Chapter 5

11.3K 613 50
                                    

Rasa dingin yang menusuk tubuh membuat dirinya menggigil, ketika air tidak kunjung berhenti menyirami tubuhnya. Ia tidak tahu sudah berapa lama dirinya terjebak di dalam sini. Ia pun tidak tahu apakah matahari sudah muncul dari peraduannya atau belum? Hanya bergantung pada besi yang tertanam di tembok lorong air ini, sang pemuda berambut pirang mencoba untuk mempertahankan diri. Rasanya sudah sangat lama sekali ponselnya hanyut oleh air pembuangan yang baunya menusuk hidung ini. Sang pemuda sudah dapat memprediksi jika dirinya tidak akan bisa bertahan jika orang yang terakhir dihubunginya tidak kunjung menghubungi.

Baru saja berpikir tentang kematian, tubuhnya terasa sangat lemah, dan matanya berkunang-kunang, ketika darah mulai keluar dari hidungnya. Apakah dia mengalami hiportemia gara-gara terlalu lama terendam di lorong pembuangan ini? Kotoran- kotoran manusia yang menempel pada tubuhnya, serta cairan menjijikan yang beberapa kali terminum olehnya sudah tidak dia pedulikan. Hanya sebentar lagi dia harus bertahan. Ia tidak boleh mati di tempat ini.

"A-ayah...," lirih sang pemuda. "A-ayah, tolong," hanya ayahnya saja yang ada dibenaknya ketika ajal nyaris merengut nyawanya. "Ayah, Naruto takut...," bisik sang pemuda yang sudah tidak pantas menangis ini.

Di dalam kegelapan cairan bening yang begitu murni itu menetes, bersatu dengan cairan kotor yang mengelilinginya. Rasanya cairan itu semakin meninggi saja, nyaris menenggelamkan dirinya. Apakah ini akibat hujan di atas sana? Bibirnya bergetar lirih. Ia tidak tahu harus memarahi siapa atas semua keadaan ini? Hanya ekspresi ayahnya yang meninggalkannya tadilah yang terbayang dibenaknya. Ayahnya yang pergi bersama wanita itu, dan membiarkan dirinya berada di posisi ini. Bukan karena akan mati atau ibunya yang mengalami keadaan mengerikanlah yang membuat sang pemuda menangis tersedu-sedu di akhir hidupnya. Rasa perih yang terus menghujam hatinya layaknya ribuan belatilah yang membuat dirinya seperti ini. Rasa sakit yang tidak kunjung hilang inilah yang membuat dia menangis penuh kekesalan.

"Ayah...Tolong Naruto... Naru takut...," dan lebih menyedihkannya lagi, dia tetap menangis dan meminta tolong pada sang ayah yang telah membuat dirinya terluka seperti ini. "Ayah...," bisik Naruto dengan nada frustasi. Energinya yang tersisa sudahlah habis ketika ia menangis. Ia tidak dapat bertahan lagi. Rasanya semua sudah berakhir, dan perlahan tangannya terlepas menuju kegelapan sampai seseorang megenggam pergelangan tangannya dengan erat.

Kedua mata biru yang memucat itu kembali terbuka, menatap seseorang yang tengah memeluknya kini. "Naruto, sadar!" teriak orang itu, berusaha menyadarkan Naruto. Ia menepuk-nepuk pipi Naruto. "Kenapa kau bisa berada di sini?" teriak orang itu, panik.

"Ka-kakiku diikat. Airnya terlalu deras untuk aku mencoba membukanya," dengan bergetar Naruto mengatakan. "A-aku sudah tidak tahu lagi terseret berapa lama hingga sampai di tempat ini," lirih Naruto, membuat orang yang diajak bicara merasakan kesedihan dan ketakutan Naruto.

Sang penolong itu tidak dapat melihat bagian bawah tubuh Naruto. Ia yang memakai pakaian lengkap penyelamatan; helm dengan senter di tengahnya, baju pengaman, serta tali yang mengikat pinggangnya meminta Naruto untuk memeluk dirinya dengan erat di bagian belakang. Sang penyelamat pun membawa Naruto dengan segala upaya menuju sebuah lubang di atas sana. Sayup-sayup Naruto dapat mendengar suara keributan di atas sana, serta cahaya menuju kehidupan. Naruto yang berada di punggung pemuda yang menyelamatkannya memeluk erat leher pemuda itu.

"Pegang tanggannya Naruto," intruksi orang itu, dan Naruto segera menurutinya. "Aku sudah mendapatkannya!" teriak orang tersebut, memerintah orang di sana untuk segera bersiap-siap menarik Naruto.

Kau berhasil menolongnya!" teriak orang-orang di atas sana. "Cepat tandu! Cepat tandu!" semua sibuk saling mengintruksi.

Sang penyelamat itupun kembali menatap Naruto. "Kau sebentar lagi akan selamat. Percayakan semuanya padaku," katanya, dengan senyuman penuh keyakinan. "Ayo!" ajaknya, ketika Naruto hanya terdiam-menggigil.

Wow, because You are Naughty-Naughty! [WIP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang