IV. Somebody's Pleasure

615 105 12
                                    

Di sela kesibukan yang ada, baik Vier maupun Radha mencoba untuk tetap on track

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di sela kesibukan yang ada, baik Vier maupun Radha mencoba untuk tetap on track. Tiga minggu lagi mereka akan melaksanakan PKKMB dan masing-masing sudah berkutat dengan dengan kegiatannya.

PKKMB Kertha Dharma sebenarnya tidak susah, hanya saja di beberapa kegiatan yang melibatkan fakultas, mahasiswa baru harus aktif. Sedangkan tahu sendiri Vier dan Radha berbeda fakultas. Jadi, kadang Vier akan merengek karena harus 'berpisah' dengan Radha dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

Berbicara mengenai kuliah, seperti apa yang sudah dipilih, pada akhirnya Vier melabuhkan dirinya pada Seni Rupa. Sama seperti Luna, awalnya Theo bersikeras menolak. Ia mau putra semata wayangnya melanjutkan bisnisnya, dan tentu Vier harus mengambil Manajemen Bisnis agar semua itu terjadi.

Berhari-hari saat pendaftaran akan ditutup, Theo akhirnya melunak. Mitha dan Radha pun turut andil dalam pertengkaran ayah dan anak ini. Theo sengaja mendiamkan Vier karena ia pikir putranya itu akan mengalah dan mengikuti kemauannya.

"Vier sudah besar, Pa. Mau sampai kapan kamu diktator kayak gini? Vier berhak akan pilihannya." Bujuk Mitha setiap saat.

"Kamu tau Vier kan, Ma? Papa yakin dia nggak akan mampu. Sejak kapan anak itu senang dengan hal-hal berbau seni? Dari perawakannya saja tidak cocok!" Dari sorot matanya, Theo benar-benar masih terlihat kesal dan kecewa. Hanya embusan napas berat jawaban Mitha selanjutnya. Ia tidak tahu lagi bagaimana cara untuk meyakinkan Theo.

"Radha saksinya, Om. Radha yakin Vier nggak akan salah jalan." Sebenarnya ini tidak benar, tapi Radha ikut mumet dengan keadaan rumah seperti ini. Ia mencuri dengar perbincangan pasangan Kairo itu di ruang tengah. Bahkan sebelumnya ia menyuruh Vier untuk keluar dari rumah agar tidak mendengar pembicaraan mereka.

"Lo ngapain nyuruh gue keluar? Nggak ah! Gue mager."

Radha buru-buru memikirkan plan selanjutnya. Kalau sampai waktu pendaftaran ditutup tiba, ujung-ujungnya Vier tidak akan jadi kuliah. Keburu malas. Jadi, mau tak mau ia harus ikut andil dalam menyelesaikan permasalah yang sebenarnya sepele ini.

"Vi, look at me!"

Radha membalikkan tubuh Vier agar menatapnya. Cengkramannya pada bahu pria itu menguat. "Just 10 minute, okay? I have to solve this problem. Your problem." Mata Vier mengerjap berkali-kali memandang sorot mata Radha yang penuh keyakinan.

"Papa keras kepala, Ra. Dia aja nggak mau dengerin Mama."

"Terus lo bakal diem doang?"

"No one dared to argue with Mattheo Kairo." Vier mengendikkan bahunya. Ia mengambil hoodie dibalik pintu kamarnya begitu juga kunci motor. "Oke gue pergi."

Vier sebenarnya paham, hanya saja ia begitu malas menanggapi. Beberapa hari ini ia lelah berdebat terus dengan Theo, dan dirinya lah yang harus mengalah. Entah apa yang akan dilakukan Radha untuk meyakinkan Theo, ia sudah tidak peduli.

From Platonic To LoversWhere stories live. Discover now