II. Fall Down

687 115 7
                                    

"Babe!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Babe!"

Vier berlari kecil saat keluar dari mobilnya. Rintik hujan tiba-tiba saja turun membasahi pinggiran Jakarta. Ia mendekap kekasihnya dari belakang tanpa pikir panjang. Mencium aroma jasmine yang semerbak nan candu. Aroma yang bahkan mampu membuatnya jatuh cinta pada Luna setiap harinya.

"Lho, kirain bakal ngajak Radha." Luna menautkan jemarinya pada jemari Vier. Mengecup pipinya sekilas kemudian mempersilahkan pria itu duduk tepat di hadapannya. Alunan musik yang sejak tadi terdengar menambah kesan romantis pada malam itu. Sebuah lagu berjudul Friday I'm In Love benar-benar menggambarkan perasaan Vier saat ini.

"Maunya berdua aja sama kamu."

Luna tertawa renyah kemudian memanggil pelayan dengan mengangkat tangannya. "Kita pesen makan dulu, ya."

Namanya Laluna Asteria. Gadis paling cantik yang mampu membuat Vier jatuh ke dalam pelukannya hingga detik ini. Karakternya yang tegas, independen, pintar, dewasa dan berjiwa sosial yang tinggi membuat Luna mampu menjadi gadis paling digandruingi tiap lelaki manapun.

Jarak umur antara Luna dan Vier terpaut tiga tahun. Mereka saling mengenal saat Luna bersama para anggota BEM di kampusnya melakukan sosialisasi mahasiswa baru di sekolah Vier. Dari situlah pesona Luna membuat Vier jatuh cinta sedalam-dalamnya. Hanya mengenal selama setahun, hubungan mereka saat ini sudah berjalan tiga tahun lamanya. Bahkan Vier dan Radha memang berencana kuliah di kampus Luna, Universitas Kertha Dharma.

Malam ini adalah anniversary hubungan mereka yang ketiga. Makan malam romantis di sebuah restoran mewah daerah Kemang. Selain menjadi pusat perhatian karena kecantikannya, Luna selalu mampu menempatkan dirinya dalam kondisi apapun. Vier bahkan tak henti-hentinya berdecak kagum.

"I still get butterflies even though I've seen you a hundred times." Puji Vier sembari mengulurkan jemarinya membersihkan noda makanan di sudut bibir gadis itu. Luna hanya tersenyum malu. Selain Vier pun pujian seperti itu selalu ia dapatkan dari orang lain, jadi baginya itu hal biasa.

Gelak tawa dan candaan keduanya seolah mampu mengalahkan suara musik dan dentingan sendok yang sedang beradu dengan piring sepanjang malam itu.

"Artinya Radha kamu tinggal sendiri di rumah?"

Vier mengangguk. "Dia 'kan emang seneng sendiri."

"Papa Mama kapan balik dari Pontianak?"

"Kurang tau. Mungkin seminggu lagi. Proyeknya cukup besar di sana."

Yang hanya dibalas anggukan oleh Luna. Setelah percakapan random itu, Vier dan Luna akhirnya selesai dengan santapan masing-masing. Sembari menunggu makanan penutup, keduanya sama-sama tak bergeming. Luna sibuk dengan ponselnya, sedangkan Vier hanya memandangi gadis itu sembari membelai lembut jemarinya.

"Kamu jadi ambil bisnis?" Pertanyaan tiba-tiba Luna mampu membuat Vier terperanjat.

"Babe, kamu tau 'kan aku nggak suka bisnis." Luna menarik tangannya dari genggaman Vier dan menatap serius ke manik matanya.

From Platonic To LoversWhere stories live. Discover now