chapter 8

0 0 0
                                    

2 kli perasaan itu muncul dlm diri. Entah knp klo gandeng sm 1 org itu. Spt tidak ada usaha apa2 selama 1 tahun. Setan! Jahat memang!

Bagaimana aku bolang ke Vir kalau hakku di rampas orang?

Apa masalahnya?

Siapa dalang semua ini?

Aku diam biasa saja. Biat aku marah saja. Sampai temanku seperti itu. Aku yg salah. Aku yg salah!

Apa aku yang terlalu memikorkan dia dan pekerjaannya?

Nyapu saja aku tak mau! Dapat makan tapi ubtyk kedepannya aku tak tau! Bagaimana ini tuhan!

Bagaimana? Aku marah padamu! Tolong buka pintu pekerjaan padaku. Apa yang harus aku perbuat sekrang! Aku iri pada Vir!

Kalong. Kalong.

Terus apa yang bisa di perbuat di sini kalau tiap hari mengaji dan siaran. Makan roti murahan. Pekerjaan yang di hilangkan. Goblok! Tolol memang. Tapi aku tidak begitu berharap ke situ karna aku suka nyantai di rumah.

"Vir, bagaimana kerjaan kamu sekarang, lancar-lancar saja?"

"Ada orang jahat yang menutupi. Menghilangkan namaku atas dasar amal. Atau yang serupa dengan itu."

"Pikiranku macam-macam Vir. Asal kamu tau. Dan semua itu percuma karna sepeser pun aku tidak dapat apa-apa dari sana. Cuma setahun kemarin aku dapat."

"Beda jauh denfgan perolehan uang gaji bulananmu. Beda jauh."

"Kadang aku sedih dan prihatin atas diroku sendiri, atas apa yang menimpaku saat ini. Tapi untung bapak masih bekerja di kandang. Aku lama tidak bantu dia cari rumput."

"Ssdih dan seperti tidak tau di untung. Kerja bantu orang tua begitu mulia dalam pandangan aku."

"Lalu.. selanjutnya aku cuma bisa makan di dapur, merasa kenyang dan pengin ke wc. Enak sekali hidupku dua tahun akhir-akhir ini. Makan enak tanpa bekerja tapi tak punya pemasukan yang pasti di dunia real. Karena aku salah. Begitu katanya. Aku tidak tau benarnya apa."

"Aku sudah bilang ke kamu kemarin waktu di masjid. Aku tidak tau Tuhan mau jawab apa lagi. Ini adalah cerita hidupku di mana teman-teman mico tidak Fer saat ini. Banyak yang tidak mau mengundang aku naik komal. Kecuali koko bakmi."

Rindu kamu.

*
Mungkin sekarang dia sudah bangun dari tidurnya. Aku udah chat dia setelah beberapa detik kemudian dia balas chat aku.

Fay
Morning

Vir
Pagi juga

[Satu kotak foto di area pabrik]

Suara kambing di belakang rumah bukan milikku tapi milik dia. Aku merasa bagaimana begitu. Kenapa tiba-tiba aku jatih ke pabrik padahal aku tidak kenal mereka?

Apakah aku perlu ke situ kapan-kapan buat main-main atau berkunjung? Atau aku pilih rumah bukuku saja di Perpustakaan kota?

Tuhan berikan jalan yang terbaik buat aku dan dia. Karena pertemanan ini bukan pertemanan biasa. Bolehkah kamu ajak aku jalan-jalan ke situ?

Jawab:

?

Tak ada jawaban dari Vir. Ada alasan. Aku masih heran dengan rambutku yang memutih. Masih muda sudah seperti itu. Itu akibat aku yang suka nakal dengan alat kelamin aku. Sedang orang lain tidak dapat membantu aku untuk memperbaiki rambutku ini.

Tapi sepertinya aku keterlaluan. Apa tidak bisa aku melawan atau melakukan usaha apa gitu untuk bekerja menghasilkan uang?

Cari rumput mungkin. Atau niat apa gitu untuk kelangsungan hidup aku tanpa ke aplikasi lagi. Karna aku ingin perubahan.

Agenda Merah Where stories live. Discover now