk pipi Ilham. Disusul dengan perginya Baskara ke arah yang berlawanan.

Ilham seketika teringat Adiba. Jangan-jangan iblis yang dimaksud Nyai Sekar adalah Adiba.

"Mana mungkin," gumam Ilham dalam hati. Tetapi hatinya tetap resah, melihat langkah Baskara yang sedikit lagi memasuki area hutan.

"Adiba ..." panggil Baskara. "Saya tahu kamu ada di sini," imbuhnya.

Baskara berjalan mengendap, sesekali tangannya menyapu dedaunan semak belukar. Baskara berulang kali menerobos semak belukar yang sama. Apa yang ia cari tak juga ditemukan. Padahal Baskara sangat yakin, jika Adiba berada di tempat itu sebelumnya.

"Ke mana gadis itu pergi! Cepat sekali dia kabur!" Umpat Baskara.

Bruk!

Bruk!

Bruk!

Dari kejauhan, Baskara mendengar suara sesuatu yang jatuh, dan juga langkah kaki yang cepat. Baskara mencoba memertajam indra pendengarnya, kemudian memejamkan mata.

JALAN PULANGWhere stories live. Discover now