three

297 22 2
                                    

Selesai kelas, Diva berjalan menyusuri koridor. Katanya pacarnya sudah menunggu di belakang laboratorium. Tanpa berlama-lama, Diva segera pergi ke sana.

Akhirnya Diva menemukan seseorang di sana, punggung berbalut jaket denim warna hitam. Sedang asik menikmati kesendirian. Pacarnya itu introver, dan Diva sebaliknya. Jadi ya bisa dibayangkan bagaimana huru hara hubungan mereka.

"Sendirian terus," ujar Diva yang sudah memeluk raga itu dari belakang.

Aldy menoleh dan mengusap kepala perempuan dengan itu lembut, "Bocil."

Diva memberi tatapan maut, "aku nggak bocil ya, Bayi!"

Tawa laki-laki itu terdengar di telinganya, Aldy meraih perempuan itu dan merengkuhnya. "Tapi pendek!" Ejeknya.

"Engga ish!"

Mereka berpelukan cukup lama. Rasa tenang merayap di kedua dada insan itu. Bagi Diva, Aldy itu tempat pulangnya. Cuma pelukan kaya gini aja dia udah ngerasa bahagia.

"Temenin makan yuk. You haven't eat your lunch right? So, we'll eat together."

"You mean bakso date?" Tanya Diva setengah mengejek.

Pria itu mencubit pipinya, "Iya, cil. Ayo makan bakso."

-

[Udahan sweet scene-nya, ga kwat]

"Makasih, Bayi. Nanti kalo udah sampe rumah kabarin ya!" Ujar Diva yang udah turun dari boncengan motor pacarnya.

Mereka ada di depan pagar kost Diva, pukul 8, malam Kamis. Udara udah dingin, makannya Aldy buru-buru nganter ceweknya pulang. Soalnya Diva ga bawa jaket, daripada perempuannya sakit kan.

"Iya." Aldy tersenyum sebelum menjalankan motornya.

Diva menemaninya sampai hilang ditelan kegelapan malam. Perempuan itu berbalik dan masuk ke rumah kostnya. Nggak terlalu memperhatikan jalan, dia baru sampai di depan kamarnya ketika tetangga kostnya menahan tangannya yang sedang memutar kunci.

"Dicariin temen Lo."

Dahi perempuan itu terlipat membentuk raut kebingungan, "Siapa?"

"Langit. Noh, di ruang tamu."

Wajah cantik Diva berubah menjadi panik, dia berlari ke ruang tamu rumah 9 kamar itu. Ngapain anjir tu anak kemari.

"Langit!"

Pemuda yang sedang duduk di depan tv sambil nyebat itu melirik kearah Diva yang tampak panik, "Kenapa?"

Langkah Diva tercetak besar besar untuk menjangkau Langit yang duduk di sofa abu abu itu, "Harusnya gue yang nanya gitu, Ogeb! Ngapain kesini?!"

Langit menarik rokoknya dari bibirnya kemudian mematikannya di asbak. Tangan pemuda itu meraih pinggang ramping Diva dan membenamkan wajahnya di perut datar perempuan itu.

"Ngantuk nungguin kamu."

Perempuan itu mendorong bahu lebar Langit agar menjauh sejenak, tapi tidak membuahkan hasil. "Lepas dulu!"

"Ngga mau," gumam Langit yang teredam blouse yang dikenakan perempuan itu.

Diva menghela napas, menyerah dengan kelakuan Langit. Tangannya bergerak untuk mengusap usap lembut kepala pria itu. Langit emang sebenernya manja banget, clingy kalo kata anak jaman sekarang.

"Pulang, udah mau jam 9. Pager depan dikunci 15 menit lagi, Lang."

Ga ada jawaban dari cowok itu, Langit masih bertahan dengan posisinya. Malahan, sekarang napasnya udah mulai teratur. Yeh, anjir malah tidur beneran.

"Langit bangun!" Diva menggoyang goyangkan bahu laki-laki itu.

Ya kali mau nginep di sini? Bisa-bisa nanti Diva yang ditundung keluar dari kost-annya. Soalnya ini kost khusus putri. Dan tamu dilarang menginap.

"Anterin, I'm so sleepy. Tomorrow you don't have to go to campus right? I know your class is cancelled."

"Ck! Gue mau nonton besok siang."

"It's okay, aku bayarin."

"Ya udah ya udah! Iya, gue anterin. Buruan!"

Langit akhirnya menarik diri dari perempuan itu. Dia meraih jaket kulitnya dan meraih kunci mobilnya yang ada di saku celana. Mereka berdua keluar dari rumah kost itu.

Di mobil, Langit duduk di kursi sebelah pengemudi, dia keliatan semangat. Keinginannya untuk bobo bareng Diva terkabul.

"Nanti mampir ke Giant dulu, mau beli k****m."

"Ogah! Tadi pagi kan udah. Ga ada ga ada!"

Wajah Langit berubah jahil, "Ya udah ga usah pake, I'll be happy if you pregnant with my baby. I'll guarantee, our children will—"

Plak!

"Diem, anjeng!"

"Sakit, Zi.." keluh Langit mengusap bibirnya, "It'll be better if you slap me with your lips."

"Lu milih diem apa gue betot?" Diva menatap tajam ke arah pria yang lagi cengar-cengir itu.

"Apa? Kamu en—"

Plak!

Akhirnya mereka cuma mampir di Indomaret. Soalnya Diva males kalo di Giant pasti dia malah pengin muter-muter dulu beli kebutuhan rumah sekalian. Rumahnya Langit sih tapi, wkwk.

"Jajan nggak?"

"Es krim aja udah."

Langit menepuk nepuk kepala perempuan itu, "Dingin dingin malah makan es krim. Ntar pilek gimana?"

"Berisik!"
-

[Comment section]

Boyfriend Where stories live. Discover now