III. Hold On Tight

628 101 4
                                    

"Ra, gue dapet kontaknya!"

Jantung Radha hampir mencelos mendengar suara bergema dari Vier di lapangan tenis sekolah. Sudah berhari-hari pria itu tak enak makan dan tidur hanya karena jatuh cinta. Radha pun ikut pusing dibuatnya.

"Luna?" Vier mengangguk mantap dan menjatuhkan diri di samping Radha. "setelah berhari-hari nge-DM?"

"Katanya DM gue mau dibales cuma doi emang lagi sibuk aja. Mulai sekarang gue udah bisa chat ke whatsappnya! Gila gak lo, gue seneng banget!"

Kekehan kecil lepas dari bibir Radha sembari menutup mulutnya. Melihat si playboy ini ternyata bisa luluh oleh seorang wanita yang bahkan terpaut usia jauh di atasnya. Masa putih abu-abu Vier nyatanya sungguh indah.

"Terus, setelah dapet whatsappnya?"

Senyum jahil Vier muncul. "Gue mau nembak dia."

Selama belasan tahun, bahkan hingga umur Radha mencapai sembilan belas, ia tak pernah merasakan jatuh cinta sedalam Vier mencintai Luna

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Selama belasan tahun, bahkan hingga umur Radha mencapai sembilan belas, ia tak pernah merasakan jatuh cinta sedalam Vier mencintai Luna.

Sejak SMA, Radha tahu betul bagaimana tatapan penuh cinta Vier saat ia membicarakan Luna setiap saat. Mengagumi kecantikan, kecerdasan dan semua hal baik yang memang ada dalam diri gadis itu. Radha sempat berpikir bagaimana mungkin cowok tanpa cela seperti Vier tidak mungkin tidak menyukai bidadari seperti Luna. Mereka benar-benar pasangan yang sempurna dimata Radha.

Kejadian semalam membuat Vier demam tinggi pagi ini. Radha bersama Mbak Ayu sibuk menyiapkan bubur dan lauk pauk untuk Vier yang sudah dipapah menuju kamarnya. Sejak tiba di rumah, Mbak Ayu panik setengah mati begitu ingin membangunkan Vier yang tengah menggigil dengan keringat yang dingin. Badannya panas sekali.

"Neng Djiwa beneran nggak tau kenapa Mas Vier sampai begitu?!" Entah sudah kesekian kalinya Mbak Ayu bertanya hal itu dan hanya dibalas gelengan kepala oleh Radha.

Ada yang tidak beres semalam. Entah kenapa Radha yakin Vier dan Luna sedang tidak baik-baik saja. Perasaannya berkata begitu. Hingga ia tak sadar menjatuhkan gelas akibat melamun.

"Aduh, Neng, sini Mbak yang bersihkan. Neng Djiwa ke kamar Mas Vier aja bawa sarapan." Ia benar-benar tak fokus hari ini dan memilih mengikuti saran Mbak Ayu sebelum semuanya makin kacau.

Ketika masuk ke kamar Vier, ia mendapati pria itu masih tertidur pulas. Keringat masih memenuhi pelipisnya, tapi badannya sudah tak panas lagi setelah meminum obat penurun panas.

Radha meletakkan nampan berisi bubur di atas nakas. Tangannya mengambil sapu tangan dan mengelap keringat yang membasahi pelipis Vier. Pria itu mengerjap sekian detik sembari menggenggam lengan Radha.

"Gue berasa habis mati suri." Celotehnya tiba-tiba sampai Radha melempar sapu tangan itu ke wajah Vier.

"Lo tu ya, masih bisa ngelucu padahal lagi sakit gini!"

From Platonic To LoversDär berättelser lever. Upptäck nu