Bab 4

87 22 6
                                    

Hari ini Sayba nampak muram tak seperti biasanya. Semua itu tidak luput dari penglihatan Axel. Ia penasaran dengan masalah apa yang tengah menghampiri wanita itu. Namun, ia tidak akan bersikap terang-terangan jika ia sejujurnya peduli.

Tiba-tiba Axel terpikir untuk membuka ponselnya, kali saja ia menemukan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa penasaran pada dirinya.

Setelah mencari, akhirnya Axel menemukan sesuatu. Ia membaca status  yang baru saja Sayba tulis dan ia merasa ikut sedih. Akhirnya ia pun memutuskan untuk menghampiri Sayba.

"Aku Tutut berdukacita."

Sayba yang muram berusaha untuk menampakkan senyumnya. "Terima kasih."

Banyak pertanyaan dibenak Axel tapi ia tidak berani menanyakannya secara langsung pada Sayba.

"Kamu baik-baik saja?"

Axel duduk dihadapan Sayba dan seperti biasanya, ia duduk tanpa dipersilahkan terlebih dahulu.

"Aku baik-baik saja, Kak."

"Ceritakan padaku."

Sayba menatap Axel. Mungkin seumur hidupnya baru kali ini ia menatap seorang pria, cukup lama. "Apa yang harus aku ceritakan?"

"Apa pun yang membuat hatimu sedih." Axel balik menatap Sayba.

Mereka saling bertatapan cukup lama, seolah tengah bercerita dalam diam.

"Aku sungguh baik-baik saja."

Bibir Sayba memang mengatakan baik-baik saja tapi Axel dapat melihat kepedihan dari mata Sayba.

"Datanglah padaku kapan pun kamu mau. Aku akan menunggu dan mendengarkanmu."

"Terima kasih."

Sayba berkata jujur. Ia sungguh berterima kasih pada Axel. Dia hanya orang asing dalam hidupnya tapi hanya dia yang peduli dan memperhatikannya. Sahabatnya saja tidak ada yang bersikap seperti Axel saat ini, saat ia merasa sedih dan kehilangan.

"Jangan ragu untuk bercerita padaku."

Entah mengapa, setelah mendengar kata-kata itu dari Axel, keraguan di hati Sayba menghilang. Ia pun mulai bercerita tentang hidupnya.

Padahal selama ini Sayba tidak pernah mau menceritakan hal pribadinya kepada orang lain apalagi pada lawan jenis. Ia sangat membatasi interaksinya pada lawan jenis. Namun, bersama Axel, ia merasa menjadi orang yang berbeda. Ia tidak merasa takut dengan pria itu, tidak seperti dengan pria-pria lainnya.

Axel mendengarkan secara seksama apa yang Sayba ceritakan. Dalam hati ia juga merasa senang, setelah dua tahun mengagumi Sayba dalam diam. Akhirnya sekarang ia bisa berinteraksi langsung sedekat ini dengannya.

Semua yang terjadi saat ini adalah awal yang belum tahu kemana akan berakhir. Namun, Axel tak peduli. Ia tidak peduli bagaimana kisahnya akan berakhir. Terpenting saat ini, ia bisa bersama Sayba yang mampu membuat ia bahagia.

"Maaf."

Sayba berhenti di tengah-tengah ceritanya. Ia lupa, seharusnya ia tidak boleh banyak berbicara sesuatu yang menurutnya pribadi.

"Untuk?"

Axel masih asyik menatap Sayba, menatap kecantikan alami tanpa banyaknya polesan make up di wajah Sayba. Berbeda dengan wanita-wanita yang sering ia temui.

"Aku sudah terlalu banyak bicara hal-hal yang tak penting."

"Semua yang kamu bicarakan penting. Meski aku tidak bisa memberikan pendapat atau solusi untukmu tapi aku berharap, perasaan kamu menjadi lebih baik setelah bercerita padaku."

Sayba mengangguk, mungkin perasaannya kali ini memang sedikit membaik. Ia tidak memungkiri hal itu.

"Kak?"

"Ya."

"Jangan seperti itu."

"Seperti apa?"

"Jangan terlalu baik padaku."

"Aku tidak melakukan apa-apa."

Axel memang tidak melakukan apa-apa, ia hanya duduk dan mendengarkan, itu saja. Saat ini ia juga belum mau melakukan hal lebih karena ia yakin Sayba akan kabur kalau ia bersikap agresif.

Sayba tipikal wanita polos menurutnya. Dia belum tersentuh hal-hal negatif tentang pria. Axel tak mau meracuni kemurnian Sayba sehingga ia berusaha kuat untuk menahan diri. Bahkan ia tidak menyentuh tangan Sayba sama sekali. Meski sentuhan itu hanya sebagai sentuhan rasa prihatin dan ingin menguatkan.

"Ya."

Axel benar, pria itu tidak melakukan apa-apa. Justru ia sendiri yang telah melakukan sesuatu, melanggar batasan yang sudah ia tetapkan oleh dirinya sendiri selama ini.

"Aku menyukaimu, Sayba."

"Aku sudah pernah mendengarnya."

Axel tersenyum tipis, ia tidak ingin melanjutkan aksinya. "Kamu benar, kamu sudah mendengarnya dan akan terus mendengar kata-kata itu lagi."

"Maksudnya?"

"Tidak, tidak ada. Aku hanya bercanda. Jangan dimasukkan dalam hati."

Sayba tersenyum, ia sudah tahu kalau Axel pasti hanya bercanda dan ia tidak akan memasukkannya dalam hati seperti apa yang pria itu ucapkan.

🥀🥀🥀
20 November 2023
Update 23 November 2023


Bukan Cinta Romeo & Juliet Where stories live. Discover now