XII. Soulmate

514 105 11
                                    

"Ra?"

Urat wajah Radha menegang. Ekspresi datarnya berubah seketika. Melihat Vier yang kebingungan, Radha justru kehilangan arah.

"Lo ngomong apa barusan?"

Lagi-lagi Radha hanya diam. Ia bisa merasakan bibirnya bergetar. Tangannya mengepal kuat. Ingin sekali menonjok wajah Vier yang semakin lama, semakin menyebalkan.

"Kenapa lo jadi gini sih?"

Ini lah yang Radha takutkan.

"Sejak kapan gue sangkut pautin masalah gue dan Luna ke elo? Bisa-bisanya lo mikir gue dateng kesini karena nyari peralihan? What's wrong with you?"

Radha tak bergeming. Ia hanya bisa mendengarkan. Walau jauh di benaknya ada rasa penyesalan yang datang.

"Lo lagi kacau, Ra. Kalau lo minta gue pergi, gue akan pergi sekarang."

Vier benar-benar berbalik pergi. Rasa gemetar yang hebat semakin menguasai tubuh Radha saat Vier tak lagi menoleh padanya. Dengan langkah besarnya ia meninggalkan Radha sendiri di depan kamar.

Meninggalkan dirinya seperti apa yang ia minta pada pria itu kurang dari lima menit sebelumnya.

Malam tahun baru terasa sangat biasa saja bagi Olivier

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam tahun baru terasa sangat biasa saja bagi Olivier. Apa karena Bali tahun-tahun sebelumnya memang penuh kenangan?

Bagi Vier, Bali tidak serta merta penuh kenangan. Tapi Bali adalah rumah keduanya. Rumah yang benar-benar selalu menerimanya untuk pulang dalam kondisi apapun. Dan Bali adalah tempat pertamanya bertemu Radha. Radha yang dulunya tak ia sangka adalah rumahnya kini.

Kedatangan Vier ke Bali memang sangat tiba-tiba. Munafik tak ada sesuatu yang membuat dirinya harus terbang ke tanah ini secara mendadak. Apalagi sampai membuat Radha melontarkan kalimat yang membuat mereka saling diam kali ini. Benar-benar seperti dua insan yang tak saling mengenal.

Embusan napas berat sejak tadi keluar dari mulutnya. Bersamaan dengan kepulan asap nikotin yang akhir-akhir ini membuatnya candu. Vier memang seorang perokok. Tapi, semenjak berpacaran dengan Luna, ia berhenti melakukan aktivitas itu. Luna tidak bisa menghirup asap rokok. Dan kini ia kembali melakukannya juga karena Luna.

Semakin malam, pantai semakin ramai. Kembang api saling sahut-sahutan mengingat sebentar lagi kita semua akan menjadi saksi waktu dan tahun akan berganti. Tinggal sepuluh menit lagi. Papa dan mamanya serta keluarga Radha memilih untuk menyaksikannya di teras rumah. Mereka juga sibuk menyantap kudapan yang telah disiapkan seharian. Sedangkan Radha memilih mengurung diri di kamarnya.

Permasalah Radha dan keluarganya sebenarnya mudah. Theo dan Mitha sudah ikhlas dan mengganti kembali seluruh kerugian yang ditimbulkan Dara dan mantan kekasihnya. Selesai. Kedatangan Theo dan Mitha sesungguhnya hanya itu.

Tapi tidak dengan Radha. Ia merasa sangat dikhianati. Gadis itu malu. Malu akan dirinya sendiri, dan atas nama keluarganya. Vier merasa itu wajar. Tapi, perihal Radha yang tiba-tiba mempermasalahkan hubungannya dengan Luna lah yang membuat Vier setiap saat memutar otak.

From Platonic To LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang