#6 : My Hera

0 0 0
                                    

Happy Reading Guys :3

-
-
-

Killian tertawa mendengar kalimat penuh percaya diri Anahera "kau bahkan tidak menyangkal hal itu".

"Untuk apa menyangkal jika itu adalah fakta". Ujar Ana sembari menyesapi wine.

"Selain pelukis, kau juga pebisnis?"

"Tidak, aku bukan pebisnis. Anak pemilik acara ini adalah sahabatku".

"I see".

Anahera melihat Tessa diujung sana, terlitas bayangan lucu hingga membuatnya tertawa kecil.

"Apa yang kau tertawakan". Tanya Killian heran.

"Tidak, hanya saja jika Tessa melihat dirimu dia pasti akan langsung menjerit dan langsung melamarmu saat ini".

"Kenapa begitu? Apa karena aku tampan?".

Anahera menatap tidak percaya, ternyata pria didepannya ini narsistik juga. "Begitulah".

"Jika itu terjadi pun akan ku tolak".

"Why? Tessa itu cantik".

Entah bagaimana, keduanya terlihat nyaman saat berbincang padahal mereka baru kenal tetapi sangat mudah membaur dalam pembahasan.

"Pria ini telah memilih seseorang". Oh god kenapa tiba-tiba begini? Aduh Anahera jadi tidak nyaman.

"Benarkah? Maafkan aku jika kalimatku menyinggung. Aku tidak tau jika kau telah punya kekasih".

"Tidak, aku tidak punya kekasih".

Anahera mengerutkan dahinya, lalu maksud pria ini apa? Melihat kebingungan yang terpampang di wajah Anahera membuat dirinya tersenyum.

"Aku menyukai seseorang tapi aku tidak tau apakah dia menyukaiku juga".

"Tinggal kau tanyakan, apa susahnya".

Tangan Killian mengelus kepala Anahera dengan lembut "Tidak semudah itu bagi seorang pria, Hera.."

Kegiatan itu membuat keduanya merasakan sesuatu. Sesuatu yang belum pernah mereka rasakan.

"Tuan".

Killian pun menoleh ke arah Harry yang datang menemuinya, membisikkan sesuatu. Killian mengangguk paham sesaat Harry menyampaikan sesuatu.

Killian meraih tangan kiri Anahera, mencium punggung tangannya. "Saya pamit undur my Hera". Setelahnya dirinya pergi bersama Harry, meninggalkan Anahera dengan perasaan aneh.

Tangan Ana memegang dadanya yang berdetak kencang "perasaan apa ini?".

-
-
-
-

Dor!
Dor!
Dor!

"Akh!!!!" Jeritan kesakitan terus bergema, tetapi itu tidak menghentikan pria disana untuk terus menembak.

"Trah kami tidak menerima pengkhianatan, siapapun yang berkhianat maka akan siap untuk mati". Tatapan bengis ia pancarkan pada seseorang yang tengah ketakutan disana.

"Ampun tuan". Tubuhnya bergetar, darah terus berlinang dari tubuhnya, sial ini sangat menyakitkan.

"Katakan siapa yang menyuruhmu untuk menyusup".

Pria yang telah tidak terlihat lagi rupanya masih membungkam rapat mulutnya. Geram dengan tingkah seonggok sampah itu, pria kejam ini menjulurkan belati ke hadapan sampah itu.

"Tu-tuan ma-aafkan Akhh!!!". Jerit kembali terdengar kala belati itu menguliti bagian kiri wajahnya.

"Aku tak butuh kata maafmu yang tak berguna itu". Sekali lagi pria itu menorehkan luka di bagian wajah yang telah terkuliti.

Goodbye My Princess حيث تعيش القصص. اكتشف الآن