dua belas

155 19 1
                                    

Musim panas bulan Juni udah mau habis. Daun daun meranggas oren jatuh di atas tanah kering yang rindu basah hujan yang sudah lama tak datang bertamu. Aroma roti yang baru saja keluar dari oven, masih hangat dan wangi.

Diva duduk di salah satu sudut kafe, meneteskan air mata sambil ngerjain tugas. Masih galau banget pasca mergokin pacarnya yang dia bangga banggain banget di depan semua orang itu ternyata punya cewek lain.

Dia kira Aldy bakal menepati janjinya buat setia satu hati sampai mereka sah. Tapi kayanya lucu juga, siapa yang mau sama barang bekas?

Mikirin itu, membuat isakannya makin kenceng, untung aja tempatnya ngerjain ini sepi. Cuma ada dia dan sekumpulan bocah SMA yang duduk di luar sambil rokokan.

Dia sesekali mengusap ingusnya yang turun pake tisu. Miris banget, jomblo ngenes, mana lagi diterjang ujian yang ga bisa dibilang gampang.

"Janji padaku jangan kau lukai, hati seperti kisah yang lalu~"

Lagu milik Tiara Andini dan Arsy Widianto yang terdengar dari spiker kafe mampu membuatnya makin tersiksa. Harusnya dia denger lagu ini dengan mood bahagia biar bisa ngerasain feel-nya, ini kalo yang dengerin aja abis putus, apa ga makin nelangsa?

"Mulai hari ini, saat ini, engkau cintanya akuu~"

"Ah tau lah, males nugas. Huhuu.." nangis lagi, nangis mulu.

Ting!

Ting!

Ponselnya menyala dua notifikasi masuk. Dengan wajah yang masih merah dan pipi yang masih penuh lelehan air mata, Diva membuka ponselnya.

Lil dik
Kenapa nangis?
Lil dik
Lagunya kan romantis

Untuk semenit selanjutnya Diva melongo sambil hah hoh mencoba mencermati chat yang barusan masuk itu. Lagu apa?

"Orang gila. Pasti salah kirim," gerutunya  lalu mengusap air matanya.

Dia kemudian berdiri buat membasuh mukanya di kamar mandi. Matanya udah merah banget anjay, agak sembab juga. Apalagi hidungnya yang seminggu ini terserang filek.

"Kayanya gue harus periksa deh, capek banget tiap hari ingusan."

Habis itu dia keluar dari kamar mandi, seorang cewek ga sengaja menyenggolnya. Diva yang ga siap kemudian limbung. Dia jatuh terduduk di lantai kamar mandi.

"Makanya kalo jalan pake mata!" Bentak cewek itu.

"Bodoh, dimana-mana, jalan itu pake kaki," ujar Diva kemudian bangkit.

Dia sempet memperhatikan wajah cewek itu sebelum bangun dan kembali ke mejanya. Kaya ga asing gitu. Bukan bukan, dia merasa pernah ngeliat wajah cewek itu. Tapi dimana?

Sesampainya di mejanya, dia menemukan sebuah kue tart dengan tulisan ucapan dan ada lilin di atasnya.

"Lah anjir? Siapa yang ulang tahun deh? Gue kan Maret. Sinting nih yang ngasih."

Abis itu Diva manggil mas-mas pelayan dan nanya, ini yang ngasih siapa. Masnya ngegeleng, ga tau juga. Diva menghela napas kesal. Menuh-menuhin meja bangsat.

Dia terus ngelihat lagi ke arah kue itu, enaknya gue apain ya kuenya?

"Tak sadar ku temukan, temukan wanita rupawan yang sadarkan.."

Mendengar lagu itu kening Diva mengernyit lagi, bangsat lagunya kok cinta cintaan semua sih anjing? Ini kafe kayanya buat umum deh bukan buat orang pacaran doang.

Sensi banget sumpah.

"Kau dan aku sempurna, semoga ada cara untuk terus bersama.."

Dengan muka gedeg, dia jalan menuju ke mejanya lagi. Dia menggerutu terus buka laptopnya lagi. Tapi sebelum itu dia niup lilin yang ada di atasnya. Iseng-iseng dia make a wish.

Walaupun ga ulang tahun sih, apa salahnya bikin permohonan?

Semoga orang yang tepat datang di saat yang tepat.

"Karena bersamamu semua terasa indah, gundah gulana hatiku telah hancur sirna.."

"Janjiku tak kan ku lepas wahai kau bidadari ku, dari surga.. tuk slamanya.. tuk slamanya..."

Habis itu dia senyum, ga nyangka bakal ada kejutan lain lagi hari itu. Karena setelah itu, lagi milik Nadhif Basalamah itu kembali berputar tanpa vokal.

Bersamaan dengan itu, dari ekor matanya bisa dia lihat seorang mas-mas yang pake seragam waitress jalan ke arah dia.

"Permisi, atas nama Kak Zia.."

Diva mengernyit, perasaan dia tadi cuma nanyain kue. Dia ga pesen apa apa anjir, masa salah ngasih lagi? Jangan sampe ini adalah pesenan bodong dari kafe gegara ga laku laku amat terus disasarin ke kastamer yang dari tadi nongkrong kaya dia. Buru-buru ia mendongak, "Saya ga—"

Untuk sekejap, dia terperangah. Jantungnya berpacu kencang, mendadak semua frasa yang akan dia keluarkan hilang.








"Langit?!"

Boyfriend Where stories live. Discover now