#2 : First Meet

7 0 0
                                    

Happy Reading
-
-
-

Pagi hari yang cerah, kicauan burung terdengar merdu sinar matahari menembus kaca-kaca jendela.
Anahera memejamkan matanya sembari menautkan kedua tangannya, bulu mata lentik, jari-jemari berlapiskan kulit putih seperti bersinar, bibir berbentuk hati dengan rona semerah buah ceri. Bibir itu melanturkan kalimat-kalimat indah, Wanita yang kini sedang berdoa, ritual pagi yang selalu ia laksanakan.

Memohon kepada Tuhan agar selalu memberikan keberkahan bagi setiap orang. Ia Anahera tidak mendoakan dirinya melainkan orang lain, orang yang berada di sisinya maupun mereka yang kini berlalu lalang tanpa saling kenal. Baginya mendoakan seseorang akan memberikan kebaikan dalam hidup.

Gaun biru langit, rambut ginger miliknya dikepang ke samping menambah pesona polos Anahera.

"Aku kira kau ke mana, ternyata disini." Suara lembut seseorang menggema membuat Anahera membuka matanya setelah selesai berdoa.

Anahera menoleh membalikkan tubuhnya menghadap orang tersebut "apa kau lama menunggu, Tessa?"

Wanita disebrang sana menaikkan pundaknya dan wajahnya menunjukkan ekspresi jenuh "sangat lamaa, ayo kita pergi sekarang!." Suara lembut itu berubah menjadi ketus. Tessa, sahabat Anahera. Bagaimana tidak dia kesal, hampir 2 jam dia mencari wanita itu dan ternyata wanita itu sedang berdoa di kamarnya padahal mereka harus mempersiapkan banyak hal untuk acara perpisahan nanti malam.

"Tunggu sebentar." Anahera berjalan dari sisi kamarnya membuka sebuah kain yang menutupi kanvas besar di tengah-tengah ruangan kamar tidur miliknya. Itu adalah lukisan yang saat itu belum terselesaikan.

"Bagaimana menurutmu? Apakah bagus?."

"Demi alam semesta dan teori bumi bulat, lukisanmu sangat bagus Ana. Wah pria dilukisan itu sangat tampan." Ucapan wanita itu sedikit melucu tapi juga melebih-lebihkan kalimatnya atau tidak karena lukisan Anahera memang menakjubkan objek seorang pria berlapiskan kain tipis yang menutupi area intim lalu ketegasan dan ketangkasan begitu terlihat nyata dari wajah objek tersebut.

"Hades." Ucap Anahera tiba-tiba, Tessa mengernyit bingung.

"Hades?."

Anahera mengangguk "objek dari lukisanku, Hades sang dewa penguasa dunia bawah. Dia inspirasiku." Senyum sumringah Anahera saat menceritakan.

"Lukisan ini akan kau bawa untuk pameran nanti?."

"Iya, aku ingin membawa lukisan ini."

"Baiklah, itu ide bagus. Aku masih belum tau ingin membawa apa. Ahh yasudahla, ayo kita pergi Ana." Tessa menarik lengan Anahera manja.

Anahera kembali menutup lukisan itu dengan kain tipisnya, mereka pun beranjak pergi.

Di pusat perbelanjaan, Tessa menarik Anahera kesana kemari mencoba segala jenis baju yang dijual berbagai toko. Tak hanya baju, sepatu, perhiasan, make up semua di cari-cari. Inilah yang Anahera tidak sukai, pusat perbelanjaan dan Tessa adalah kombinasi yang mematikan baginya. Kakinya lelah terus menerus melangkah mengikuti keinginan Tessa yang tak kunjung puas.

Kini sudah toko ke-5 yang keduanya kunjungi dan parahnya belum ada pakaian yang pas bagi Tessa untuk Anahera. Pakaian untuk Tessa sudah ditemukan tetapi untuk Anahera belum. Sahabatnya itu sangat antusias jika memilihkan pakaian untuknya, Anahera juga tidak menolak hal itu karena baginya selera Tessa sangalah bagus.

"Bagaimana?." Anahera keluar dengan dress model mermaid ketat bewarna merah terang menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya,

"Humm, baju ini bagus tapi terlalu menampilkan tubuhmh. Skip cari yang lain, bokong semok milikmu tidak boleh terlihat orang lain nanti aku akan kerepotan." Kalimat panjang dari bibir Tessa.

