Zidan masih sangat ingat dengan ucapan Narendra saat mereka masih duduk di bangku sekolah dasar kelas dua, dimana saat itu Yasmine juga baru memasuki bangku sekolah dasar kelas satu dan betapa jahatnya Zidan kecil, ia malah melemparkan bekal makanan Yasmine ke tanah hingga berceceran dan hal itu berhasil membuat Yasmine menangis meraung-raung. Bukannya merasa bersalah, uang jajan yang di miliki Yasmine juga malah di ambil paksa oleh Zidan.

"Idan kamu nakal banget sih! Kalau kamu gak sayang sama Yasmine, biarin aku yang sayang sama dia! Aku bakal jagain dia!" Ucap Narendra kecil sembari mengusap pundak Yasmine yang menangis sesenggukkan menatap makanan nya dengan nanar.

"Kamu laper ya? Kita ke kelas aku yuk? Bunda kasih aku bekal, kita bisa makan bersama." Ajak Narendra pada Yasmine yang langsung di angguki oleh gadis manis berkuncir dua itu.

Tanpa terasa rasa benci dan iri itu terus mengakar di hati nya bahkan mungkin hingga hari ini.

Zidan tidak pernah suka dengan semua pencapaian keberhasilan Narendra. Zidan selalu membenci Narendra ketika banyak orang yang memuji nya saat berhasil memegang sabuk hitam taekwondo. Zidan membenci Narendra yang meraih nilai sempurna saat kelulusan sekolah, bahkan Narendra mendapatkan tiket khusus (jalur undangan) bisa langsung masuk ke jurusan kedokteran tanpa harus melewati ujian tulis karena kepintaran nya. Sedangkan Zidan? Dirinya harus mati-matian les dari pagi hingga malam demi bisa lolos di jurusan kedokteran melalui ujian tulis.

Zidan juga benci Narendra yang kini sudah sukses, usaha f&b nya dimana-mana, franchise nya juga tak kalah banyak. Pujian "hebat" selalu di layangkan pada pria itu, membuat Zidan rendah diri. Apalagi Narendra yang di gadang-gadang akan menjadi pemimpin utama di perusahaan ayah nya. Betapa Zidan semakin terlihat kecil jika di bandingkan oleh Narendra.

Sejujur nya cita-cita Zidan itu ingin menjadi Arsitek, tapi disatu sisi ia ingin seperti Narendra dengan segudang prestasi nya. Ia juga ingin di puji seperti orang lain memuji Narendra. Tidak sampai disitu, keputusan besar dengan memilih jurusan kedokteran pun tetap saja membuat dirinya kecewa karena tidak sesuai dengan ekspektasi nya. Lagi dan lagi ia harus menelan pil pahit karena para dosen selalu menyanjung Narendra, Narendra dan selalu Narendra. Bukan karena anak konglomerat dan pemilik rumah sakit besar di kota inu, tapi justru penilaian mereka terhadap tingkah laku dan kecerdasan nya membuat Narendra menjadi kesayangan para dosen.

Tapi....

Ada satu alasan besar yang membuat Zidan terus berambisi menjadi Narendra.

Itu adalah Gia.

Iya, Anggiana Clarasvita istri nya sendiri, dulu wanita itu menyukai Narendra sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama. Saat masih menjadi sahabat dekat, tiada hari Gia tanpa memuja Narendra. Tapi sayang, Gia tidak pernah nampak terlihat di mata Narendra. Karena mata Narendra sudah terpaku pada Yasmine. Sejak dulu.

"Kalau gue bisa kayak Naren, lo mau jadi jodoh gue, Gi?" Tanya Zidan saat ia menemani Gia yang sedang menonton Narendra bermain basket bersama club nya di lapangan indoor sekolah mereka.

Gia terkekeh sambil tertawa. "Apaan sih lo! Gaje dih."

"Gue serius Anggiana." Zidan menatap manik Gia yang terus menatap Narendra. Sambil sesekali bertepuk tangan saat Narendra berhasil melakukan three point shoot-nya.

"Gak harus jadi Naren. Lo bisa jadi diri lo sendiri, Dan." Balas Gia sambil menatap manik Zidan. "Lagian mana bisa lo ngikutin Naren? Mageran gitu lo orang nya."

Zidan mendengus sebal. "Sialan!"

"Tapi gue serius. Lo bisa menjadi diri lo sendiri, gak perlu lo maksain diri lo buat jadi orang lain. Lo adalah lo, dan Naren adalah Naren. Kalian adalah pribadi yang berbeda."

Pengabdi Istri (The Series)Where stories live. Discover now