TL 7

761 107 56
                                    

Shani mengerjap terbangun dari tidurnya ia melirik jam disampingnya masih terlalu pagi setengah enam, Shani melirik Ara yang lagi lagi tanpa sadar memeluk dirinya hatinya menolak tetapi tubuhnya tak berniat untuk bergerak sedikitpun ia menoleh menatap wajah damai Ara yang terlelap dalam mimpinya tanpa sadar senyuman kecilnya terukir Shani menyingkirkan tangan Ara perlahan untuk bersiap karena weekend ini dia mempunyai janji dengan Veranda untuk berolahraga bersama

"Shan udah siap?" Tanya Veranda saat Shani menuruni anak tangga

"Udah mah kita mau apa dulu lari?" Veranda terlihat berfikir sejenak

"Boleh, apalagi masih pagi pagi gini pasti seger!" Shani mengangguk setuju

"Yu shan, siang nanti kamu disuruh ke rumah papah kamu sama ara" Shani mendekat ke arah Veranda sedikit bingung

"Maksudnya papah nyuruh kita ke rumah?" Veranda mengangguk

"Iya kangen mungkin sama anak anaknya" ujar Veranda dengan kekehannya Shani ikut tersenyum memang sejujurnya dia kangen juga dengan segala suasana rumahnya

Ara terusik dari tidurnya ia mengucek matanya menyesuaikan dengan cahaya yang masuk dari celah gordeng kamarnya Ara menyibakan selimutnya beranjak berjalan ke arah gordeng lalu membukannya lebar lebar tanpa mencuci muka Ara berjalan keluar kamarnya menuruni anak tangga lalu menyambar roti yang berada di atas piring

Kinal datang dengan segelas kopi di tangannya membuat Ara berdecak tak suka ayahnya ini terkadang keras kepala dan tak sadar diri bahwa usianya tak muda lagi dan terdapat masalah pada jantungnya apa salahnya jika dia menjaga pola makannya meskipun masih terlihat tubuhnya yang tegap

"Pah ara bilangin sama mamah minum kopi" ancam Ara Kinal mendudukan dirinya di depan Ara setengah menyipitkan matanya

"Kamu gausah kaya ember bocor, sesekali doang bulan ini papah belum minum kopi!" Elak Kinal Ara memutar bola matanya malas lalu meneguk segelas susu

"Terserah papah deh!" Ucap Ara pasrah membuat Kinal tersenyum penuh kemenangan

"Mamah mana?" Kinal berdeham

"Mamah atau shani?" Ledeknya Ara kembali mendengus

"Dua duanya" Kinal terkekeh lalu menatap Ara

"Lagi olahraga gatau kemana belum pulang ikut senam dulu kali sama orang komplek sekitaran sini" Ara mengangguk mengerti

"Btw, pah kenapa papah ga ijinin ara buat pisah rumah aja?" Pertanyaan Ara membuat Kinal meletakan gelas kopinya

Sejujurnya tujuan Ara ingin berpisah rumah juga karena ingin menyudahi sandiwara mereka dan juga membebaskan pergerakan dirinya ataupun Shani nanti agar dia tidak terus menerus merasa tertekan

"Ada alasannya ra tapi papah gamau sebutin apa ini kesepakatan papah sama om bobby, oh iya ngomong ngomong bobby dia nyuruh kamu sama shani ke rumahnya siang nanti"

"Iya kita belum kesana dia pasti udah kangen banget sama anaknya" gumam Ara yang masih di dengar Kinal

"Ada kabar pah dari kaka?" Kinal menggeleng

"Papah gaakan cari kaka kamu dia harus pulang sendiri, begitupun kamu jangan coba coba mencari gracio!" Peringat Kinal

"Kalo ka gracio udah pulang ara minta hormatin apapun keputusan kita nanti!" Kinal menggeleng mengetahui apa maksud Ara

"Yakin? Papah rasa kalian yang akan berterimakasih nanti karena telah disatukan!" Ujar Kinal dengan percaya diri Ara terkekeh lalu menggeleng bahkan tidak ada kemajuan apapun dalam hubungannya

"Mungkin pah, hati gaakan pernah bisa dipaksa kan?" Kinal mengangguk setuju

"Tapi hati gaakan pernah jatuh pada orang yang salah, jangan menghindar dari hati kamu sendiri!" Kinal menghentikan pembicaraan mereka lalu menoleh pada Veranda dan Shani yang berjalan ke arah mereka

TWO LOVEWhere stories live. Discover now