"Tidak hanya kau yang repot, aku juga." Anahera kembali masuk ke ruang ganti mencoba baju selanjutnya.

Kini ia menggunakan dress silver yang berkilau begitu pas dengan dirinya.

"Mau sampai kapan mulutmu terbuka seperti itu." Anahera terkekeh melihat reaksi Tessa. Mulut terbuka lebar dan mata berbinar seperti melihat harta karun.

"Kau benar-benar terlihat seperti seorang dewi. Pakaian ini bagus untukmu."

"Ck! Tidak adil, kau cantik sekali." Ucapnya sambil tertawa.

"Kau juga cantik Tessa." Senyum lembut Anahera membuat Tessa tersentuh tapi sedetik kemudian wajah wanita itu menampilkan ekspresi bangga.

"Tentu! Satu komplek selalu memujiku cantik, bahkan tukang kebab saja selalu mengedipkan sebelah matanya saat melihatku." Wah-wah lihatlah raut bangga wanita itu.

"Iya Tessa." Tidak kuat, Anahera selalu dibuat tertawa dengan tingkah Tessa yang begitu ekspresif.

"Aku ambil ini." Ucap Anahera kepada pelayan di sana.
-
-
-
Acara yang digelar pada malam hari di tengah-tengah laut menggunakan yacht. Kerumunan manusia meliputi sisi kapal.

Anahera berdiri disisi kapal memegang segelas champagne. Gaun silver yang dipilhnya bersama Tessa tadi sangat cantik ia kenakan.

"Kau menikmatinya Ana?" Tessa menghampiri dengan banyak makanan di kedua tangan wanita itu.

Anahera terkekeh melihat kelakuan sahabatnya, maniak makanan.

"Ya aku menikmatinya." Ana melirik arloji yang melekat di lengan kirinya yang kini menunjukkan pukul 11 malam.

"Aku akan pamit undur, sudah jam 11."

"Come on,.. your 23 years brou."

"Kau tau sendiri bagaimana keluargaku Tessa.."

"Hah.. baiklah, aku masih ingin menikmati pestanya. Kau berhati-hatilah."

Anahera mengangguk berlenggang pergi menemui teman-temannya untuk berpamitan. Setelahnya ia pergi dari sana menggunakan speedboat menuju daratan.

Berbekalan selendang tipis yang menutupi sentuhan angin pada kulit halusnya Anahera memandang lurus kedepan menikmati terpaan angin malam.

Byurr

Goncangan speedboat karena gelombang laut membuat tubuhnya sedikit oleng hingga terjatuh dari sana.

Tubuh Anahera jatuh sepenuhnya ke laut. Ia ingin berenang ke atas tetapi kakinya dililit oleh tali membuat gerakannya tidak lues. Berulang kali ia gerakkan tubuhnya untuk mengambil nafas tapi sulit.

Sebuah sentuhan pada kakinya, bergerak melepaskan tali yang melilit tersebut hingga terlepas sepenuhnya kaki itu dari tali. Anahera ingin melihat siapa yang membantunya tetapi mata abu-abu itu tidak melihat siapapun.

Naiklah dirinya ke sisi speedboat.

"Nona! Anda baik-baik saja?." Pria yang menyetir speedboat itu melilitkan handuk pada Anahera.

"I'm fine." Ucapnya, mata Anahera melirik kesana kemari mencari sosok yang membantunya tetapi tidak ada siapapun. Kembalilah speedboat itu berlayar menuju daratan.
-
-
-
"Hey kau dari mana saja Killian. Fuck! Kenapa kau telanjang dada bung dan tubuhmu basah semua."

"Diamlah Harry! Tadi aku melihat seorang wanita jatuh dari speedboat dan membantunya."

Ya ampun temannya ini dia hanya bertanya saja tapi sudah dimarahi. Siapa yang tidak terkejut bung, dirinya mencari dimana Killian tetapi ternyata pria itu berdiri dengan tubuh basah dan lagi telanjang dada brou! Tidak etis sekali. Bukannya kenapa, dirinya iri melihat pahatan tubuh Killian yang seperti patung dewa yunani itu, sangat atletis dan sudah pasti sangat menggoda bagi para wanita lajang maupun tidak.

"Kenapa kau berdiri saja? Bawakkan aku baju." Perintah Killian.

"Ck! Menyusahkan saja!!." Walaupun becicit terus mulutnya ia pun tetap menuruti perintah temannya itu.



-
-
-
-





Continue

Goodbye My Princess Where stories live. Discover now