chapter 7

1 1 0
                                    

Aku kenal penulis yang suka menulis. Semangat november. Wallet buka : 2 November 2023. Senang. Tuhan.

3 Nov 2023.

Tuhan yang Maha Esa serta kedua orang tua Mas Fie yang aku hormati dua oramg yang telah berhasil buat anak dengan karakter sabar, santai dan tepat janji. Tapi andai aku tidak berharap dia tidak akan bertemu aku malam itu malam Jumat.

Asalnya dari aku yang tertarik padanya. Fie sebut saja begitu. Nama samaran, boleh kan? Fie menanyaiku tadi malam, "Kapan kita bertemu di masjid? Selasa ya?"

"Senin." jawabku salah.

"Oh iya selasa." Aku berpikir balik. Aku tidak begitu yakin dengan jawaban aku hari itu. Aku jawab saja dengan mudah salah atau benar. Fie diam dan mengerti. Dia suka melihat ke arah depan sedikit ke atas dengan santai. Aku biasa melihat dia tersenyum dari arah samping dengan menonjolkan gigi pinggirnya. Tapi malam itu aku tidak menyangka kalau dia akan pakai pakaian santai. Aku pkir dia orangnya tipikal rapih dengan celana panjang dan kemeja biru langitnya yang konfiden. Rapih dan tampil percaya diri.

Pengalaman pertama melepas pakaian laki-laki dari baju, celana pendek, dan celana dalam. Mungkin Fie sengaja pakai kaos lengan panjangnya yang tebal dan celana pendek birunya yang lucu dengan motof bintang dan matahari buat aku tersenyum. Aku pikir hal itu seperti anak-anak. Di hati aku tidak suka melihat celana pendek itu karena terlalu santai dan fulgar. Tidak casual dan rapih. Aku leboh suka Fie pakai celana biar kelihatan lebih Konfiden dan keren.

Perostowa semalam adalah peristiwa yang masih ada dalam benak aku, masih belum bisa aku lupakan. Siapa yang datang memghampiri di bulan November ini? Bukan Fandi kan?

Tentu saja bukan si Fandi yang telah menghilang sejak lama itu. Ada orang lain yang datang dengan rasa yakin, suka, terhibur dan percaya padaku dan menghargai aku sebegiunya. Dia orangnya santai dan murah senyum. Aku suka rindu ke dia dan duka kirim chat ke dia. Dia itu Fie. Dia kenal aku empat hari yang lalu tepatnya di hari selasa di masjid agung Raudlatul Jannah Probolinggo, saat dia pulang dari kerjaan dia. Aku tidak bisa sebut tempat kerjaan dia karena privasi.

Satu orang telah mengenai aku.

Maaf, dia adalah temanku bukan Fie. Kemabli lagi ke tema awal, tentang perkenalan aku dengan Fie.

Tadi malam, aku melihat dia sedang duduk di atas dipan tempat duduk di bawah pohon beringin. Dia pakai kaos merah lemgan panjang dan tebal dengan larik-larik. Ada ular kecil yang sempat numpang lewat di depan kami malam itu. Aku sempat menunjukkannya ke Fie.

Tidak baiknya adalah kami satu jenis atau berjenis kelamin yang sama, yang tidak mungkin untuk bisa menikah kecuali di Thailand, katanya begitu. Aku belum tau pasti. Tapi aku tidak bilang ke dia kalau kita pacaran. Status kami adalah berteman dekat. Nyaris pacaran. Tidak ada yang tau hubungan kami sampai sekarang. Aku takutnya ada yang tau dan tidak terima dengan apa tang telah terjadi pada kami yaitu aku dan Fie.

Entah kenapa Fie begitu respek padaku hingga dia buat aku cenderung ke dia. Kepikiran dan merasa tidak tenang dan tidak santai seperti Fie yang suka tersenyum. Entahlah. Aku takut ada orang sekitar yang tai hubungan kami.

Lumrah sih, laki-laki berteman dengan laki-laki, tapi tidak harus melepas baju bukan? Kalau memang begitu adanya, sudah cukup sampai di situ. Buat pengalaman sekali saja karena hal itu tidak patut dan tidak baik. Istilahnya belok.

Laki-laki haram hukimnya mencintai laki-laki. Bagaimana nanti kalau ada orang yang tau tentang hubungan ini? Selama ini tidak ada fitnah yang mengenai aku karena orang lain tidak mungkin menyangka yang bukan-bukan.

Kesal kalau mengingat harus berhdapan dengan orang lain. Aku jadi tidak enak mengajak Fie ke rumah. Meski semalam sempat terucap tapi tidak aku bolehkan.

Agenda Merah Onde histórias criam vida. Descubra agora